You Are Mine, Viona : The Revenge

Lawan Fernando?



Lawan Fernando?

0Sejak pagi Natalie sudah sibuk didapur, membantu para pelayan menyiapkan makanan. Dengan keras kepalanya Natalie terus saja menyibukkan dirinya dengan berbagai aktivitas di dapur meskipun hanya meletakkan piring-piring berisi makanan ke meja makan atau menata letak garpu dan pisau, ucapan Teddy yang memintanya untuk berhenti pun tak dihiraukan.     
0

Natalie memilih berada didapur karena kabur dari Abby, pria itu benar-benar persis serigala kelaparan yang tak pernah puas pada Natalie. Setelah seminggu Abby uring-uringan karena Natalie datang bulan tadi malam ia berniat melepaskan kerinduannya pada Natalie, namun sayang Natalie yang kelelahan pasca pulang berbelanja dengan Denise membuat Abby tak tega. Karena itu tadi subuh Abby berniat untuk meminta hak-nya pada Natalie, namun Natalie yang tak mau berada di ranjang selama akhir pekan seperti ini memilih kabur dan pergi ke dapur untuk membantu pelayan menyiapkan makanan.     

"Anda sedang bertengkar dengan Tuan muda, Nona?"Teddy yang sudah memiliki banyak rambut putih memberanikan diri bertanya pada Natalie yang baru saja merapikan vas bunga yang sudah rapi.     

Natalie gelagapan. "T-tidak, kami baik-baik saja."     

Mungkin Natalie bisa berbohong, tapi wajahnya yang bersemu merah tak bisa berbohong dan Teddy terkekeh karena itu.     

"Saya juga pernah muda, Nona. Anda tak usah malu,"ucap Teddy pelan sambil tersenyum.     

"Aku serius Teddy, aku dan Xander tak sedang bertengkar. Kami baik-baik saja, aku hanya sedang malas saja meladeni celotehannya pagi ini. Karena itu aku keluar dari kamar,"jawab Natalie pelan.     

"Apa ini gara-gara anda tadi malam pulang larut pasca berbelanja dengan Nona Denise?"     

Kate langsung mengangguk dengan cepat merespon perkataan Teddy, biarlah Teddy membuat asumsi sendiri. Yang jelas dalam masalah ini Natalie tak berbohong karena memang tadi malam Abby sempat marah padanya karena pulang terlalu malam.     

Teddy terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya sehingga membuat Natalie bingung.     

"Kenapa kau tertawa, Teddy?"     

"Maaf Nona, saya bukan menertawakan anda. Saya hanya sedang mengingat kesamaan Tuan dan kedua putranya saja, Tuan benar-benar mewariskan sikap posesif dan pemarahnya pada kedua putranya,"jawab Teddy sopan sambil tersenyum.     

  "Apakah Daddy sangat posesif pada Mommy?"     

"Sangat, bahkan tak jarang Nyonya terluka karena sikap posesif Tuan,"jawab Teddy kembali, membicarakan masa-masa pertama pernikahan Fernando dan Viona membuat Teddy sedih karena mereka banyaknya air mata yang dikeluarkan sang nyonya kala itu.     

Natalie meremas ujung serbet yang ia pegang. "Benarkah? Apa Xander akan..."     

"Tidak, Tuan muda tidak akan berani melukai anda. Ada Nyonya yang akan mengontrol mereka, meskipun sikap Tuan muda sedikit ajaib saya harap anda bersabar menghadapinya." Teddy langsung memotong perkataan Natalie dengan cepat.     

Natalie menganggukkan kelapanya sambil tersenyum, ia kemudian kembali meneruskan pekerjaannya tanpa ditegur oleh pelayan lagi. Karena semua makanan sudah tersaji diatas meja Natalie kemudian pergi ke dapur untuk minum air, sudah lama sekali rasanya Natalie tak menyiapkan makanan seperti saat ini.     

"Oh iya tadi aku melihat ada beberapa pelayan yang membawa banyak sekali daging ke tempat penyimpanan daging, daging sebanyak itu untuk berapa lama?"tanya Natalie penasaran pada Teddy.     

"Maksud anda daging-daging yang dibawa lima pelayan pria tadi?"     

Natalie menganggukan kepalanya merespon perkataan Teddy.     

"Daging-daging untuk acara barbeque besok, Nona. Hari ini Tuan muda kedua dan istrinya kembali ke Kanada dan Tuan ingin mengadakan acara barbeque yang akan dihadiri semua sahabatnya, karena itu kami membeli daging hari ini,"jawab Teddy menjelaskan.     

"Sebanyak itu?"tanya Natalie tidak percaya, lima kantong daging dalam ukuran besar adalah jumlah yang tak sedikit.     

