You Are Mine, Viona : The Revenge

Denise Jolie Willan



Denise Jolie Willan

0Saat mobil yang membawa Abby, Aaric dan Denise masuk ke area rumah sakit puluhan wartawan langsung menghampiri mobil itu, beruntung anak buah Fernando dan profesor Frank sudah bersiap. Sehingga ketika para wartawan itu datang mendekat mereka tak bisa sampai ke mobil karena para pria berbadan tegap itu langsung membuat pagar betis melindungi mobil para pewaris keluarga Willan yang berharga itu dari puluhan pertanyaan yang tertuju pada Denise, yang menjadi buah bibir di seluruh penjuru Kanada mulai tadi malam.     
0

"Sejak kapan mereka ada disini Loren?"tanya Aaric pelan pada Loren yang membuka pintu untuknya.     

"Sejak foto nona Denise tersebar tadi malam, Tuan muda,"jawab Loren datar.     

Mendengar perkataan Loren membuat Denise mengigit bibir bawahnya, kedua tangannya bahkan langsung terkepal diatas pahanya. Beruntung Abby melihat hal itu dan langsung menyentuh pundak sang adik.     

"Semua akan baik-baik saja, kau seorang Willan, Denise. Tak ada yang perlu kau takutkan, mungkin kini sudah saatnya seluruh dunia tahu siapa Denise Jolie Willan yang cantik ini,"ucap Abby lembut.     

"Aku takut Xander."     

Abby tersenyum. "It's ok, ya sudah ayo turun. Angkat kepalamu dan tunjukkan pada mereka siapa dirimu, buat mereka semakin penasaran padamu. Biar mereka bahagia saat ini kau akan bisa membalas mereka saat konferesi pers nanti,"imbuh Abby kembali sambil tersenyum.     

Denise mengangkat wajahnya dan menatap sang kakak dengan mata sayu. "Aku tak tahu maksud perkataanmu, Xander."     

Abby membelai rambut adiknya dengan penuh kasih, ia kemudian memperjelas arti ucapannya yang sebelumnya pada Denise yang masih sangat polos itu. Meskipun seorang Willan tapi Denise yang tak pernah muncul di publik secara terang-terangan belum tahu cara menghadapi para wartawan dan Abby sangat paham akan hal itu, karena itu memberikan dukungan pada adik kesayangannya itu dengan gamblang.     

Selama Abby bicara Denise tak menyela sama sekali, ia terlihat sangat memperhatikan semua ucapan sang kakak. Hanya sebuah anggukan saja yang Denise berikan saat Abby berbicara.     

"Kau paham kan?"tanya Abby pelan saat sudah selesai bicara.     

Denise tersenyum dan ini adalah senyum pertamanya setelah hampir 30 menit ia terdiam dan mengunci bibirnya. "Paham, terima kasih Xander."     

"Itu sudah tugasku, ingat kau adalah adikku. Jadi jangan takut, kau memiliki dua kakak yang hebat dan tampan ditambah lagi kau adalah seorang Willan. Dalam darahmu mengalir darah orang yang berpengaruh di kota ini, jadi jangan pernah mau ditindas. Ingat itu, Denise. Tunjukkan siapa Denise Jolie Willan yang sebenarnya hari ini pada dunia,"ucap Abby kembali mengulang beberapa kata yang sebelumnya sudah ia ucapkan.     

Secara tiba-tiba Denise memeluk Abby dengan erat dan cukup membuat Abby kaget namun akhirnya ia pun tersenyum, pelukan Denise baru terlepas saat Aaric kembali masuk dan memerintahkan mereka berdua keluar dari mobil. Seperti yang diperintahkan Abby sebelumnya Denise berjalan dengan kepala tegak dan tak terlihat menyembunyikan wajahnya sama sekali seperti seorang petarung sejati dan hal itu membuat Abby tersenyum, ia senang Denise melakukan apa yang ia perintahkan.     

Seperti dugaan Abby begitu Denise keluar puluhan lampu blitz yang berasal dari para wartawan yang berdiri tak jauh dari tempat mereka turun langsung membidik Denise yang kini tengah diapit dua pangeran Willan yang sangat sulit dibedakan, mana yang Aaric dan mana yang Abby. Pasalnya keduanya terlihat menggunakan pakaian yang memiliki model nyaris sama dan mempunyai warna senada, sama-sama hitam dan menggunakan kemeja putih. Gaya pakaian mereka menurun dari sang ayah yang hanya akan memakai pakaian berwarna gelap saja.     

"Kita langsung ke aula utama, Tuan. Disana semuanya sudah menanti,"ucap Loren pelan.     

"Semuanya? Semua siapa Loren?"tanya Abby penasaran.     

"Kedua orang tua anda berdua dan kedua orang tua nona Denise."     

"Oh i see."     

Langkah Denise tiba-tiba terasa berat saat sudah hampir sampai ditempat pers konferensi, meskipun ia sudah diberi masukan Abby namun tetap saja Denise merasa sedikit gugup.     

"Ada apa lagi?"tanya Aaric pelan pada Denise yang tiba-tiba menghentikan langkahnya.     

Denise menatap Aaric sambil tersenyum. "Aku ingin ke toilet sebentar, kalian pergiah dulu dan kau temani aku, Loren."     

