You Are Mine, Viona : The Revenge

Pulau Dewata



Pulau Dewata

0Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Indonesia.     
0

Setelah menempuh perjalanan panjang akhirnya pesawat yang membawa Aaric dan Kate tiba di Bali, pulau indah yang ada di Indonesia yang menjadi destinasi favorit pasangan pengantin baru untuk berbulan madu. Saat sudah memasuki wilayah udara Bali beberapa saat yang lalu Kate sudah sangat bersemangat sekali, ia benar-benar tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya saat ini.     

"Hmmm udaranya sejuk,"ucap Kate riang ketika sudah sampai di Four Seasons Resort Bali at Sayan, salah satu villa yang paling mewah dan mahal di Bali. "Aku akan senang sekali berada ditempat ini, Aaric."     

Aaric tersenyum. "Kau suka?"     

Kate yang sedang menatap ke arah bangunan yang ada dihadapannya langsung menoleh ke arah Aaric yang tengah berdiri dibelakangnya. "Yes, i like it." Kedua mata Kate berbinar saat berbicara.     

Aaric terkekeh. "Good."     

"Silahkan Mr Mr, saya pandu ke kamar anda,"ucap seorang manager villa pada Loren yang sudah belajar bahasa Indonesia.     

"Anda di depan, kami mengikuti dari belakang,"jawab Loren terbata dengan aksen yang sangat aneh saat berbicara bahasa Indonesia.     

Tubagus sang manager dari Four Seasons Resort Bali at Sayan tersenyum dan memberikan kode kepada beberapa anak buahnya untuk membawakan barang-barang milik tamu VVIP mereka yang sudah menyewa beberapa kamar terbaik di Resort itu selama dua minggu kedepan dengan hati-hati masuk kedalam kamar.     

Kate yang terpesona dengan keindahan Bali memilih untuk berjalan-jalan disekitar resort, menggunakan ponselnya Kate mengambil banyak gambar dan video yang luar biasa indah itu sambil terus tersenyum. Terbiasa hidup di kota besar yang didominasi gedung-gedung tinggi membuat Kate takjup akan alam Bali, ia benar-benar ingin mengeksplore banyak tempat saat ini. Namun keinginannya itu terpaksa ia tunda karena Aaric sudah melingkarkan tangan di pinggangnya.     

"Jangan ganggu aku,"desah Kate jengkel.     

Aaric menaikkan satu alisnya. "Mengganggu? Aku mengganggumu?"     

"Iya, aku ingin mengambil banyak foto dan video untuk kukirimkan pada Denise. Dia pasti akan sangat iri sekali jika melihat tempat ini,"jawab Kate sambil tersenyum lebar.     

Jawaban Kate pun sontak membuat Aaric memutuskan untuk menggendongnya paksa masuk kedalam resort, Aaric menggendong Kate di pundaknya tanpa kesulitan. Tubuh langsing Kate membuat Aaric begitu mudah membawanya masuk kembali kedalam resort, Aaric tak memperdulikan teriakan sang istri yang minta untuk diturunkan.     

"Aku marah, ya. Cepat turunkan aku, Aaric."     

"Jangan buat aku murka, Aaric. Turunkan aku sekarang juga!!"     

"Akhhh Aaric, kau menyebalkan. Merusak suasana saja."     

"Aaric, aku benci padamu."     

Langkah Aaric terhenti saat Kate mengatakan ia membenci dirinya, alih-alih menurunkan sang istri Aaric justru menghadiahkan tamparan di bokong Kate dengan cukup keras sehingga membuat Kate memekik keras.     

"Aaric..."     

"Tenang atau aku akan menyelesaikannya disini, sekarang juga dihadapan banyak orang." Ancam Aaric dengan sungguh-sungguh.     

Kate yang tahu siapa suaminya pun memilih untuk patuh, ia langsung menutup rapat bibirnya dan tak berontak lagi meskipun sedang sangat marah. Kate tidak mau Aaric berbuat hal gila ditempat terbuka seperti ini, Aaric adalah orang yang tak bisa dilawan dan Kate tahu itu dengan sangat baik. Sudah mengenal Aaric bertahun-tahun membuat Kate paham sifat suaminya luar dalam.     

Karena beberapa orang masih berada dikamar untuk meletakkan barang-barang mereka, Aaric pun menurunkan Kate dipinggir kolam pribadi yang ada di depan kamar mereka yang berada persis di samping jaccuzi pribadi yang cukup nyaman untuk dua orang.     

"Aaric..."     

Ucapan Kate terhenti saat melihat kolam yang ada dihadapannya, kolam itu saat ini sudah dihiasi bunga yang didominasi kelopak mawar membentuk tulisan Happy Wedding yang cukup besar.     

"Bagaimana? Apa kau menyukainya?"tanya Aaric pelan dari belakang Kate.     

