You Are Mine, Viona : The Revenge

Prove it!



Prove it!

0Meski sudah tinggal satu atap dengan Aaric namun Keyla belum juga melakukan apa yang Aaric mau, ia masih mengulur waktu dan selalu mencari alasan untuk tak memberikan apa yang Aaric mau sehingga Aaric akhirnya sudah tak meminta lagi apa yang ia inginkan pad Keyla. Bagi Aaric hal itu sudah tak penting lagi saat ini, semua konsentrasinya saat ini tertuju pada promosi PRICIE grub idol baru yang sudah ia terbitkan beberapa hari yang lalu. Setelah berbincang dengan sang kakak semangat Aaric untuk membesarkan Ailex Entertaiment semakin besar, seperti yang diinginkan sang ayah dua tahun lalu Aaric harus bisa membuat nama Wilan besar di negara tempatnya berada saat ini.     
0

"Hari ini PRICIE akan tampil di saluran Tv KKS tuan, apa anda akan hadir?"tanya Loren pelan pada Aaric yang sedang menikmati makan paginya bersama Keyla.     

"Sure, aku harus datang,"jawab Aaric santai sambi memasukkan potongan daging ke dalam mulutnya.     

"Baik kalau begitu saya akan meminta Bruce untuk menghubungi para bodyguard untuk mengawal anda dan.."     

Loren tak melanjutkan perkataannya saat Aaric tiba-tiba mengangkat tangannya.     

"Aku tak mau pengawalan, aku ingin diperlakukan sewajarnya saja. Lebih baik para bodyguard itu mengurus PRICIE saja, mereka lebih membutuhkan itu. Aku tak mau para gadis itu terluka sedikitpun, ingat Loren PRICIE adalah idol kita yang berharga jadi aku tak mau mereka mengalami kesulitan sekecil apapun,"ucap Aaric datar.     

"Siap Tuan, anda tak usah khawatir soal itu. Para bodyguard yang mengawal PRICIE adalah orang-orang terbaik, bahkan manager PRICIE juga merupakan orang yang mahir bela diri,"sahut Loren dengan cepat.     

Aaric tersenyum mendengar perkataan Loren, ia kemudian kembali makan dengan lahap tanpa menoleh ke arah Keyla sedetikpun. Meski mereka duduk berdua di meja makan namun tak ada percakapan apapun yang terjadi di antara mereka, sejak keluar dari kamar Aaric terus berbicara dengan Loren membahas soal aktivitas PRICIE. Kekecewaannya para Keyla membuat Aaric malas berbicara lagi dengan gadis itu, setelah selesai makan Aaric segera pergi dari tempat itu seperti hari sebelumnya tanpa berpamitan atau mengucapkan terima kasih pada Keyla yang sudah membuat memasak. Aaric seolah tak menganggap keberadaan Keyla diapartement mewahnya itu.     

Ketika Aaric dan Loren benar-benar keluar dari apartement Keyla menangis sejadi-jadinya, gadis itu merasa sedih karena diabaikan oleh Aaric.     

"Apa aku salah jika masih ingin menjaga diriku sampai waktunya tiba nanti Alex, kenapa kau sedingin ini padaku? Kalau kau memang marah padaku katakan apa salahku, kalau kau tak suka padaku kenapa kau masih tetap bersikeras memintaku tinggal disini? Aku manusia Alex, aku punya hati dan bisa sedih jika kau perlakukan seperti ini. Aku bisa sakit hati Alex huhuhuhuhu...."     

Suara tangisan Keyla terdengar jelas diseluruh ruang apartement dan tak ada siapapun yang mendengarnya karena memang hanya dirinya dan Aaric saja yang tinggal diapartement penthouse itu, sehingga sekeras apapun Keyla menangis tak akan ada yang tahu. Dua bodyguard yang ditugaskan Aaric mengawal Keyla pun hanya berjaga di depan pintu, mereka tak dizinkan masuk kedalam apartement dalam kondisi apapun tanpa di perintah Aaric. Sehinnga kedua orang itu tak tahu apa yang Keyla lakukan di dalam, termasuk saat ini ketika Keyla menangis meraung-raung melampiaskan kesedihannya pasca di abaikan Aaric.     

Selama dalam perjalanan menuju tempat dimana PRICIE akan tampil tak ada pembicaraan apapun yang terjadi, Bruce dan Loren menutup rapat mulutnya. Kedua lelaki itu tahu kalau sang tuan saat ini sedang dalam mood yang tak baik pasca pertengkarannya dengan Keyla yang saat ini sudah tinggal satu apartement, sebagai sesama laki-laki mereka berdua paham dengan apa yang dirasakan sang tuan saat ini. Karena itu mereka tak ada yang mau membahas soal Keyla, meski tak tahu apa yang menyebabkan sang tuan marah pada kekasihnya bermata biru itu namun Bruce dan Leon tetap mendukung apapun keputusan Aaric, suasana tenang dalam mobil berubah saat tiba-tiba sang driver menginjak rem secara mendadak.     

"Heii apa kau sudah bosan hidup Lee..."     