Menyadari namanya disebut membuat wajah Loren pucat. "Nona, saya laki-laki. Mana mungkin saya masuk ke kamar mandi bersama anda."     

Abby dan Aaric langsung menatap tajam pada Loren yang sudah bicara sembarangan, sementara Denise justru tertawa kecil.     

"Aku memintamu untuk menjaga pintu untukku, aku ingin merias diriku terlebih dahulu. Sepertinya make-up ku hari ini tak mendukung, aku harus tampil sempurna dihadapan para wartawan itu. mereka harus tahu seperti apa Denise Jolie Willan yang sebenarnya,"ucap Denise pelan sambil mengeluarkan pouch kecil miliknya yang berisii peralatan make-up nya dari dalam tas.     

Mendengar perkataan Denise membuat Abby dan Aaric tersenyum secara bersamaan.     

"Nah itu baru princess Willan, ya sudah pergilah. Kami menunggumu,"sahut Abby dengan cepat sembari terkekeh.     

Tanpa diperintah dua kali Denise pun langsung menuju toilet dikawal Loren yang menjaganya di depan pintu, memastikan tak ada yang masuk. Begitu Denise masuk ke toilet Abby dan Aaric kemudian masuk ke dalam aula utama tempat dimana pers konferensi itu akan dilakukan.     

Begitu pintu dibuka dari luar Viona langsung menoleh. "Abby, dimana adik kalian?"     

"Iya, dimana Denise? Bukankah tadi Daddy memerintahkan kalian untuk menjemputnya,"imbuh Fernando dengan cepat.     

Bukannya menjawab pertanyaan ayah dan ibunya kedua pemuda tampan itu justru duduk dikursi yang sudah disediakan untuk mereka.     

"Aaric, Abby...apa kalian tak mendengar apa yang Mommy dan Daddy tanyakan?"Viona kembali mengulang pertanyaannya, namun kali ini dengan suara yang cukup tinggi. Viona terlihat sangat khawatir, begitu pula dengan dokter Louisa yang duduk disebelahnya.     

"Denise sedang merapikan make-upnya di toilet, Mom,"jawab Abby pelan.     

"Iya, dia mengatakan ingin memberi pelajaran pada wartawan sialan itu,"imbuh Aaric dengan cepat.     

"Apa maksud kalian?"tanya profesor Frank tiba-tiba ikut bicara.     

Abby tersenyum menatap ke arah sang uncle. "Sepertinya Denise ingin menunjukkan identitasnya pada semua orang, karena itu saat ini ia sedang mempersiapkan dirinya."     

"What?? Jadi anak itu ingin menunjukkan kalau dirinya seorang Willan?"pekik Fernando dengan keras sehingga membuat Viona dan dokter Louisa yang berada didekatnya langsung menutup telinga.     

"Iya." Abby dan Aaric menjawab kompak pertanyaan sang ayah.     

Mendengar perkataan kedua putranya membuat Fernando tersenyum dan langsung menepuk pundak sang adik yang berdiri disampingnya. "See, putri kita sudah sangat dewasa."     

Profesor Frank tersenyum bangga. "Dia putriku, brengsek!!"     

Fernando terkekeh mendengar perkataan sang adik, karena tak mau merusak mood akhirnya Fernando pun memerintahakan anak buahnya untuk mempersilahkan para wartawan itu masuk. Tak membutuhkan waktu lama sekitar 50 orang wartawan dari berbagai media duduk di kursinya masing-masing, mereka dipersilahkan masuk ke ruangan itu setelah melalui proses pemeriksaan ketat oleh anak buah Fernando di ruang sebelumnya untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.     

Tak lama kemudian acara pun dimulai, para wartawan itu kemudian mengajukan pertanyaan secara bergantian pada Fernando yang paling dihormati.     

"Apa benar gadis itu adalah salah satu calon menantu anda, Tuan Willan?"     

"Sudah berapa lama gadis itu menjadi kekasih salah satu putra anda, Tuan?"     

"Apa latar belakang gadis itu? Siapa orang tua mereka?"     

"Apa gosip yang menyebutkan kalau gadis itu sudah tinggal satu atap dengan salah satu putra anda itu benar, Tuan?"     

"Apa anda mengizinkan gadis yang berasal dari keluarga biasa menjadi bagian dari keluarga Willan yang terhormat ini, Tuan?"     

Profesor Frank mengepalkan tangannya dengan kuat dibawah meja, salah satu alasannya tak pernah mau muncul di hadapan para wartawan adalah karena hal ini salah satunya. Para wartawan itu bertanya tanpa memikirkan perasaan orang lain, beruntung Fernando langsung menepuk punggung profesor Frank untuk menenangkannya.     

Brak     

Tiba-tiba pintu dibuka dari luar dan muncullah Denise dengan make-up yang lebih berani didepan pintu, dengan anggun Denise berjalan masuk kedalam ruangan itu dan berdiri tepat dihadapan para wartawan yang sudah memberondong sang daddy dengan puluhan pertanyaan.     

"Let me introduce my self, my name is Denise Jolie Willan. The only daughter of Professor Franklin Justin Willan and doctor Louisa Willan, the only daughter of the Willan family. Nice to meet all of you, guys.     

Damn!     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.