You Are Mine, Viona : The Revenge

Misterius girl



Misterius girl

0"Aku Zabina, Tuan,"ucap Zabina pelan merespon perkataan Aaric.     
0

Aaric pun langsung gugup saat menyadari gadis yang menghentikan liftnya adalah vendor dari Ukrania, Zabina Petrov bukan Elsa. Entah bagaimana Aaric bisa menyebut nama Elsa pada Zabina.     

"Akh, maaf. Aku kira Elsa, salah satu staf yang aku panggil untuk melapor,"jawab Aaric tergagap.     

Zabina tersenyum. "Apakah saya boleh ikut naik lift ini? Tadi lift khusus karyawan sedang penuh dan saya harus segera sampai diatas untuk menyiapkan meeting lanjutan kita."     

"Tentu saja boleh, silahkan naik nona Petrov."     

"Terima kasih Tuan,"ucap Zabina tulus saat sudah berada di dalam lift.     

Aaric menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, begitu Zabina berdiri dengan nyaman disamping Aaric pintu lift pun tertutup dan lift segera naik menuju lantai 20 tempat dimana ruangan meeting utama berada. Begitu lift berhenti dilantai 20 Zabina keluar terlebih dahulu, sementara Aaric dan kedua asistennya kembali melanjutkan perjalanan menuju lantai paling atas dimana ruangannya berada. Ketika lift tiba dilantai paling atas Aaric beserta Loren dan Bruce langsung keluar, mereka bertiga langsung menuju ruangan masing-masing untuk mempersiapkan diri sebelum ikut meeting.     

"Shit...bagaimana bisa aku menyebut nama Elsa tadi, jelas-jelas gadis itu adalah Zabina Petrov,"ucap Aaric pelan saat sudah duduk di kursinya, ia kembali mengingat kesalahan yang sudah ia perbuat sebelumnya.     

Sebenarnya Aaric juga sudah lupa seperti apa wajah Elsa, hampir 5 tahun lebih tak bertemu dengan Elsa membuat Aaric tak mengingat jelas seperti apa wajah gadis yang sudah menyerahkan kesuciannya secara cuma-cuma padanya itu. Yang Aaric ingat hanyalah sepasang mata tajam Elsa yang juga tak terlalu jelas, sungguh kenangan tentang Elsa hampir pudar dalam ingatannya. Namun entah kenapa setiap bertemu Zabina Petrov si gadis cantik asal Ukraina itu Aaric seperti merasa ada yang berbeda dengannya, Aaric merasa memiliki sebuah ikatan dengan Zabina yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Padahal kenyatannya adalah Aaric tak pernah berhubungan dengan Zabina.     

Tok..Tok...     

Bunyi ketukan di pintu ruangannya membuat lamunan Aaric tentang Elsa langsung hilang.     

"Maaf tuan, kita sudah ditunggu tuan Abby dan yang lain diruang meeting,"ucap Loren keras dari balik pintu.     

"Ok, aku turun,"jawab Aaric langsung bersiap.     

"Baik Tuan."     

Setelah membawa semua perlengkapannya Aaric segera keluar dari ruangannya dan bergegas menghampiri Loren yang sudah menantinya di depan pintu, ketika Aaric keluar dari ruangannya Loren pun bergegas mengikutinya disusul Bruce dibelakang menuju lift yang akan kembali mengatar mereka ke lantai 20 tempat dimana semua orang sudah menunggunya.     

Saat melihat Aaric datang bersama dua tangan kanannya Zabina tersenyum samar sampai-sampai tak ada yang menyadari kalau ia sedang tersenyum. "Ini hanya permulaan baby."     

Begitu Aaric duduk meeting pun dimulai, seperti biasanya Zabina melakukan presentasi dengan sangat baik. Ia memperlihatkan kecerdasannya yang diatas rata-rata, bukan hanya Abby dan Aaric saja yang dibuat kagum oleh Zabina. Namun para staf lain yang ikut dalam meeting juga merasakan kekaguman yang besar juga pada gadis cantik itu.     

Rumah Sakit Global Bros     

Denise akhirnya tak memiliki pilihan selain mengikuti kemaunan keluarganya untuk bekerja di rumah sakit milik sang paman, beruntung Denise tidak satu bagian dengan ayah dan ibunya sehingga ia bisa bergerak sedikit bebas. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja dan seperti yang sudah-sudah Denise tak membuka identitas aslinya, ia sudah meminta pihak managemen agar tak membuka siapa dirinya pada beberpa dokter yang tak mengenalnya. Denise melakukan itu karena ingin mendapatkan perlakuan yang sama seperti para dokter lainnya.     

Bug     

"Akh maaf, aku tak sengaja,"ucap Denise panik saat sudah menabrak seseorang yang berjalan dihadapannya.     

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Sepertinya yang kau justru terluka,"jawab seorang gadis cantik bermata biru dengan lembut.     

