You Are Mine, Viona : The Revenge

Menabur untuk menuai



Menabur untuk menuai

0Perusahaan milik Sebastian Hagrid yang sudah dinyatakan bangkrut pasca ditinggal kabur para pemegang sahamnya berhasil Abby dapatkan, meski harus mengeluarkan banyak uang Abby akhirnya berhasil membuat perusahaan itu menjadi miliknya. Dengan bantuan Rafael sang pengacara brengsek yang akhirnya bertekuk lutut pada Abby, akhirnya pihak bank mau memperpanjang jangka waktu pelunasan hutang-hutang perusahaan.     
0

"Ok, perusahaan ini sudah berhasil anda dapatkan Tuan. Sekarang apa lagi?"tanya Marco pelan saat Abby sudah berhasil memiliki perusahaan yang sudah kacau balau itu.     

Abby tersenyum. "Aku ingin menemui para pekerja yang sedang berdemo di luar."     

"What!!!" pekik Jordan, Travis dan Rafael bersamaan.     

"Aku ingin melakukan pendekatan pada mereka, meski mereka terlihat bar-bar namun aku yakin mereka pasti orang baik. Aku percaya orang-orang itu bia diajak bicara baik-baik,"ucap Abby pelan sambil tersenyum penuh keyakinan.     

"Tapi Tuan..."     

"Percaya padaku, kalau kalian takut menemui mereka aku bisa pergi sendiri. Tenang saja, aku yakin bisa menghadapi para wanita itu." Abby langsung memotong perkataan Marco dengan cepat.     

"Baiklah, kalau anda sangat yakin. Aku akan menemani anda Tuan,"sahut Marco pelan menawarkan diri.     

"Aku juga." Jordan langsung menimpali perkataan Marco tak mau kalah.     

"Aku pun begitu,"imbuh Travis dengan cepat.     

Rafael yang tak suka berhadapan dengan orang-orang yang sedang berdemo tak bergeming, ia masih duduk di kursinya sembari memainkan ponselnya mencoba merayu gadis-gadis cantik yang ditemuinya di bar tadi malam. Melihat tingkah Rafael ketiga anak buah Abby hanya menggelengkan kepalanya, mereka mencibir Rafael yang tak mempunyai keberanian menghadapi orang-orang yang sedang marah di bawah. Sementara Abby yang sudah tahu Rafael seperti apa tak berkomentar apa-apa, toh masalah ini ia masih bisa hadapi sendiri. Abby yakin sekali kalau dirinya mampu menenangkan para wanita yang sedang marah besar dibawah.     

Dengan menggunakan tangga Abby turun ke lantai satu, saat ia tiba di lobby para pekerja wanita yang sudah dikuasai amarah itu mulai masuk kedalam perusahaan dan berusaha untuk menjarah barang-barang apapun yang tersisa di lobby untuk mereka jual sampai akhirnya tindakan mereka terhenti saat Abby mulai bicara. Awalnya tak ada satupun diantara mereka yang menghiraukan Abby, sampai akhirnya Abby mengatakan kalau dirinya akan membuat perusahaan berkembang lebih baik dari sebelumnya para wanita itu mulai tenang. Para pekerja wanita yang sudah tak muda itu kembali menaruh harapan besar pada perusahaan setelah Abby bicara.     

"Percayalah nyonya-nyonya, saya akan membuat perusahaan kita ini kembali berjaya dan karena itu saya membutuhkan anda semua. Anda semua adalah orang-orang yang berperan sangat besar dalam jalannya perusahaan ini kedepannya, jadi saya mohon pada nyonya-nyonya semua untuk bersabar dan percaya pada saya agar saya bisa memberikan kesejahteraan pada semua staf perusahaan ini dan para keluarganya lagi. Saya Abraham Alexander, ceo perusahan baru ini berjanji akan melakukan yang terbaik untuk perusahaan ini,"ucap Abby pelan saat menutup pembicaraannya dihadapan para pekerja wanita yang sedang sangat sedih karena di pecat secara sepihak itu.     

"Anda serius kan Tuan?"     

"Ini bukan hanya bualan saja bukan?"     

"Benar Tuan, kami sudah lelah dengan janji-janji manis managemen. Kami sudah bertahun-tahun mengabdi diperusahaan ini Tuan, jadi tolong jangan khianati kami."     

"Iya Tuan."     

"Kami sudah tak bisa mencari pekerjaan di tempat lain lagi di usia kami ini Tuan, jadi tolong jangan permainkan kami. Kalau memang perusahaan bangkrut ya sudah jelaskan saja pada kami, kami juga akan menerima semua keputusan itu. Akan tetapi bayar dulu hak kami, setidaknya bayar tiga bulan gaji terakhir kami yang masih di tahan. Bantu kami bertahan hidup Tuan."     

Mendengar perkataan para wanita itu Abby tersenyum, ia kemudian menunjukkan kertas yang sejak tadi ia bawa kehadapan sekitar 30 wanita yang kini sedang duduk dilantai dengan tertib itu.     

