You Are Mine, Viona : The Revenge

Kehangatan keluarga



Kehangatan keluarga

Sudah tiga hari berlalu sejak pesta pernikahan Aaric dan Kate dirayakan secara luar biasa oleh Fernando, semenjak itu pula Natalie tinggal di istana Fernando. Namun hal itu tak serta merta membaut Abby bisa bebas melakukan apa yang ia mau karena Denise, sang adik sepupu yang menyebalkan itu juga tinggal bersama mereka. Denise bahkan sudah dua hari menculik Natalie agar tidur bersamanya.     
1

"Sampai kapan kau cuti, Denise?"geram Abby kesal.     

Denise tertawa. "Aku mengambil cuti yang sama seperti Kate, jadi selama Kate bulan madu maka aku juga akan tetap libur."ucapnya pelan tanpa rasa bersalah dengan terus mengunyah makan paginya.     

"Kalau begitu pulanglah, kembali ke rumahmu!"     

Denise hampir tersedak mendengar perkataan Abby, dengan memasang wajah ingin menangis Denise menatap kearah Fernando. Meminta pembelaan.     

"Jangan seperti anak kecil, Abby." Fernando ikut bicara setelah membaca kode yang diberikan Densie.     

Abby pun langsung menoleh ke arah sang ayah. "Daddy kenapa jadi ikut membela Denise? Ini salahnya, Dad. Dia sudah menjadi perusak suasana."     

"Perusak suasana apa?"tanya Denise tanpa rasa bersalah.     

Tatapan Abby kembali tertuju pada Denise. "Perusak suasana hatiku, kau tahu bukan aku dan Natalie sedang memproduksi cucu untuk Daddy?"     

Uhukkk...uhukkk...     

Natalie yang sejak tadi hanya menjadi pendengar setia perdebatan Denise dan Abby tersedak karena ucapan Abby yang sangat vulgar, Viona yang duduk disamping Natalie kemudian memberikan air minum pada calon menantunya itu sambil tersenyum.     

"Jangan dengarkan ucapan Abby, anggap saja angin lalu. Anak itu sama seperti ayahnya saat masih muda dulu, seenaknya sendiri,"ucap Viona lembut seraya membelai rambut panjang Natalie yang sedang meminum air pemberiannya.     

Fernando hanya tersenyum mendengar perkataan Viona, ia tak marah atau tersinggung karena yang diucapkan istrinya benar. Fernando muda benar-benar sangat posesif dan seenaknya sendiri tanpa memperdulikan orang lain sampai-sampai membuat Viona terluka berkali-kali oleh kebodohannya.     

"See, Nate saja terbatuk. Itu tandanya ucapanmu itu tak benar, Xander. Sudahlah jangan aneh-aneh, lagipula seharusnya yang punya anak terlebih dahulu itu Alex dan Kate. Mereka yang menikah terlebih dahulu, darimu,"seru Denise penuh ejekan, sungguh Denise sangat berani bicara pada Abby.     

Abby tak menjawab ucapan Denise, ia sadar kalau meladeni Denise tak akan ada habisnya. Karena itu ia memutuskan untuk meneruskan makannya dengan sesekali melirik ke arah Natalie yang sedang dilayani Viona dengan sangat baik. What? Seorang nyonya Willan melayani orang lain? Benar, itulah yang terjadi saat ini. Viona memberikan berbagai makanan ke atas piring Natalie, meski Natalie menolaknya namun Viona tak memperdulikan hal itu. Sebagai dokter Viona merasa tubuh Natalie terlalu kurus dan ia khawatir kalau calon menantunya itu sakit, karena itulah saat ini ia memberikan banyak sekali makanan enak pada Natalie.     

"Mulai saat ini kau harus memperhatikan pola makanmu, Nak. Kau akan menikah dengan Abby, jadi kau harus menjaga tubuhmu dengan baik,"ucap Viona lembut saat baru saja meletakkan sepotong Foie Gras diatas piring Natalie.     

Natalie tersenyum malu-malu. "Iya Aun..."     

"No, kau tak diperbolehkan memanggilku Aunty. Panggil aku Mom, sama seperti yang lain. Kau sudah diterima dirumah ini." Viona langsung memotong perkataan Natalie dengan suara meninggi. "Kau paham kan?"     

Natalie mengangguk pelan. "Paham, Mom."     

Senyum Viona langsung melebar. "Good girl, cepat habiskan makanmu. Setelah selesai makan kau ikut Mommy ke rumah sakit, Mommy ingin melakukan beberapa pemeriksaan padamu."     

"Melakukan pemeriksaan di rumah sakit? Tapi aku tidak sakit, Mom."     