Teddy tersenyum kembali. "Iya Nona, daging-daging itu baru dipotong pagi tadi karena itu setelah selesai dibersihkan langsung dikirim ke istana ini."     

"Baru dipotong? Kau serius?"pekik Natalie tak percaya.     

"Tuan Fernando memiliki peternakan sapi penghasil daging terbaik di negara ini, Nona. Jadi kalau kita membutuhkan daging pihak peternakan akan langsung mengirimkannya dengan cepat, maka dari itu daging-daging itu sepagi ini sudah sampai dirumah ini."Teddy kembali memberikan penjelasan panjang lebar.     

Bibir Natalie membulat membentuk huruf O besar selama Teddy bicara, ia kini paham kenapa daging-daging sebanyak itu sudah selesai dikemas dengan rapi kedalam kantong khusus daging ternyata ayah mertuanya memiliki peternakan sapi. Damn, ada berapa cabang bisnis lagi yang sebenarnya dimiliki keluarga ini? Setidaknya pertanyaan itu yang sejak tadi berputar-putar dalam benak Natalie, pantas saja keluarganya dengan sangat mudah dihancurkan. Willan memang terlalu kuat untuk keluarganya dan kini Natalie sadar itu.     

Saat Natalie sedang mengobrol dengan pelayan lainnya Viona terlihat menuruni anak tangga seorang diri, seperti biasanya wanita setengah baya itu selalu tampil sempurna. Mini dress nuansa floral dan handbag yang tentu saja tidak murah dan riasan wajah yang simple membuat nyonya Willan benar-benar mengintimidasi wanita manapun yang akan bersaing dengannya.     

"Lho sayang, kau sudah bangun?"tanya Viona terkejut saat melihat Natalie yang sedang memegang segelas air putih. "Bukankah tadi malam kau pulang jam satu malam?"     

"Ralat Mom, jam setengah dua malam lebih tepatnya." Abby yang tiba-tiba muncul langsung membenarkan ucapan sang ibu.     

Viona tersenyum geli. "Benarkah? Tak mungkin Mommy salah lihat jam, bukan?"     

Abby menggeram. "Tentu saja tidak, karena aku yang menunggunya disofa seorang diri saat Mommy dan Daddy baru naik kekamar."     

"Kadang-kadang wanita memang perlu bersenang-senang, honey. Jadi tak masalah jika sekali atau dua kali Natalie pergi, apalagi Natalie pergi bersama Denise bukan dengan orang lain. Denise adalah adikmu dan dia seorang wanita, kau tak sedang cemburu padanya, bukan?"     

Abby tak menjawab pertanyaan dari sang ibu, ia lebih memilih langsung duduk dikursinya dan langsung memakan buah apel dengan lahap. Viona hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang putra yang kekanakan dan memilih mendekati Natalie yang saat ini sudah sepucat kertas.     

"It's ok, Abby memang seperti itu. Kau tak usah kaget, ya,"ucap Viona lembut penuh keibuan saat membelai rambut Natalie, Viona memperlakukan Natalie seperti putri kandungnya sendiri. Tak memiliki seorang putri yang lahir dari rahimnya membuat Viona sangat memanjakan kedua menantunya itu.     

"Tadi malam kami telat karena ada macet, ada kebakaran di salah satu cafe sehingga kami semua terjebak di lampu merah hampir dua jam." Natalie mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi tadi malam sehingga ia terlambat pulang.     

Viona tersenyum. "Mommy tahu sayang, lagipula seandainya tidak terjadi kemacetan pun kalau kau dan Denise ingin berbelanja sampai mall tutup Mommy tak akan marah. Wajar seorang wanita khilaf saat sedang berbelanja, kau tak usah merasa bersalah seperti itu."     

Natalie perlahan tersenyum, ia bahagia mendapatkan dukungan penuh dari ibu mertuanya yang luar biasa itu. Semua ketakutan Natalie hilang saat ini, berganti dengan kebahagiaan karena bisa memiliki ibu mertua seperti Viona.     

"Oh iya, sepertinya Aaric dan istrinya akan sampai besok pagi. Hari kau temani Mommy ke mall ya, Mommy butuh banyak referensi darimu,"ucap Viona lembut.     

"Tidak Mom, aku tak mengizinkan. Aku punya acara hari ini dengan Nate yang tak bisa diundur,"sahut Abby dengan cepat memotong perkataan ibunya, ia sudah sangat menginginkan Natalie dan jujur Abby sudah tak bisa menahan dirinya lebih lama lagi.     

"Siapa yang bisa melarang keinginan istriku?" Tiba-tiba suara Fernando terdengar keras menggema diseluruh ruangan yang membuat Abby langsung mematung. "Apapun yang diinginkan istriku sama saja seperti keinginanku, keinginan Fernando Grey Willan,"ucapnya lagi dengan suara lantang.     

Damn.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.