"This is crazy,"jawab Kate lirih.     

"Do you like it?"     

"Sure, i like it very much, Aaric."     

Aaric tersenyum, telinganya yang tajam mendengar suara smarlock ketika pintu ditutup dari luar. Aaric pun kini yakin kalau sudah tak ada orang lagi dikamar mereka, perlahan Aaric melepaskan jas yang membalut tubuhnya dan melemparnya begitu saja di kursi santai yang berada disamping mereka. Satu demi satu kancing kemejanya pun kini berhasil terlepas, begitu juga dengan ikat pinggang yang menyempurnakan penampilannya.     

Perlahan Aaric menggerakkan tangannya ke pinggang ramping Kate dari belakang dan memutar tubuh Kate kedepan supaya menghadapnya, Kate yang sedang terpesona dengan keindahan tulisan dikolam renangnya itu pun memekik cukup keras saat Aaric memutar tubuhnya.     

"Aaric..."     

"I love you Kate."Aaric langsung memotong perkataan Kate dengan cepat, senyumnya mengembang saat berbicara. "Kau tak tahu betapa gilanya kau saat tak berhasil menemukanmu di Seoul."     

"K-kau mencariku?"tanya Kate terbata.     

Aaric mengadukan keningnya ke kening Kate dengan perlahan. "Tentu saja, memangnya kau kira aku diam saja begitu? Jangan-jangan selama ini kau berpikir aku lupa padamu?"     

Kedua mata Kate pun berkaca tiba-tiba. "Aku kira kau sengaja melupakan aku, Aaric. Setelah kau pergi dan tak mengabariku selama hampir dua minggu aku menjadi gila, aku mudah marah dan hilang mood untuk melakukan apapun. Sampai akhirnya aku memutuskan kembali ke St. Peterburg untuk menenangkan diri dan melakukan banyak hal untuk melupakanmu sampai akhirnya aku tahu sedang hamil dan akhirnya aku kehilangnya yang baru aku ketahui telah hidup dalam perutku."     

Dada Aaric terasa sesak mendengar perkataan Kate, setiap kali Kate mnceritakan bagaimana ia kehilangan bayi mereka Aaric merasa sangat bersalah.     

"Maafkan aku, aku tak tahu kalau saat itu kau sudah hamil. Kalau saja aku tahu sudah ada anakku yang bersemayam dalam perutmu tentu saja aku akan menolak ajakan Daddy untuk kembali ke Ottawa dan meninggalkanmu seorang diri,"ucap Aaric lirih.     

Kate tersenyum. "Sudahlah jangan dibahas, hal itu sudah lama berlalu dan saat ini aku tak mau mengingat-ingatnya lagi."     

Aaric menyentuh wajah cantik Kate menggunakan tangan kanannya. "Kau masih mencintaiku, kan? Kau tak membenciku, kan. Kau tak marah padaku, kan?"     

Kate terkekeh geli. "Si bodoh ini benar-benar menyebalkan, kalau aku masih marah padamu mana mungkin aku mau menikah denganmu. Mana mungkin aku setuju mengikat janji sehidup semati untuk hidup bersamamu sampai maut memisahkan, hem?"     

"Ya mana kau tahu."     

"Aaric!!"     

Aaric tertawa terbahak-bahak, ia kemudian memeluk Kate dengan erat. Memeluknya penuh cinta dan kerinduan, seolah mereka baru saja bertemu setelah terpisah puluhan tahun.     

"Aku tak akan meninggalkanmu lagi, aku akan membahagiakanmu seperti janjiku dimakam ibumu, Kate,"ucap Aaric lembut.     

Kate tersenyum, ia tak bicara. Kate justru menikmati aroma tubuh Aaric yang memabukkannya sejak pertama kali mereka bertemu di Korea, angin sepoi-sepoi dan wangi bunga yang ada dikolam membuat suasana semakin romantis. Perlahan Aaric melepaskan pelukannya dari pinggang Kate, dalam waktu cukup lama Aaric menatap tajam kedalam kedua mata indah Kate. Ia ingin sekali melompat masuk kedalam keindahan kedua bola mata Kate saat ini.     

"Aku mencintaimu, Kate."     

"Aku lebih lebih lebih...mencintaimu Aaric."     

Pelan namun pasti Aaric membuka kancing baju yang membalut tubuh Kate dan menyisakan sepasang bra dan panties yang memiliki warna dan motif senada yang menjadi satu-satunya kain yang membalut tubuh indah Kate.     

"Byuurr....."     

Terdengar suara yang cukup keras saat tubuh Aaric dan Kate masuk kedalam kolam yang penuh dengan bunga dalam posisi berpelukan, didalam air Aaric langsung meraih bibir Kate dan melumatnya penuh nafsu yang juga dibalas Kate yang juga sangat menginginkan Aaric setelah bertahun-tahun mereka berpisah.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.