"Maaf Tuan, didepan tiba-tiba ada seorang wanita yang berdiri dengan sengaja menghentikan kita,"ucap Lee Yoon Gi sang driver memotong perkataan Bruce.     

"Seorang gadis?"     

"Betul Tuan Alex dan gadis itu tak asing, saya pernah melihatnya beberapa kali datang ke kantor untuk menemui anda,"jawab Lee kembali.     

Aaric menaikkan satu alisnya mendengar perkataan sang supir. "Turunkan pembatas ini, aku ingin lihat siapa gadis yang sudah berani menghalau jalan kita."     

Dengan cepat Lee Yoon Gi melakukan perintah sang tuan, ia menurunkan sekat pembatas antara kursi driver dengan kursi penumpang. Begitu tirai diturunkan Aaric langsung mencoba melihat siapa gadis yang dimaksud sang driver, kedua mata Aaric langsung membulat sempurna saat melihat gadis yang sedang berdiri sambil merentangkan kedua tangan didepan mobilnya itu.     

"Cindy Wu."     

Bruce dan Loren yang juga berhasil mengenali gadis itu langsung menoleh ke arah Aaric, mereka berdua meminta petunjuk dari Aaric harus melakukan apa. Melihat Cindy Wu yang sangat nekat itu mendadak kepala Aaric terasa sakit.     

"Keluar, biarkan Cindy masuk. Aku ingin tahu apa motifnya berdiri didepan mobil seperti itu,"ucap Aaric pelan, memerintahkan tangan kanannya itu untuk membawa Cindy Wu masuk.     

"Baik Tuan,"jawab Loren dan Bruce kompak.     

Setelah berkata seperti itu kedua orang itu lalu keluar dari mobil untuk melakukan perintah sang tuan, membawa Cindy Wu masuk kedalam mobil. Ketika Loren dan Bruce selesai bicara Cindy nampak sangat girang, gadis cantik itu bahkan sampai melompat-lompat karena terlalu senang. Tanpa menunggu lama Cindy pun bergegas masuk kedalam mobil menuju ke bangku belakang, supaya bisa duduk bersama Aaric.     

"Alexx!!!"jerit Cindy heboh saat melihat Aaric.     

"Tenang atau aku akan meminta Loren dan Bruce menyeretmu keluar dari mobilku,"ucap Aaric dingin.     

Cindy langsung menutup rapat mulutnya dan duduk dengan tenang disamping Aaric, ia sangat bahagia bisa satu mobil dengan Aaric. Cindy sama sekali tak menyesali tindakan gilanya tadi yang bisa saja merenggut nyawanya, Lee Yoon sang driver kembali menjalan mobilnya begitu Bruce dan Loren masuk kedalam mobil kembali.     

"Nona Wu, apakah anda tahu apa yang anda lakukan tadi sangat berbahaya,"ucap Bruce pelan memecah keheningan.     

"Aku tahu, tapi aku senang melakukan itu,"jawab Cindy dengan cepat tanpa penyesalan.     

"Tak menyesal?"     

Cindy menatap Loren dan Bruce secara bergatian. "Yes, aku akan melakukan apapun supaya bisa dekat dengan Alex pria yang aku cintai. Kalian tak tahu bukan bagaimana rasanya menahan rindu? Kalau kalian belum merasakan kerinduan seperti itu lebih baik jangan berkomentar lagi, kalian tak tahu sakitnya menahan rasa rindu yang besar sepertiku."     

Loren dan Bruce terdiam mendengar perkataan Cindy, kedua pria itu saling pandang satu sama lain beberapa saat karena tak tahu harus bicara apa. Berhadapan dengan seorang wanita benar-benar membuat mereka bingung harus bagaimana, apalagi menghadapi Cindy Wu yang terkenal sangat tergila-gila pada Aaric tuan mereka.     

"Sebesar apa rasa cintamu padaku?"tanya Aaric tiba-tiba.     

Cindy langsung mengalihkan pandangannya dari Loren dan Bruce ke arah Aaric. "Sangat besar, aku mencintaimu sejak pertama kali aku melihatmu Alex."     

"Kalau begitu buktikan."     

"Baik, tapi bagaimana caranya?"     

Aaric tersenyum. "Lee, hentikan mobilnya."     

Mendengar perintah sang tuan Lee lalu menghentikan mobilnya di tempat yang sepi, begitu mobil berhenti tiba-tiba Aaric memerintahkan mereka semua keluar dari mobil, meninggalkan dirinya dan Cindy saja. Meski bingung dengan perintah tuannya akhirnya ketiga pria itu keluar dari mobil dan berjalan menjauh dari mobil limo berwarna hitam itu.     

Setelah semua oang pergi Aaric lalu menekan tombol yang membuat semua jendela jadi hitam dan tak bisa terlihat dari luar, melihat apa yang Aaric lakukan membuat Cindy sedikit khawatir.     

"Belum terlambat jika kau mau pergi,"ucap Aaric pelan.     

"Aku tak tahut dan tak mau pergi,"sahut Cindy penuh percaya diri.     

"Baik, kalau begitu buktikan kau benar-benar mencintaiku,"imbuh Aaric kembali sembari mengendurkan dasi yang terpasang di lehernya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.