You Are Mine, Viona : The Revenge

Rasa cinta yang sama



Rasa cinta yang sama

0Fernando duduk di sofa diapit profesor William dan profesor Dexter mendengar penjelasan Aaric, profesor Frank pun hanya bisa tersenyum tipis.     
0

"Ini salahku juga paman, seharusnya aku tetap memberikan penjelasan pada Daddy meskipun Daddy melarangku bicara tadi jadi kekacauan seperti ini tidak akan terjadi,"ucap Aaric pelan mengakhiri penjelasannya.      

"Jadi kau baik-baik saja kan?"Profesor Frank.     

"Iya aku baik-baik saja."     

"Lalu penjelasan Daddy mu tadi apa?"celetuk profesor William penasaran.     

Aaric menghela nafas panjang. "Tadi aku sedang stretching paman, tapi sepertinya disalah artikan oleh Daddy." Aaric sengaja berbohong, ia tak mungkin mengatakan yang sesungguhnya karena apa yang terjadi padanya tadi tak bisa dijelaskan secara logika.     

"See, kau dengar Fernando. Come'on Fernando, jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Kami tahu sangat mengkhawatirkan anakmu tapi jangan berlebihan seperti ini, anakmu sudah dewasa dia bukan bayi usia 7 bulan lagi seperti waktu itu,"ucap profesor Frank dengan cepat.      

Fernando tak membuka mulutnya, ia tak mengomentari apapun yang diucapkan oleh adik dan kedua sahabatnya. Perlahan Fernando bangun dari tempat duduknya dan memberikan pelukan pada Aaric yang masih duduk di ranjang.      

"Maafkan Daddy, Daddy terlalu ceroboh."     

"Dad…"     

"Ya sudah, aku akan mencari Viona,"ucap Fernando pelan sambil tersenyum, diingatkan soal kejadian saat Aaric berusia 7 bulan membuatnya lemah.      

Profesor William dan profesor Dexter yang sudah bisa membaca sikap Fernando langsung memberikan tatapan tajam kepada profesor Frank.      

"Apa salahku? Kenapa kalian menatapku seperti itu? Ayolah, kalian tak sedang menyalahkan aku bukan?"tanya profesor Frank dengan cepat.     

"Kau yang tahu jawaban dari pertanyaanmu itu Frank, ya sudah aku harus kembali. Ada beberapa berkas yang harus aku urus,"jawab profesor Dexter ketus.      

Profesor William tersenyum tipis, ia kemudian mendekati Aaric dan menepuk pundaknya dengan lembut. "Kau beruntung Aaric, ayahmu tak berubah. Rasa sayangnya pada kalian masih sama, ya sudah kau berdua saja dengan paman Frank. Paman Willy ada beberapa pekerjaan juga yang hafus di selesaikan."     

Aaric menganggukkan kepalanya merespon perkataan profesor William, ia kemudian turun dari ranjang tak lama setelah profesor William keluar. Aaric mendekati profesor Frank yang sejak tadi berdiri di dinding sambil melipat kedua tangannya.      

"Sebenarnya apa yang terjadi saat aku berusia 7 bulan paman?"tanya Aaric penasaran.      

Profesor Frank tersenyum, ia kemudian mengajak Aaric duduk di sofa dan mulai menceritakan bagaimana panik dan menggilanya Fernando saat Aaric mengalami muntah-muntah pasca diberi susu formula dari merk lain. Aaric terlihat sangat serius mendengarkan cerita sang paman, tak ada satu patah katapun keluar dari bibirnya selama sang paman menceritakan masa kecilnya yang sering keluar masuk rumah sakit bergantian dengan Abby sang kakak.      

"Saat itu baru pertama kalinya aku melihat seorang Fernando Grey Willan menangis tanpa henti, dia menangisi kedua putranya yang dirawat bersaman karena kalian terkena alergi makanan laut. Fernando menyesali tindakannya yang memberikan kalian berdua lobster panggang yang ia dapat di laut kala itu, saat itu usia kalian berdua baru satu tahun tiga bulan. Fernando mengutuk dirinya yang sudah hampir mencelakai nyawa kalian, ia terus saja menjaga kalian berdua meskipun kami semua mengatakan kondisi kalian sudah baik. Ruam diseluruh tubuh kalian pun juga sudah hilang kala itu, namun Fernando masih tak mau beristirahat. Dia masih menjaga kedua putra kesayangannya seorang diri di ruang perawatan dan menolak bergantian dengan siapapun termasuk ibu kalian, ayahmu baru membiarkan para dokter merawat kalian setelah kalian berdua sadar. Itupun sebenarnya karena terpaksa…"     

"Terpaksa, maksudnya apa paman?"tanya Aaric penasaran.     

