You Are Mine, Viona : The Revenge

Mine, forever and ever



Mine, forever and ever

Natalie menangis didalam selimut yang menutupi tubuhnya yang terasa sakit setelah usahanya mempertahankan kesuciannya dari Abby, yang akhirnya tetap berhasil Abby ambil karena Natalie kalah tenaga. Natalie mengutuk kebodohannya yang tak bergabung dengan sang kakak, kini semua yang ia miliki sudah raib. Satu-satunya harta berharga yang ia miliki kini sudah Abby ambil, Natalie benar-benar seperti sampah saat ini.      

Abby yang sedang mengatur nafasnya pasca percintaan panasnya bersama Natalie perlahan membuka kedua matanya yang sejak tadi tertutup saat mencoba untuk tidur, keinginan Abby untuk tidur hilang pasca ia mendengar isak tangis Natalie.      

"Mau sampai kapan kau menangis? Memangnya dengan kau menangis seperti itu keperawanan mu bisa kembali?"     

Natalie meremas kuat selimut yang menutupi tubuhnya, perkataan Abby kembali melukainya.      

Karena tak mendengar jawaban Natalie akhirnya Abby pun bangun dari ranjang dan langsung menyambar piyama tidurnya yang ada di kursi, ia lalu berjalan menuju meja untuk meraih air mineral yang ada diatasnya.      

"Persiapkan dirimu, mulai besok kau akan tinggal di rumahku,"ucap Abby pelan setelah menenggak habis air mineralnya.      

Seketika Natalie menghentikan tangisnya dan menoleh ke arah Abby. "Apa maksudmu?"     

Abby tersenyum dan berjalan mendekati ranjang, senyum Abby semakin merekah saat melihat bercak darah dari balik selimut yang sedang dicengkram erat Natalie.      

"Bukankah ini yang kau mau? Kau datang lagi padaku untuk menuntut tanggung jawab atas semua yang terjadi pada keluargamu, bukan? Lalu kenapa heran?"tanya balik Abby dengan tenang.     

"A-aku menuntut tanggung jawab atas diriku aku hanya…"     

"Hanya apa Natalie? Aku tahu kau menginginkanku, jadi jangan mengingkarinya. Aku bukan anak kemarin sore yang mudah dibohongi, lebih baik kau bersihkan dirimu di kamar mandi karena kita akan pergi makan siang setelah ini. Bercinta denganmu ternyata membutuhkan banyak sekali tenaga."     

Wajah Natalie terasa panas karena ucapan terakhir Abby, ia benar-benar tak bisa berkutik saat ini. Posisinya sangat sulit. Perkataan yang diucapkan Abby mempertegas statusnya sebagai wanita Abby saat ini.      

Karena merasa ingin buang air kecil Natalie pun berusaha menuruni ranjang dengan hati-hati, selimut tebal yang melingkupi tubuhnya semakin membuatnya kesulitan untuk turun sampai akhirnya secara tiba-tiba Abby sudah meraih ujung selimut yang lain dan langsung menariknya dengan cepat dalam satu tarikan sehingga membuat tubuh polos Natalie tersingkap.      

"Xander!!!"     

"Kau tak memerlukan selimut, selimut itu hanya mempersulit gerakanmu."     

Kedua mata Natalie memanas, ia benar-benar dihancurkan oleh Abby saat ini. Tubuhnya, harga dirinya semuanya hilang. Ia bahkan tak memiliki kuasa lagi akan dirinya, pasalnya Abby yang tak sabar memilih langsung menggendong Natalie ala bridal menuju ke kamar mandi. Natalie benar-benar tak bisa melawan.      

Sesampainya di kamar mandi Abby langsung mengajak Natalie mandi dibawah shower, Abby tahu Natalie tak bisa berdiri tegak setelah apa yang ia lakukan sebelumnya di ranjang.      

Brengsek, mungkin kata itu tepat disematkan pada Abby saat ini. Dalam kondisi Natalie yang terus menangis memohon untuk dilepaskan, Abby terus saja memaksakan kehendaknya pada Natalie yang sudah kehabisan tenaga pasca berupaya mempertahankan dirinya dari jamahan Abby.      

"Adikku akan menikah minggu ini,"ucap Abby pelan sambil menyibak rambut panjang Natalie kebelakang, Abby tak suka keindahan dada Natalie dihalangi rambut panjangnya.      