"Kertas ini adalah bukti hutang yang dimiliki perusahaan ini sebelumnya dari tiga bulan yang lalu, dengan kata lain perusahaan ini sudah bangkrut sejak tiga bulan yang lalu sewaktu masih dibawah kepempimpinan Sebastian Hagrid. Karena itulah gaji nyonya-nyonya semua tertahan dan karena Sebastian Hagrid di lengserkan dari jabatannya para pemegang saham dari perusahan ini kabur, menyelamatkan uangnya masing-masing sehingga hari ini bank resmi mengeluarkan surat kalau perusahaan ini benar-benar bangkrut karena tak mampu membayar hutang. Tapi anda semua jangan khawatir, perusahaan ini saat ini sudah menjadi milik saya. Saya akan membuat perusahaan ini melesat kembali, karena itulah saya minta bantuan nyonya-nyonya semua untuk mengembangkan perusahan ini lagi,"ucap Abby panjang lebar mencoba menjelaskan kondisi perusahaan yang sebenarnya.     

"Lalu nasib kami bagaimana tuan? Kami butuh makan, sudah 3 bulan kami tak mendapatkan gaji. Kalau bulan ini kami tak mendapatkan uang lagi maka kami akan mati Tuan."     

"Benar Tuan, saya juga sudah menjual cincin pernikahan saya untuk makan."     

"Iya saya juga sudah menghutang ke saudara untuk bertahan hidup Tuan."     

Kegaduhan kembali terdengar saat para wanita itu menuntut uang, Abby tahu kalau para wanita ini tak bersalah. Yang mereka lakukan saat ini hanyalah menuntut hak saja sebagai pekerja, sehingga Abby tak marah sedikitpun ketika para wanita itu masih menuntut uang padanya disaat ia sudah menjelaskan kondisi perusahaan yang sebenarnya.     

Marco dan Jordan yang terpancing kegaduhan para wanita itu hampir saja mengeluarkan kata-kata kasar kalau saja Abby tak memberi kode pada kedua anak buahnya itu untuk tenang, setelah berpikir cukup lama akhirnya Abby memutuskan membayar gaji sekitar 30 wanita yang berada dihadapannya untuk bulan ini menggunakan uang pribadinya. Setelah melakukan pembayaran untuk para wanita dihadapannya Abby kembali meminta maaf pada mereka karena hanya mampu membayar satu bulan gaji mereka saja, ia juga meminta para pekerja itu untuk bisa datang kembali untuk bekerja. Namun ucapan Abby tak direspon para wanita itu, mereka sudah terlalu senang menerima gaji sampai akhirnya satu persatu mulai meninggalkan perusahaan.     

Rafael yang sejak tadi berdiri ditangga hanya diam melihat apa yang Abby lakukan, termasuk membayar gaji semua orang wanita itu menggunakan uangnya sendiri meskipun sebenarnya itu bukan tugasnya karena ia baru menjadi ceo dari perusahaan hari ini.     

"See...belum apa-apa kau sudah mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk orang yang belum bekerja denganmu bos, aku yakin sekali kalau perusahaan ini tak bisa memberikan apapun padamu bos,"ucap Rafael setengah mengejek saat menuruni tangga untuk bergabung dengan Abby dan ketiga anak buahnya.     

Abby tersenyum mendengar perkataan Rafael, ia yakin bukan hanya Rafael saja yang akan mengejek dirinya akan keputusannya ini. Namun Abby tak menyesalinya sama sekali, ia justru senang mendengar kalimat itu keluar dari bibir Rafael pengacara pribadinya. Akan tetapi bagi Marco dan Jordan apa yang diucapkan Rafael adalah sebuah penghinaan, tanpa pikir panjang kedua orang itu bersiap untuk memberikan pelajaran pada Rafael namun niat keduanya tak terlaksana karena Travis menahan mereka berdua agar tak menyerang Rafael.     

"Marco, Jordan..Relax. Tenang saja, aku baik-baik saja. Aku justru senang mendengar perkataan Rafael, karena dengan itu aku akan selalu ingat akan hal gila yang baru saja aku lakukan ini. Aku yakin diluar sana orang-orang pasti menganggapku gila karena membeli perusahaan yang sudah bangkrut, jadi kata-kata yang sebelumnya Rafael katakan akan kuanggap sebagai sebuah latihan. Aku tak menyesal membeli perusahaan ini, aku akan membuat perusahaan ini besar. Aku sudah memiliki segalanya, para pekerja dan gedung ini. Aku hanya tinggal menyusun lagi saja dari awal, akan kubuat perusahan ini menjadi sebuah rumah mode yang mendunia,"ucap Abby pelan penuh percaya diri.     

"Tapi pekerjamu sudah mengabaikan anda bos,"sahut Rafael kembali.     

"Percayalah Rafael, mereka pasti akan kembali ke perusahaan ini besok. Tak mungkin ikan tuna yang sudah aku gunakan untuk memancing hiu sia-sia."     

"Ikan tuna...hiu...?     

Abby terkekeh. "Sudahlah jangan dibahas, besok kau akan paham Rafael. Lebih baik sekarang kita pulang, sebentar lagi para kontraktor yang akan merenovasi semua ruangan ini akan datang."     

"K-kau merombak gedung ini juga?"tanya Rafel tak percaya.     

"Yes."     

"Kau gila bos!!"     

"Yes, i'am."     

Berambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.