You Are Mine, Viona : The Revenge

Restu Viona



Restu Viona

0Kate yang sudah mendapatkan tiket untuk pulang ke Rusia terpaksa mengubur mimpinya dalam-dalam karena ia tertangkap oleh anak buah Abby, pilihan Abby untuk menempatkan anak buahnya di bandara tepat. Kate yang tak tahu kalau ditangkap oleh anak buah Abby berusaha terus untuk melepaskan diri, akan tetapi usahanya sia-sia karena ia kalah tenaga. Setelah semua tenaganya habis Kate pun pasrah dibawa pergi menggunakan mobil van hitam dari bandara.      
0

"Jangan berontak terus nona Kate, anda akan melukai tangan anda jika terus berontak seperti itu,"ucap Jordan pelan memperingatkan Kate agar tidak berontak, pasalnya saat ini kedua tangan Kate terpaksa diborgol karena sebelumnya terus berusaha memukul Marco dan yang lain ketika akan dibawa masuk ke dalam mobil.     

"Lepaskan aku, aku tak punya masalah dengan kalian!!"     

Marco yang duduk dibangku depan langsung menoleh ke arah Kate. "Memang, tapi keluarga Willan punya urusan dengan anda nona."     

Deg.     

Wajah Kate langsung pucat pasi saat mendengar nama Willan disebut.     

"Bagaimana bisa anda ingin kabur keluar negeri seperti tadi setelah membuat Nyonya jatuh pingsan,"imbuh Marco kembali dengan nada ketus.     

Kate mengangkat wajahnya yang tertunduk. "P-pingsan?"     

"Iya, Nyonya pingsan setelah anda pergi dan saat ini sedang mendapatkan perawatan intensif oleh Tuan Frank dan istrinya,"jawab Jordan dengan cepat.     

Kedua mata Kate pun terasa panas, rasa sesal tiba-tiba menghimpit dadanya. Kate merasa bersalah sudah membuat Viona pingsan, meski sebenarnya sasarannya adalah Fernando dan Aaric namun Kate merasa sedih saat mengetahui Viona jatuh pingsan. Akhirnya sepanjang perjalanan menuju kediaman Fernando Grey Willan tak ada satupun kata yang terucap dari bibir Kate, ia hanya bisa diam berusaha menahan air matanya agar tidak keluar. Kate harus kuat dan tak boleh lemah, ia sudah melangkah sejauh ini dan rasanya sangat menyedihkan jika ia sampai menangis di depan orang-orang yang ia benci. Kate tak mau terlihat lemah dihadapan Fernando dan Aaric.      

Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit mobil van berwarna hitam itu akhirnya tiba di halaman luas istana Fernando, satu-satunya rumah yang berada di sebuah hutan kota yang dibeli oleh Fernando puluhan tahun yang lalu.      

"Ayo turun nona, it's ok. Nyonya hanya ingin bicara dengan anda, anda tak usah takut,"ucap Jordan pelan meminta Kate turun dari mobil.     

Senyum sinis Marco mengembang mendengar perkataan Jordan.     

"Ck, kau tak perlu sebaik itu padanya, Marco. Dia adalah penyebab kekacauan ini,"ucap Marco datar sambil berlalu dari hadapan Kate yang baru saja turun dari mobil.     

"Abaikan dia nona, dia memang seperti perempuan. Cerewet."     

Kate terdiam, ia masih menghindarkan pandangannya menatap rumah besar yang sudah berdiri dihadapannya, rumah keluarga wilan yang sangat disegani oleh semua orang, rumah yang tak bisa dijangkau oleh sembarang orang tanpa seizin sang empunya rumah.     

"Ayo masuk, nona Denise juga sudah didalam,"ucap Jordan kembali pelan.     

Alih-alih menuruti kemauan Jordan secara tiba-tiba Kate berbalik dan berusaha kabur dari tempat itu, akan tetapi karena sigapnya anak buah Fernando yang lain akhirnya Kate pun tertangkap kembali dengan mudah. Karena tak mau terjadi hal-hal yang tak diinginkan lagi akhirnya Kate di paksa masuk kedalam rumah dengan cara digendong di salah satu pundak bodyguard yang memiliki badan paling besar, dalam keadaan tangan yang masih terborgol Kate masih berusaha melawan menggunakan sisa sisa tenaga terakhirnya. Suara teriakannya pun terdengar sampai ke dalam rumah, sehingga membuat Jordan hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil terus berjalan dibelakang sang bodyguard yang membawa Kate.      

