You Are Mine, Viona : The Revenge

The Hug bar



The Hug bar

0Damian dan anak buahnya yang beberapa saat lalu bersikap congkak, kini tak bisa berkata apa-apa setelah mengetahui pemuda yang mereka tahan adalah salah satu putra dari penguasa Ottawa. Sementara Abby sendiri hanya bisa tersenyum melihat para pria dihadapannya tertunduk dengan wajah pucat.      
0

"Maafkan kami Tuan muda, kami tak mengetahui kalau preman preman brengsek ini sudah membuat peraturan yang tak pernah kami setujui,"ucap Thomas Gilt sang manager cafe yang didatangi Abby.     

Abby tersenyum tipis. "Kalau kau tak mengetahui ada preman yang berkuasa atas kafe yang kau pimpin selama ini, lalu apa tugasmu? Bersenang-senang dengan para gadis seksi diruang pribadimu, begitu?"     

Thomas Gilt mati kutu, ia tak bisa menjawab pertanyaan Abby. Seluruh tubuhnya terasa dingin saat ini seolah nyawanya sudah sampai di ujung tanduk, keturunan Willan benar-benar membuat mudah sekali mengintimidasi orang dan itulah yang sedang dirasakan manager cafe Redline Star.      

Abby yang malas berdebat memilih untuk tidak memperpanjang masalah, tanpa bicara Abby kemudian bangun dari kursinya dan meraih dompet mahalnya yang beberapa saat lalu dibuka-buka oleh Damian.      

"Bersyukurlah kalian, moodku sedang jelek saat ini. Aku sedang tak mau mencari masalah, jadi nasib kalian aman. Berharaplah di masa depan kalian tak bertemu denganku lagi, karena jika kalian bertemu denganku dalam keadaanku yang sedang baik maka kupastikan kalian tak akan bisa berjalan dengan normal,"ucap Abby pelan saat berjalan melewati Thomas Gilt dan anak buahnya yang tengah tertunduk, begitu juga dengan preman murahan pimpinan Damian yang bagai anak ayam saat ini.      

Abby yang moodnya memang sedang jelek memilih langsung pergi dari cafe itu tanpa menikmati apa-apa, kepergian Natalie benar-benar mengacaukan emosinya malam ini. Memacu mobil mewahnya Abby meninggalkan cafe menuju bar milik sang paman, tanpa sepengetahuan sang ibu selama ini Abby sering datang ke bar milik profesor Frank. Bukan hanya Abby saja yang mengetahui keberadaan bar itu, Aaric pun juga sudah mengetahuinya sejak mereka masih berada di bangku sekolah menengah pertama.      

Karena profesor Frank tidak memiliki seorang anak laki-laki, alhasil ia membawa kedua keponakannya pergi ke bar untuk diajari bagaimana tentang kehidupan malam tentu saja tanpa sepengetahuan Viona. Di bar milik sang paman itulah kedua pangeran Willan kehilangan keperjakaan mereka dan sejak saat itu mereka terbiasa menikmati pelayanan para wanita cantik yang bekerja di bar, selama Abby atau Aaric berkunjung ke bar para wanita itu tak tahu identitas mereka. Karena setiap wanita yang dipilih untuk melayani kedua putra Fernando Grey Willan itu tak diizinkan bicara apapun sebelum diberikan pertanyaan oleh Abby atau Aaric, kedua mata mereka juga ditutup ketika masuk ke dalam kamar tempat dimana Abby atau Aaric menunggu untuk dipuaskan. Dengan cara itulah nama baik Abby ataupun Aaric tetap bersih di publik, sang paman yang mengetahui sepak terjang keponakan keponakannya itu pun hanya bisa tersenyum dan tak berkomentar banyak. Ia hanya berpesan agar jangan sampai wanita yang mereka tiduri hamil, karena pantang seorang Willan memberikan benih mereka kepada wanita murahan.      

Mercedes-Benz Maybach Exelero milik Abby akhirnya masuk ke area parkir bawah di bar milik sang paman yang kini dikenal dengan nama The Hug tanpa hambatan, para bodyguard yang sudah hafal dengan mobil milik Abby langsung memberikan hormat kepadanya begitu mobil itu masuk ke area bar.      

"Selamat datang kembali Tuan muda,"sapa Oliver sang manajer di The Hug dengan sangat sopan pada Abby.     