Denise yang belum menyadari kalau lututnya terluka berusaha berdiri sampai akhrinya ia meringis kesakitan yang membuat gadis bermata biru itu langsung menolongnya.     

"Aku bisa sendiri,"ucap Denise pelan berusaha menolak bantuan yang diberikan padanya.     

"It's ok, lagipula aku hanya menempelkan plester luka saja pada kakimu. Bukan masalah besar."     

Denise tersenyum, hari pertamanya bekerja cukup menyenangkan. "Aku Denise." Denise mengulurkan tangannya memperkenalkan diri pada gadis bermata biru yang masih duduk dihadapannya.     

"Kau bisa panggil aku Kate,"jawab sang gadis bermata biru yang memperkenalkan diri dengan nama Kate.     

"Ok Kate, mulai saat ini kita berteman,"sahut Denise dengan cepat.     

Kate tersenyum. "Kau tak mau berteman denganku?"     

Denise menyipitkan matanya. "Kenapa harus malu?"     

Kate menyibak rambut yang menutupi pipi kirinya. "Aku punya luka yang cukup mengganggu, aku yakin kau pasti merasa risih berteman denganku."     

Denise memperhatikan luka di pipi kiri teman barunya, tak lama kemudian ia pun tersenyum. "Aku berteman bukan karena melihat fisik, lagipula sebenarnya kau sangat cantik Kate. Lupakan tentang luka diwajahmu, kita adalah dokter dan untuk menjadi dokter tak perlu punya wajah cantik bukan?"     

"Iya, hanya saja aku merasa tak enak jika kau berteman denganku. Aku tak mau kau digunjingkan banyak orang jika berteman dengan orang buruk rupa sepertiku ini,"ucap Kate lirih.     

"Akhh abaikan orang-orang, katakan saja jika ada yang membullymu di rumah sakit ini. Aku kenal dengan direktur rumah sakit ini, aku bisa memintanya untuk memecat orang-orang yang sudah membullymu,"sahut Denise berapi-api.     

Kate terkekeh. "Kau sangat menarik Denise, menyenangkan sekali jika bisa menjadi temanmu."     

"Kau sudah menjadi temanku Kate, ya sudah ayo kita ke loker. Oh iya kau bertugas di mana?"     

"Bagian dokter umum,"jawab Kate singkat.     

"Wah kita benar-benar berjodoh, aku juga dibagian umum. Jadi kita fix menjadi teman ya Kate,"ucap Denise girang.     

"Iya..iya...ya sudah ayo cepat kita ke ruang ganti, aku dengar setelah ini kita akan mendapat beberpa pengarahan terlebih dahulu."     

Denise menganggukkan kepalanya penuh semangat, ia pun bergegas menuju ke ruang ganti untuk menyimpan tas dan beberapa perlengkapan pribadi mereka sebelum bertugas. Seperti jodoh yang diatur Tuhan, lemari Denise dan Kate pun bersebelahan yang lagi-lagi membuat kedua gadis itu kembali tertawa geli. Mereka tak menyangka akan mengalami sebuah kebetulan bertubi-tubi seperti itu.     

Bukan hanya Denise dan Kate saja yang berganti pakaian, beberapa dokter muda lainnya juga terlihat berganti pakaian. Beberapa diantara mereka terdengar sedang menceritakan dokter senior di rumah sakit Global Bros, sebuah hal yang wajar memang jika ada salah satu atau dua yang mengenal para dokter senior di rumah sakit Global Bros. Pasalnya nama besar rumah sakit Global Bros yang sudah mendunia membuat siapapun tertarik untuk ikut menjadi bagian dari rumah sakit itu, jadi tak heran jika akan ada percakapan semacam itu dari para dokter muda yang baru bergabung.     

"Kau kenal siapa Kate?"tanya Denise setengah berbisik ketika mereka berhalan ke ruang meeting.     

Kate menggeleng. "Aku tak mengenal siapapun, aku masuk ke Global Bros karena melamar sendiri, Denise."     

"Wah hebat, kau pasti sangat pintar dikampus dulu. Jadi pihak managemen langsung menerimamu,"sahut Denise memuji Kate dengan tulus."     

"Aku rasa kau pun..."     

"Cih, kalian kira hanya mengandalkan nilai di kampus bisa membuat kalian bertahan lama di rumah sakit sebesar ini?" Tiba-tiba seorang dokter wanita lainnya ikut menyela pembicaraan Denise dan Kate.     

Satu alis Denise terangkat. "Apa maksudmu?"     

"Jangan sok polos, kita sama-sama tahu,"jawab dokter wanita itu setengah berbisik melewati Denise dan Kate menuju kursi yang ada dibaris depan.     

"Denise jangan!" Kate langsung menghentikan Denise yang ingin menghampiri dokter wanita yang baru saja mengganggu mereka.     

"Tapi Kate..."     

Kate menggelengkan kepalanya. "Jangan cari masalah, ini hari pertama kita. Abaikan saja."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.