You Are Mine, Viona : The Revenge

Tak ada kata gagal



Tak ada kata gagal

0Setelah melakukan meeting selama hampir satu malam suntuk akhirnya pagi buta Abby pergi bersama ketiga anak buahnya pergi ke perusahaan Sebastian Hagrid yang hampir bangkrut, mereka berempat pergi menggunakan mobil yang dikendarai Marco. Karena pergi untuk urusan bisnis Abby tak menggunakan topengnya, sehingga Travis bisa melihat jelas wajah tampan Abby yang menakjubkan. Selama dua tahun menjadi salah satu orang yang dipercaya mengurus organisasi 666 Travsi tak pernah melihat wajah Abby secara langsung, pasalnya ia selalu menggunakan topeng. Semua anak buah di organisasi pun mengira tuan mereka adalah seorang pria tua atau orang yang memiliki wajah yang rusak karena tuannya itu selalu menggunakan topeng. Maka dari itu tadi pagi saat melihat Abby tak memakai topengnya Travis hampir berteriak kalau saja tak segera disadarkan oleh Marco.     
0

"Ingat, aku tak mau ada kesalahan sekecil apapun hari ini. Kita harus berhasil mendapatkan perusahaan itu,"ucap Abby kembali saat sudah hampir tiba ditempat tujuan, mengingatkan ketika anak buahnya.     

"Siap Tuan, kami mengerti." Marco, Jordan dan Travis menjawab kompak perkataan Abby.     

"Good, setelah perusahaan ini ditanganku kita baru bisa fokus untuk merebut tender pembuatan mobil bertenaga listrik itu bulan depan."Abby kembali menambahkan perkataannya dengan penuh ambisi.     

"Semoga semua rencana anda berhasil Tuan,"sahut Travis dengan cepat.     

Abby menatap Travis yang duduk dihadapannya dengan tajam. "Harus berhasil, aku sudah menyiapkan rencana besar dan uang untuk mengalahkan para pesaingku. Karena itulah kalian harus bekerja ekstra kali ini, gunakan kemampuan kalian saat berhadapan dengan mereka semua nanti. Yang pasti aku Abraham Aleander tak mau mengalami kegagalan, tak ada kata gagal dalam kamus hidupku."     

Travis menelan ludahnya dengan susah payah, ia merasa sedikit takut ditatap seperti itu oleh Abby. Ambisi tuannya yang sangat besar membuatnya sedikit tertekan, apalagi saat mengetahui proyek yang ingin diambil oleh tuannya itu bukanlah proyek kecil. Karena itulah ada sedikit rasa takut dalam dirinya, Jordan yang berhasil membaca perubahan sikap Travis tersenyum. Ia tahu kalau Travis sedikit terbebani dengan ucapan Abby padanya.     

"Ada kami, kau tenang saja. Kita bertiga adalah tim yang hebat, percayalah." Jordan berbisik lirih pada Travis yang duduk di sampingnya.     

Tanpa menoleh ke arah Jordan yang baru saja memberikan semangat padanya Travis menganggukkan kepalanya perlahan, rasa kepercayaan dirinya pun kembali lagi. Selama dua tahun ini Jordan dan Marco sudah memberikan Travis banyak ketrampilan atas perintah langsung dari Abby, sejak pertama Abby melihat Travis ia merasa Travis memiliki bakat yang cukup besar. Karena itulah Travis di didik dengan baik oleh Marco dan Jordan selama dua tahun ini sehingga akhirnya Travis sudah mampu mengimbangi kemampuan kedua orang itu dalam melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh Abby.     

Setelah menempuh perjalanan selama hampir satu jam akhirnya mobil yang dikendarai Marco tiba di tempat tujuan, kedua mata Abby menyipit saat melihat kondisi perusahaan yang saat ini sedang sangat kacau itu karena terjadi demo besar-besaran dari para pekerja perusahaan rumah mode yang rata-rata adalah wanita. Para pekerja yang sudah tak muda itu menuntut pesangon pasca perusahaan di nyatakan bangkrut pagi ini oleh pengadilan karena tak mampu membayar hutang pasca para penanam saham memutuskan hengkang dari perusahaan itu setelah Sebastian Hagrid tersandung kasus.     

Melihat tangis para pekerja yang mengiba uang untuk bekal hari tuanya Abby tak tega, niatnya untuk mendapatkan perusahaan itupun semakin besar. Perlahan Abby menghubungi pengacaranya yang masih dijalan, Abby meminta pria itu untuk segera tiba di tempatnya berada saat ini karena sudah tak sabar untuk masuk kedalam perusahaan yang sudah ditutup garis polisi itu untuk menghindari kekacauan.     

"Waktumu 10 menit lagi Rafael, kalau kau masih mau menjadi pengacaku,"ucap Abby pelan mengancam sang pengacara.     

"Aku sudah ada dibelakang anda tuan, coba lihat kebelakang,"jawab Rafael dengan cepat.     

