You Are Mine, Viona : The Revenge

Go publik



Go publik

0Mendengar perkataan Denise membuat para wartawan yang ada di aula itu terdiam, bahkan kilatan blitz yang sebelumnya tak mau berhenti tiba-tiba tak terlihat lagi.     
0

"A-apa maksud anda, nona?"tanya salah satu wartawan dari televisi tergagap.     

Denise tersenyum dan menatap wartawan itu penuh intimidasi. "Apa perlu aku ulangi lagi ucapanku tadi?"     

Wartawan itu langsung pucat, ia tahu kalau gadis yang sedang berbicara dengannya itu tak sedang bergurau. Sebagai wartawan yang sudah bekerja selama lebih dari 15 tahun ia tahu siapa yang sedang berbohong dan siapa yang sedang bicara serius.     

"Apa yang dikataka putriku benar, dia adalah satu-satunya putriku. Putri Franklin Justin Willan,"ucap profesor Frank ikut bicara saat berjalan mendekat ke arah Denise seorang diri disusul Fernando dibelakang yang sedang tersenyum lebar, senyum devil seorang Fernando Grey Willan yang selama puluhan tahun ini tak terlihat tiba-tiba terlihat lagi hari ini dihadapan semua wartawan yang sedang melakukan siaran langsung ke seluruh negeri.     

Denise tersenyum saat merasakan tangan sang ayah sudah berada di pundaknya, ia kini baru merasakan sensasi yang disebutkan oleh Abby sebelumnya di dalam mobil. Rasanya sangat senang sekali melihat puluhan orang yang ada dihadapannya mati kutu.     

Fernando yang sudah sampai disamping profesor Frank kemudian meletakkan tangannya di pundak sang adik. "Kalian tentu tahu satu-satunya adik kandungku bukan? Dia sudah menikah dengan seorang dokter hebat yang bekerja di rumah sakit ini, dari pernikahannya mereka mendapatkan seorang putri cantik satu-satunya wanita keturunan Willan selama satu dekade terakhir yang diberi nama Denise Jolie Willan. Alasan selama ini kami tak mempublikasikan dirinya adalah karena kami ingin melindungi privasi Denise saat ia bertumbuh, namun karena sebuah foto dan berita kejam kalian publikasikan tadi malam maka kami sepakat untuk memperkenalkannya pada kalian semua."     

"Saya harap dengan perkenalan princess Willan yang sangat berharga ini kalian bisa menghapus berita hoax yang sudah tersebar itu, lagipula seandainya kedua putraku terlihat dekat dan mesra dengannya itu adalah hal wajar. Mereka tumbuh dan berkembang sampai sedewasa ini secara bersamaan, dalam darah mereka mengalir darah Willan yang berharga. Jadi sangat tidak mungkin kalau anak-anak ini melakukan perbuatan yang kalian tuduhkan itu,"imbuh Fernando kembali dengan suara lantang.     

Sekali lagi para wartawan itu terdiam, wajah mereka semua saat ini sudah sepucat kertas karena sangat kaget. Mereka tak menyangka akan mendapatkan sebuah plot twist seperti ini, padahal sebelumnya mereka yakin sekali skandal ini akan membuat nama Willan hancur. Para wartawan itu ingin menunjukkan pada semua orang kalau kehidupan The Willan tidaklah sesempurna yang mereka bayangkan.     

Setelah Fernando selesai bicara Justin yang sejak tadi sudah memegang sebuah remote pun mulai menurunkan layar proyektor, tak lama kemudian lampu di ruangan itu sudah dimatikan oleh Harry. Sedetik kemudian kehidupan masa kecil sang princess Willan yang berharga di putar dihadapan semua orang, masa-masa kecil Denise saat ia baru dilahirkan dan menjadi kesayangan semua orang termasuk Fernando dan Viona terlihat jelas. Masa-masa sekolahnya juga di putar, dalam video itu terlihat jelas kalau Denise menghabiskan masa sekolahnya disekolah umum tak seperti Aaby dan Aaric yang bersekolah di sekolah khusus.     

"Apa semua bukti ini masih belum cukup membuat kalian yakin kalau gadis ini adalah seorang Willan? Apa perlu aku menunjukkan tes DNA kami sekeluarga?"tanya Fernando kembali pada semua wartawan yang tak berani bicara setelah video masa kecil Denise dimatikan dan lampu diruangan itu kembali dinyalakan.     

"Tidak Tuan..."     

"S-sudah cukup Tuan, kami percaya kalau nona ini adalah princess Willan yang sangat berharga."     

"Sepertinya kami sudah salah karena percaya dengan sebuah foto tanpa mengkonfirmasinya secara langung."     

"Betul Tuan, maafkan kebodohan kami  ini."     