Abby mengangkat tangannya dan menepuk pundak Oliver dengan kuat. "Kepalaku pusing, kau tahu apa yang aku inginkan, bukan?"     

Oliver tersenyum. "Siap Tuan, saya tahu dan kebetulan sekali saat ini sedang ada barang bagus yang kualitasnya benar-benar premium. Anda pasti sangat menyukainya, Tuan."     

Abby menurunkan kacamata hitam yang sejak tadi bertengger di hidung mancungnya. "Benarkah? Kau tahu konsekuensinya jika membohongiku, Oliver." Suara Abby terdengar penuh intimidasi saat bicara.      

Oliver langsung mengangkat kedua tangannya ke udara memposisikan diri dalam posisi menyerah. "Saya tidak akan pernah berani membohongi anda, Tuanku. Percayalah anda kali ini akan sangat puas."     

Abby terdiam beberapa saat, ia menatap Oliver dengan lebih serius. Oliver adalah salah satu manajer terlama di The Hug, manajer yang memiliki penilaian paling bagus di mata sang paman karena kinerjanya yang tak pernah mengecewakan.     

"Baik, bawa dia ke kamarku. Ingat Oliver, jika kau mengecewakan aku makanya jangan kaget jika kau akan kehilangan semua kemewahan yang kamu dapatkan selama ini,"ucap Abby kembali sambil melepaskan kacamatanya.      

Oliver terkekeh."Saya jamin Tuan."     

Melihat kepercayaan diri Oliver yang sangat tinggi membuat Abby penasaran, ia ingin tahu seperti apa barang premium yang dibangga-banggakan Oliver padanya. Tanpa menunggu waktu lama Abby kemudian berjalan menuju kamarnya melewati jalan khusus yang hanya diketahui beberapa orang saja itu, saat berjalan melewati jalan rahasia Abby tersenyum melihat deretan gadis cantik nan seksi yang sedang berdiri di sisi jalan lain yang dipisahkan kaca dua arah yang menjadi pemisah itu.      

Keberadaan kaca dua arah itu juga hanya diketahui oleh the Willan beserta beberapa orang kepercayaan saja, karena kaca dua arah itu jugalah mereka bisa menilai mana gadis yang berpotensi dan nama gadis yang tidak menghasilkan uang. Karena itu para gadis yang bekerja di The Hug berusaha untuk bekerja sebaik-baiknya supaya tidak dipecat tanpa pemberitahuan, selain karena gaji yang tinggi. The hug juga merupakan satu-satunya bar yang dikunjungi oleh orang kaya yang royal dalam memberikan tip, karena itu banyak gadis cantik yang yang berlomba-lomba berusaha masuk di The Hug.      

Baik Viona atau dokter Louisa tak tahu bisnis haram yang dijalankan profesor Frank itu, ketidaktahuan Viona dan dokter Louisa juga tidak lepas dari campur tangan Fernando. Fernando lah yang melindungi keberadaan The Hug dari dua nyonya Willan itu, makanya sampai saat ini bisnis haram yang dilakukan mereka masih berjalan mulus. Selama ini Fernando menggunakan jasa para wanita cantik itu untuk menaklukkan para musuh bisnisnya, biasanya para pesaingnya akan bertekuk lutut kepadanya ketika sudah masuk ke The Hug. Karena itulah Fernando menutupi keberadaan bar itu dari sang istri dan adik iparnya.      

Menggunakan sistem smartlock door kamar khusus milik Abby hanya bisa diakses oleh orang-orang yang memegang kunci kamarnya saja termasuk Abby sendiri tentunya, senyum pria muda itu mengembang lebar saat melihat konsisi kamarnya yang sangat rapi dan wangi. Dua hal wajib itu harus tetap terjaga meski Abby tak berkunjung.      

Baru saja akan membuka jas yang membalut tubuhnya Abby dikejutkan dengan masuknya seorang wanita muda cantik yang menggunakan penutup mata dipandu Oliver.     

"Namanya Florence, Tuan muda. Dia yang akan menemani anda malam ini, Tuan,"ucap Oliver lantang sambil tersenyum pada Abby.     

Abby menatap gadis bernama Florence itu dari ujung kaki sampai ujung rambutnya, terlihat cantik dan menggairahkan. Senyum Abby semakin mengembang saat Oliver mendekat padanya dan berbisik. "Gadis ini masih perawan, Tuan."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.