Profesor Frank terkekeh. "Terpaksa karena Fernando pingsan, setelah tidak makan dan tidur selama dua hari."     

"P-pingsan…"     

"Yes, seorang Fernando Grey Willan pingsan. Kondisinya justru lebih parah dari kalian berdua dan hal itu membuat ibu kalian bertambah khawatir, untung ada kami yang langsung turun tangan dan mencegah ibu kalian melakukan kesalahan yang sama. Kami bergantian menjaga ayahmu selama 3 hari dan puji Tuhan ayahmu sembuh bersamaan dengan sembuhnya kalian berdua, sungguh kejadian itu membuat rumah sakit ini seperti neraka. Tak ada tawa sedikitpun, semua staf khawatir. Sampai akhirnya kalian semua keluar dari rumah sakit barulah semua kembali normal,"jawab profesor Frank terkekeh, mengingat kejadian puluhan tahun yang lalu itu membuatnya selalu tersenyum.     

Aaric menipiskan bibirnya, selama ini ia memang sudah sangat beruntung menjadi anak dari seorang Fernando Grey Willan. Namun ia tak menyangka ternyata rasa sayang ayahnya sudah sangat sebesar itu sejak ia masih kecil, Aaric pun semakin bersyukur menjadi anak Fernando Grey Willan.      

Sementara itu Fernando yang sudah berhasil menemukan keberadaan sang istri masih tak berbicara, ia masih duduk di anak tangga tepat dibawah Viona duduk.      

"Maaf babe, aku benar-benar sangat panik tadi. Makanya aku tak berpikir dua kali, kau tahu kan betapa gilanya aku kalau mereka sakit. Aku hanya tak mau terjadi hal buruk pada mereka babe,"ucap Fernando lirih.     

Viona menghela nafas panjang, ia kemudian menatap suaminya dengan tatapan yang tak bisa diartikan Fernando. "Aku tahu kau sayang pada anak-anak kita, tapi kau harus tahu juga istrimu ini punya ketakutan yang sama. Aku juga tak bisa melihat terjadi hal buruk pada mereka, karena itu aku mohon padamu Fernando jangan lakukan hal ini lagi. Pastikan dulu dengan benar, aku hampir gila tadi saat kau mengatakan Aaric kesakitan."     

"Maaf sayang...maafkan aku."     

Viona menipiskan bibirnya."Aku tak marah padamu Fernando, aku hanya kesal padamu. Kau mempermainkan profesiku, aku bisa menuntutmu Fernando."     

"Eh?"      

Belum sempat Fernando berpikir Viona sudah langsung menarik kerah bajunya keatas dan memberikan ciuman penuh nafsu dan membuat Fernando terpancing, perlahan ia menggerakkan tangannya dan mencoba meraba dada Viona akan tetapi sebelum hal itu terjadi Viona langsung melepaskan ciumannya dan mendorong Fernando menjauh.     

"Babe…"     

"Itu hukumanku untukmu Tuan Fernando Grey Willan, hukuman karena berani membuat dokter Viona Willan panik. Jangan ulangi lagi atau kau akan mendapatkan hukuman yang lebih menyakitkan lagi dari itu,"sahut Viona dengan cepat memotong perkataan Fernando, tanpa ada rasa bersalah Viona kemudian pergi dari tempat itu meninggalkan Fernando sendiri. Fernando yang sudah dipancing birahinya, tersiksa batinnya. Damn!      

Viona sebenarnya tak benar-benar marah seperti yang ia katakan sebelumnya pada Fernando, ia hanya kesal pada Fernando yang selalu bertindak terburu-buru dan membuatnya selalu hampir terkena serangan jantung.      

"Terima kasih Fernando, terima kasih atas cintamu yang luar biasa pada anak-anak kita,"ucap Viona dalam hati, Viona pun harus merapikan kekacauan yang Fernando buat setelah mengatakan Aaric sakit.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.