You Are Mine, Viona : The Revenge

Shock



Shock

0Fernando menatap Viona yang sudah tidur disampingnya, wajah Viona tak berubah. Masih cantik seperti puluhan tahun yang lalu saat pertama kali ia melihatnya di tempat laundry, hanya gurat-gurat tipis saja yang menunjukkan kalau ia sudah bertambah usia.     
0

Fernando belum bisa tidur karena perkataan sang istri yang menyinggung soal calon tunangan kedua anak mereka, Abby dan Aaric. Selama ini Viona tak tahu kalau kedua anaknya telah memiliki kekasih, karena memang keduanya tak pernah mengumbar masalah percintaannya di rumah. Dan sebenarnya Viona juga belum mau kedua anaknya menikah muda, usia Abby dan Aaric masih terlalu muda untuk seorang laki-laki menikah. Viona takut jika kedua anaknya menikah dalam usia yang belum matang seperti ini pernikahan mereka akan terdapat banyak masalah dan Fernando pun berpikiran yang sama, karena itu selama ini mereka berdua belum memberitahukan soal perjodohan yang sudah Fernando dan Viona sepakati puluhan tahun yang lalu.     

Tapi sungguh saat-saat seperti ini membuat Fernando dilema, Fernando tak mau melukai hati kedua anak dan istrinya. Akan tetapi di lain sisi ia juga memiliki sebuah janji yang sampai saat ini dipegang dengan baik oleh kedua orang tua calon tunangan anak-anaknya yang berasal dari Eropa, dua keluarga bangsawan yang sangat baik pada Fernando dan Viona. Karena terlalu lelah akhirnya Fernando tertidur juga, aroma shampo yang digunakan Viona membuat Fernando langsung tertidur pulas.     

Rumah Sakit Global Bross, 10 AM.     

Sejak pagi Kate dan Denise sudah disibukkan dengan para pasien, mereka berdua bahkan belum sempat makan siang karena langsung bekerja. Ketika keduanya baru saja selesai berganti pakaian di loker tiba-tiba terjadi kegaduhan di ruang IGD, tanpa pikir panjang keduanya pun langsung pergi ke ruangan itu dan terkejut saat melihat ada banyak pasien yang dalam keadaan kritis. Mereka berdua pun langsung membantu dokter jaga di ruangan IGD sebisanya dan langsung menghubungi para dokter divisi bedah untuk bersiap melakukan operasi, sebenarnya Kate mampu melakukan operasi namun karena saat ini ia berada di level junior akhirnya yang ia bisa lakukan hanya memberikan pertolongan pertama pada para pasien.      

"Lebih baik kalian istirahat, wajah kalian sudah sangat merah. Kalian pasti sangat kelelahan,"ucap salah seorang dokter senior dari divisi bedah pada Kate dan Denise yang baru saja duduk di kursi setelah mengantar pasien terakhir untuk masuk ke ruang operasi.     

Denise menyeka keringat yang membasahi wajahnya. "Siap dok, terima kasih. Setelah ini kami juga akan istirahat."     

"Baguslah kalau begitu, sebagai dokter tugas utama kita memang menolong pasien tapi ingat juga kita harus menjaga kesehatan diri kita sendiri supaya saat menjalankan tugas tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan,"imbuh dokter itu kembali sambil tersenyum.     

Kate dan Denise menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat secara bersamaan, tak lama kemudian keduanya pun segera bangun dari tempat mereka duduk saat ini untuk kembali ke bagian mereka. Saat Denise berjalan bersama Kate secara tak sengaja Viona dan dokter Louisa melihatnya dari kejauhan.     

Karena penasaran Viona kemudian menghentikan dokter yang baru saja berbicara dengan putrinya itu. "Mereka bukan dokter dari divisi kita, bukan?"     

"Benar dok, mereka berdua adalah dokter muda dari divisi dokter umum,"jawab dokter pria itu sambil tersenyum.     

"Lalu kenapa mereka berdua datang ke divisi bedah?" Dokter Louisa ikut bertanya.     