"Lalu apa hubungannya denganku?"sahut Natalie ketus.     

Abby terkekeh. "Aku tak mau sendiri saat pesta berlangsung, jadi kau harus menemaniku."     

"Kalau aku menolak!"     

"Kau takkan bisa menolakku, Nate. Sejak hari ini kau adalah wanitaku, apalagi aku sudah mendapatkan dirimu seutuhnya. Memangnya kau pikir akan ada laki-laki diluar sana yang mau menerimamu sebagai wanitanya setelah tahu kau pernah bersamaku, hm?"     

Natalie langsung menundukkan wajahnya, ia benar-benar tak bisa berkata-kata. Semua ucapan Abby membuatnya tak berkutik, namun kediaman Natalie tak berlangsung lama karena tiba-tiba ia terbeliak saat merasakan jemari Abby sudah memainkan puncak dadanya.      

"Xander...stop,"desah Natalie penuh harap.     

"Tapi tubuhmu mengatakan hal sebaliknya, sayang."     

Sial.     

Yang dikatakan Abby benar, Natalie memang sudah mendambakan Abby sejak lama dan jujur saja saat ini dalam kesakitan setelah aktivitas mereka sebelumnya diranjang. Natalie masih menginginkan Abby kembali, tubuh dan otaknya benar-benar mengkhianati Natalie saat ini.      

Karena tak bisa menahan dirinya sekali lagi Abby membuat Natalie mengerang kesakitan, di bawah kucuran shower Abby kembali menjadi laki-laki beruntung yang bisa menikmati tubuh Natalie yang belum terjamah siapapun. Natalie yang tak bisa melawan pun hanya bisa pasrah saat Abby kembali mendesakkan tubuhnya berkali-kali di pusat intinya, seluruh tubuh Natalie bak jelly saat ini. Lemas dan tak bertenaga, diberikan kenikmatan baru oleh Abby membuat Natalie benar-benar tak bisa berdiri. Sehingga harus membuat Abby melingkarkan kedua paha Natalie ke pinggangnya saat ia menyatukan tubuh mereka.      

Setelah melakukan pelepasan Abby berpegangan pada dinding, menahan berat tubuh Natalie disaat ia mencapai puncak kenikmatan bukanlah hal mudah.      

"You're mine, Nate. Only me who allowed to touch you,"ucap Abby serak dibelakang telinga Natalie.     

Natalie tak merespon perkataan Abby, ia terlalu lemas untuk sekedar membuka mulutnya.      

Karena tak mau Natalie sakit Abby kemudian membawanya kembali ke ranjang, acara mandi mereka gagal karena nyatanya kini keduanya justru dibanjiri keringat kembali.      

Setelah merebahkan tubuh Natalie ke ranjang Abby kemudian menyelimutinya menggunakan selimut yang sebelumnya ia buang, Abby tak mau ada orang yang melihat tubuh wanitanya. Pasalnya Abby sudah meminta pelayan untuk mengantarkan makan siang ke kamar mereka.      

Dan benar saja, tak kurang dari lima menit pintu kamar mereka sudah diketuk dari luar. Dengan cepat Abby pun menyambar piyama baru yang ada di atas meja kecil dan langsung memakainya dengan cepat ketika berjalan menuju pintu, saat Abby membuka pintu masuk dua staf hotel membawakan makan siang mereka. Kedua staff hotel itu pun langsung meninggalkan kamar sang tuan tanpa berani mengangkat wajahnya menatap keadaan kamar yang cukup berantakan.      

Ketika kedua staff hotel itu pergi Abby pun langsung meraih satu potong paha kalkun panggang dan langsung memakannya dengan lahap, bercinta dua kali dalam jarak yang berdekatan membuat semua energi Abby habis.      

"Sepertinya aku benar-benar terlalu bersemangat,"ucap Abby pelan dengan mulut penuh daging kalkun saat melihat hickey Natalie yang tersebar dimana-mana, ada perasaan hangat dalam dada Abby ketika melihat Natalie terlelap.      

Gadis manis yang dulu pernah satu kampus dengannya itu kini sudah menjadi miliknya seutuhnya, tak ada rasa kesal lagi atau marah lagi didalam diri Abby saat melihat adiknya akan menikah dalam beberapa hari ini. Kini sudah ada Natalie yang bisa membuatnya tersenyum dan Abby bersumpah tak akan melepas Natalie mulai detik ini, terlepas siapa orang tuanya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.