"Maafkan kami Tuan Fernando, kami salah. Kami bodoh karena terlalu ceroboh, sudah ikut-ikutan mempublikasikan sebuah berita yang belum tentu kebenarannya."     

Fernando tersenyum, ia kemudian meraih tangan profesor Frank kedepan tepat disampingnya berdiri saat ini. "Minta maaflah pada adikku, Franklin Justin Willan. Dia adalah ayah kandung dari gadis yang kalian jelek-jelekkan, tapi ingat kalau adikku tak memberikan maaf pada kalian maka jangan salahkan aku jika aku akan membuat kalian dan perusahaan kalian semua hancur karena sudah berani membuat sebuah berita hoax yang sangat kejam seperti ini."     

"Maaf Tuan, kami mohon maafkan kami."     

"Iya Tuan, tolong maafkan kami. Sekali ini saja tolong maafkan kami."     

"Ampun Tuan, tolong jangan hancurkan kami. Kasihanilah kami Tuan, kami punya keluarga."     

Fernando terkekeh. "Bukankah aku sudah bilang tadi, jangan minta maaf padaku. Minta maaflah pada adikku, kalian bersalah padanya. Aku yakin adikku pasti kesal dan tak terima melihat putri semata wayangnya kalian fitnah dalam artikel yang menjijikan itu."     

Mendengar perkataan Fernando membuat semua wartawan yang ada diruangan itu langsung menyebut nama profesor Frank, mereka semua meminta maaf pada profesor Frank dengan penuh harap. Bahkan setengah dari para wartawan itu sampai berdiri dan mendekati panggung tempat dimana keluarga Willan yang terhormat berdiri dihadapan semua wartawan, melihat para wartawan itu meminta maaf membuat Viona tersenyum kecut. Suaminya ternyata masih sangat ditakuti oleh media sampai sekarang, meskipun para wartawan itu meminta maaf pada profesor Frank tapi mereka dibawah tekanan yang Fernando berikan.     

Dari tempat duduknya Abby dan Aaric tersenyum penuh kebanggan menatap sang ayah yang sangat luar biasa itu, meski Fernando sudah tak muda lagi namun aura dan kharismanya masih tetap bersinar dan hal itu membuat kedua saudara kembar itu semakin bangga terlahir dalam keluarga Willan, mewarisi darah Willan yang ditakuti semua orang.     

Para wartawan itu baru duduk ke kursinya masing-masing setelah profesor Frank memaafkan mereka, meski sebenarnya porfesor Frank masih kesal dengan artikel yang bermuncullan sejak tadi malam yang menjelek-jelekkan putri kesayangannya namun saat melihat semua orang itu meminta maaf dibawah kakinya hatinya tersentuh. Apalagi ditambah Denise juga memintanya untuk memaafkan mereka semua.     

"Baiklah karena kalian sudah mendapatkan maaf dari adikku maka aku anggap masalah ini selesai dan aku yakin kalian pasti tahu bagaimana cara membuat berita yang baik setelah ini,"ucap Fernando kembali dengan suara lantang.     

"Kami mengerti Tuan,"jawab hampir semua wartawan yang ada diruangan itu serempak.     

Fernando tersenyum dan menyilangkan kedua tangannya di dada. "Fine, kalau begitu sekarang kalian nyalakan kembali kamera kalian."     

Deg     

Sekali lagi para wartawan itu dibuat bingung dan mati kutu oleh seorang Fernando Grey Willan.     

"Apa maksud anda, Tuan?"     

Alih-alih menjawab Ferando justru menoleh ke arah Justin dan Harry yang sudah berdiri disamping kiri panggung, kedua tangan kanan Fernando itupun langsung naik ke atas panggung begitu mendapatkan kode dari sang tuan.     

"Saat ini kamera kalian sedang memutar video masa kecil Nona Denise ditengah-tengah keluarga Willan bersama Tuan muda Aaric dan Tuan muda Abby, tenang saja apa yang terjadi di ruangan ini tak terekam kamera kalian. Termasuk permintaan maaf kalian tadi pada Tuan Frank, jadi kalian tak perlu takut kehilang muda dihadapan semua orang. Sekarang yang kalian lakukan cukup buatlah pernyataan berdasarkan video yang masih berputar itu,"ucap Justin dengan keras, padahal ia tak sedang menggunakan microphone.     

"J-jadi maksud anda sejak tadi kamera kami..."     

"Benar sekali, kami sudah mengambil alih semua kamera kalian,"sahut Harry dengan cepat sambil terseyum dan menunjukkan puluhan tim IT yang sedang duduk menghadap laptopnya masing-masing disebuah ruangan yang ada disebelah tempat mereka melakukan konferesi pers.     

Suasana pun kembali hening, wajah para wartawan itu kembali pucat bagai tanpa darah dan hanya Fernando satu-satunya orang yang saat ini tersenyum lebar penuh kemenangan.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.