Dokter pria yang bernama Arnold itu pun mulai menceritakan alasan Kate dan Denise berada di divisi bedah, selama dokter Arnold berbicara Viona dan dokter Louisa tak berbicara sama sekali. Mereka berdua nampak serius mendengarkan penjelasan dokter Arnold, ada rasa bangga dalam diri dua wanita itu saat mengetahui putri kesayangan mereka melakukan sebuah pekerjaan mulia.     

"Tapi sayang dok, dokter muda yang bernama Kate itu memiliki luka di wajahnya dan hal itu memuatnya sering dibully oleh teman-temannya bahkan oleh keluarga pasien yang ia periksa. Padahal informasi yang saya dengar dokter Kate itu sangat berbakat,"ucap dokter Arnold pelan menutup ceritanya.     

"Luka di wajah? Luka seperti apa?"tanya Viona penasaran.     

Dokter Arnold kemudian mengeluarkan ponselnya dan menunjukkannya pada Viona dan dokter Louisa, Viona yang sudah terlanjur penasaran langsung melihat layar ponsel dokter Arnold dan terkejut saat membaca grub para dokter baru yang sering menjadikan Kate sebagai bahan lawakan. Dan hanya Denise saja yang membela kate secara terang-terangan, membaca semua chat para dokter muda yang ada di ponsel dokter Arnold membuat Viona meradang. Dadanya merasa sangat sesak saat ini, belum pernah selama berkarir dalam dunia kedokteran Viona mendapatkan kasus seperti ini. Sungguh hatinya sangat sakit ketika banyak dokter muda yang notabene adalah teman satu angkatan dengan Kate, terang-terangan menghinanya dan menjadikan kekurangannya sebagai lelucon.     

"Jesus....kenapa tak ada yang memberitahu kami soal ini, dok?"ucap dokter Louisa terkejut, ia tak percaya ada beberapa meme menggunakan wajah Kate di grub chat itu.     

Viona menyentuh dadanya yang terasa sesak dan menatap tajam pada dokter Arnold. "Aku sita ponsel ini sementara waktu dan kumpulkan semua dokter muda ini di aula utama, semua dokter muda yang ada di rumah sakit ini."     

Wajah dokter Arnold memucat seketika saat menyadari kemarahan Viona. "B-baik dok, saya akan mengumpulkan mereka semua sekarang juga."     

Viona menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan dokter Arnold, setelah mendapatkan respon dari Viona sang kepala divisi bedah tempatnya berada dokter Arnold pun langsung pergi dari tempat itu. Sepeninggal dokter Arnold, Viona hampir terjatuh. Beruntung ada dokter Louisa yang tanggap, menahan tubuhnya sehingga ia tak terjatuh menyentuh lantai. Dokter Lousia langsung memapah Viona menuju kursi yang berada di dekat mereka untuk duduk.     

"Anda tak apa-apa dok?"tanya dokter Lousia khawatir. "Apa perlu aku panggilkan Profesor William untuk memeriksamu?"     

Viona menggeleng pelan. "Aku tak apa-apa, jangan panggil profesor William. Aku hanya merasa sedih saja hal semacam ini bisa terjadi di rumah sakit tempatku bekerja dan lebih parahnya lagi aku tak tahu apa-apa. Rasanya sangat menyedihkan saja melihat salah satu dokter muda berbakat mendapatkan perundungan semacam itu, padahal sebenarnya hal seperti tak perlu terjadi."     

Dokter Louisa tersenyum samar, ia tahu karakter Viona seperti apa. "Tenang dok, kita akan segera menindak para dokter muda itu...."     

"Antar aku ke ruangan profeosor Frank, dia harus tahu masalah ini. sebagai wakil direktur dia harus tahu apa yang sudah terjadi di rumah sakit ini,"ucap Viona dengan cepat memotong perkataan dokter Louisa.     

Dokter Louisa pun langsung melakukan perintah Viona, dengan hati-hati ia menggandeng Viona menuju ruangan wakil direktur rumah sakit Global Bros, Profesor Frank yang tak lain adalah suaminya sendiri. Sepanjang perjalanan menuju ruangan sang suami dokter Louisa beberapa kali menghentikan langkahnya karena merasa langkah Viona semakin melambat, sampai akhirnya dokter Lousia berteriak keras saat Viona tiba-tiba pingsan.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.