"Melakukan pemeriksaan itu bukan berati kau sakit, hal semacam itu perlu dan wajib dilakukan minimal satu tahun sekali sekalipun kita sehat. Kau tahu kenapa? Karena dengan melakukan pemeriksaan seperti itu kita bisa jauh-jauh hari mengetahui apa yang terjadi pada tubuh kita, jadi kita bisa melakukan tindakan pencegahan lebih cepat,"jawab Viona panjang lebar.     

"Aku ikut ke rumah sakit!"Denise tiba-tiba ikut bicara.     

Abby memicingkan matanya. "Bukankah kau cuti? Apakah sopan jika seorang dokter yang sedang cuti datang kerumah sakit?"     

"Sopan sopan saja, lagipula aku adalah seorang Willan. Kau tak lupa itu kan?"Suara Denise meninggi menjawab perkataan Abby.     

"Mau sampai kapan kalian bertengkar?"tanya Fernando pelan mencoba menghentikan perdebatan Abby dan Denise. "Kalian berdua bukan anak kecil lagi, apalagi kau Abby. Kau sudah mau menikah, bukan? Kenapa tak bisa mengalah sedikit pada adikmu, hm?"     

Blar..     

Sebuah petir tak kasat mata langsung mengenai dada Abby, ucapan ayahnya benar-benar membuatnya tak bisa berkata-kata. Begitupun dengan Densie, meski bukan dia yang ditegur tapi ia ikut merasa karena sejak tadi memang dirinya yang mencari masalah dengan Abby.     

Viona mendekatkan tubuhnya ke arah Natalie. "Begitulah, kalau ayahnya sudah bicara tak ada yang berani membantah. Jadi kau tenang saja, kedepannya selama kau ada disisi Mommy dan Daddy kau akan aman. Abby tak akan berani macam-macam padamu."     

Natalie terkekeh, ia makin merasa tenang dan hangat ditengah-tengah keluarga Willan. Saat Natalie tersenyum sambil menyandarkan kepalanya pada pundak Viona secara tak sadar Fernando tersenyum. Dan senyum Fernando berhasil Abby tangkap, ada kesenangan tersendiri untuknya bisa membuat sang ayah tersenyum karena wanitanya.     

Tak lama kemudian semua orang pun selesai makan, termasuk Natalie yang harus menghabiskan makanan yang diberikan Viona diatas piringnya. Atau lebih tepatnya semua orang yang ada dimeja makan mengulur waktu agar Natalie bisa menghabiskan makanannya.     

Menggunakan limosin Fernando berangkat bersama anak, istri dan calon menantunya menuju rumah sakit Global Bros. Karena tak ada yang mau naik mobil terpisah alhasil Fernando meminta Lucas untuk mengendarai Limosin pagi, sangat berlebihan sekali memang tapi itulah Fernando. Ia lebih memilih mengambil jalan tengah yang pasti akan membuat semua orang menggelengkan kepalanya tak percaya.     

"Nanti setelah selesai melakukan pemeriksaan kita pergi berbelanja ya,"ucap Denise pelan sambil melingkarkan tangan pada Natalie yang pagi ini terlihat sangat cantik dan anggun, dibesarkan dalam keluarga kaya membuat Natalie memiliki selera fashion yang tinggi dan hal itu membaut Viona senang karena ia tak perlu bersusah payah mendadani menantunya.     

"Tidak, aku dan Nate punya jadwal lain." Lagi-lagi Abby tak menyetujui rencana Denise yang ingin menguasai wanitanya kembali.     

Denise memajukan bibirnya sebelum akhirnya menoleh ke arah Fernando, seperti biasa. "Daddy..."     

Fernando terkekeh. "Yang dikatakan Abby benar, dia dan calon istrinya memiliki banyak sekali pekerjaan untuk persiapan pernikahan, Denise."     

"Tapi..."     

"Kau bisa pergi ke kantor bersama Daddy, sudah lama bukan kau tak berkunjung ke Endurance Sky Building?"     

Denise menghela nafas panjang. "Baiklah aku akan ikut Daddy, tapi setelah itu..."     

"Kau bebas menggunakan black card milik Daddy sepuasmu dimall."Fernando menyahut dengan cepat perkataan Denise.     

"Asikkk... i love you Daddy!"pekik Denise dengan keras.     

Sebenarnya Denise juga memiliki black card sebagai fasilitas dari papanya, akan tetapi karena ia selama ini sering berdebat dengan sang papa alhasil blackcard miliknya disita. Karena itu saat sang daddy mengatakan ia bisa memakai blackcard miliknya Denise girang bukan main.     

"Ck, dasar anak kecil,"gerutu Abby pelan.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.