Teriakan Kate baru berhenti saat ia sudah berada di ruang tamu istana Fernando, dengan hati-hati bodyguard yang membawanya dengan paksa pun menurunkannya dengan hati-hati.      

Melihat Kate sudah berdiri di hadapannya kembali Viona tersenyum, ia yang masih duduk lemas di kursi dengan tangan yang sudah terpasang jarum infus menatap sendu ke arah gadis yang berusaha kabur keluar negeri itu.     

Suasana benar-benar canggung, Kate merasa tak nyaman menjadi pusat perhatian semua orang. Bahkan Aaric yang berdiri di tiang pun tak melepaskan pandangan darinya dan Kate sangat familiar dengan arti tatapan mata Aaric itu.     

Viona tersenyum. "Kemarilah Kate, jangan takut." Suara Viona memecah keheningan.     

Kate masih mematung, ia benar-benar tak mau melukai Viona. Ia tak tega melihat kondisinya.     

"It's ok, kemarilah. Tak ada yang berani menyakitimu selama aku masih hidup,"imbuh Viona kembali dengan senyum tulusnya yang masih mengembang di wajah pucatnya.     

Meski awalnya ragu Kate akhirnya melangkahkan kakinya menuju ke tempat Viona berada, ia berjalan melewati Abby dan Denise yang kembali lima menit lebih awal darinya itu. Denise yang memiliki ratusan pertanyaan dalam otaknya terpaksa bersabar dan membiarkan Kate bicara pada sang mommy terlebih dahulu.      

Melihat Kate masih berdiri Viona menggerakkan tangannya memberi kode kepada Kate untuk duduk di sampingnya.     

Kate pun luluh, ia tak tega menyakiti Viona lagi. Karena pada dasarnya memang Viona tak terlibat masalah apapun, atas semua yang terjadi padanya.     

Begitu Kate duduk Viona langsung meraih tangan Kate dan meremasnya kuat-kuat, Kate menelan ludahnya saat merasakan dinginnya tangan Viona saat ini.     

"Kapan peristiwa menyedihkan itu terjadi? Maksudku apa kau terlambat tahu kalau sedang hamil?"Viona yang lembut langsung bertanya pada inti masalah pada Kate, Viona sangat penasaran atas apa yang menimpa Kate. Walau bagaimanapun gadis itu pernah mengandung cucunya, darah dagingnya dari sang putra kesayangan.      

Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat air mata Kate pun mengalir deras, padahal sudah sejak satu jam yang lalu ia menahan dirinya untuk tidak menangis ketika mengaku di hadapan semua keluarga Willan tentang siapa dirinya yang sebenarnya. Melihat Kate menangis membuat Viona semakin iba, ia yakin sekali gadis yang tangannya sedang ia genggam itu benar-benar sangat tersiksa.      

"Menangislah jika itu bisa membuatmu tenang,"ucap Viona kembali dengan lembut.     

Ucapan hangat Viona itu membuat air mata Kate semakin mengalir deras, ia tak percaya Viona akan bersikap selembut itu pada dirinya. Viona sendiri hanya bisa tersenyum dan membiarkan Kate menuntaskan tangisannya, Viona benar-benar memperlakukan Kate dengan lembut.      

Setelah merasa lebih tenang Kate kemudian mulai menceritakan awal mula ia mengetahui soal kehamilannya hingga akhirnya ia mengalami keguguran, selama Kate bicara tak ada satu orang di ruangan itu yang berbicara. Bahkan Fernando yang menjadi tersangka utama juga nampak memberikan ekspresi yang tak dapat diartikan, pria itu tak bicara dan hanya menjadi pendengar yang baik.     

Viona menyeka air matanya saat mendengar kita menceritakan bagaimana ia bisa kehilangan bayi yang baru ia ketahui keberadaannya itu.      

"It's ok, semua itu sudah berlalu dan saat ini kau harus tetap tenang karena Aaric akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi padamu. Dia akan bertanggung jawab padamu dengan cara menikahimu dan…"     

"Tidak!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.