Perlahan Abby menatap kaca spion mobilnya dan tersenyum ketika melihat mobil pengacaranya berhenti dibelakangnya.     

"Ya sudah cepat keluar, kau sudah membuang 5 menitku dengan sia-sia."     

"Iya bos, ini aku keluar." Rafael kembali menjawab dengan cepat perkataan Abby, ia lupa kalau saat ini sudah berbicara tak sopan dengan bosnya.     

"Ingat pesanku Rafael, Abraham Alexander tak pernah tak mendapatkan apa yang ia mau. Jadi kau jangan mengecewakan aku kali ini,"ucap Abby pelan saat melangkah turun dari mobil.     

Rafael yang sedang menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan hanya diam, ia tak menjawab perkataan tuannya karena sedang konsentrasi merapikan berkas-berkas yang ia kerjakan dalam satu malam untuk pagi ini. Rafael yang selalu mendapatkan tugas mendadak seperti ini dari Abby sebenarnya sudah tak kaget, hanya saja ia masih sedikit kesal jika selalu diburu-buru.     

Setelah menyakini tak ada berkas yang tertinggal Rafael kemudian turun dari mobil BMW berwarna silver metalic kesukaannya yang ia dapatkan dari uang gaji saat menjadi pengacara Abby.     

"Astaga Tuhan, aku hampir mati. Tolong lah bos, jangan buat aku kaget seperti ini. Nyawaku hanya satu bos,"pekik Rafael dengan cukup keras saat melihat Abby berdiri tepat disamping mobilnya, beruntung koper berisi berkas-berkas penting yang ia pegang tidak jatuh.     

"Jangan berlebihan, kau tak akan mati semudah itu brengsek. Pengacara tak jujur sepertimu akan mati secara mengenaskan,"ucap Abby santai tanpa rasa bersalah saat membalikkan tubuhnya menuju perusahaan yang sudah resmi bangkrut itu.     

"Bos..."protes Rafael kesal.     

Jordan dan Marco terkekeh mendengar perkataan Abby, mereka yang tak akur dengan Rafael senang saat melihat pria itu di buat mati kutu oleh sang tuan. Sementara Travis yang tak tahu apa-apa hanya bisa diam saat melihat Jordan dan Marco terus mengejek Rafael saat mengikuti Abby pergi.     

Rafael melipat wajahnya menatap Jordan dan Marco, dua orang musuh bebuyutannya itu dengan penuh kebencian. Saat akan membuka mulutnya tiba-tiba Rafael melihat sosok Travis. "Hei kau, kau anak baru?"     

"Aku?"tanya Travis polos sambil menunjuk hidungnya sendiri.     

"Iya, memangnya siapa lagi yang sedang aku ajak bicara kalau bukan kau,"jawab Rafel jengkel. "Kemarilah."     

Dengan patuh Travis pun mendekati Rafael, saat sudah hampir tiba dihadapan Rafael tiba-tiba Travis terdiam saat Rafael memberikannya koper besar berisi dokumen yang ia bawa. "Bawakan ini, kau anak baru kan? Kalau anak baru harus melakukan hal-hal kecil seperti ini terlebih dahulu, setelah itu kau bisa bergabung dengan kami,"ucapnya arogan.     

"Baik,"jawab Travis singkat.     

Senyum Rafael mengembang lebar mendengar perkataan Travis, tanpa ada rasa sungkan Rafael menggerakkan tangannya dan mengacak-acak rambut Travis dengan senyum menyebalkannya. Setelah itu tanpa rasa bersalah Rafael berjalan dengan cepat meninggalkan Travis dengan koper miliknya yang berat.     

"Kini aku tahu kenapa Marco dan Jordan tak suka padamu Rafael, ternyata kau sangat menyebalkan,"ucap Travis pelan saat berjalan dengan terus menatap Rafael baru saja menyalip Marco dan Jordan untuk berjalan tepat dibelakang Abby.     

Abby yang sudah masuk kedalam gedung berlantai 5 yang sudah acak-acakkan itu hanya diam saat mendengar ketiga anak buahnya bertengkar dibelakangnya, fokusnya sudah pada perusahaan yang saat ini ia datangi.     

"Kalian boleh terus bertengkar seperti itu, tapi kalau sampai kita gagal mendapatkan perusahaan ini jangan salahkan aku jika kalian tak akan bisa keluar dari tempat ini dengan anggota tubuh yang utuh,"ucap Abby pelan tanpa menoleh menghentikan langkahnya menuju lift.     

Marco, Jordan dan Rafael pun langsung diam seketika, mereka bertiga mematung karena ucapan sang tuan. Sementara Travis yang baru masuk ke gedung itu langsung berjalan menuju lift menyusul sang tuan dengan menjulurkan lidah ke arah tiga pria itu dengan senyum penuh kemenangan.     

"Rasakan itu,"ucap Travis pelan tanpa suara pada Rafael penuh ejek.     

"Ishh anak baru itu...."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.