You Are Mine, Viona : The Revenge

Same Girl



Same Girl

0Aaric menggaruk kepalanya yang tak gatal melihat isi lemari Kate yang sudah berisi puluhan pakaian dalam seksi, sungguh Aaric tak pernah mengira sang ibu akan berbuat sejauh ini. Apalagi yang ia tahu ibunya itu adalah wanita yang berpendidikan dan anggun yang tak akan mungkin melakukan hal semacam ini, akan tetapi Aaric lupa satu hal penting bahwasanya ibunya adalah seorang wanita yang sudah tak sabar memiliki cucu. Karena itu segala cara ia perbuat seperti kali ini dengan mengganti semua isi lemari Kate dengan pakaian seksi.     
0

"Bagaimana ini, Aaric?"tanya Kate bingung, pasalnya saat ini walk in closet mereka sudah dikunci rapat sehingga hanya lemari kecil yang berisi lingerie seksi itu sajalah yang bisa digunakan Kate untuk berganti pakaian.     

"Tenanglah, aku yakin ini hanya sementara. Lagipula Mommy tak mungkin akan mengurung kita dikamar terus, kau harus bekerja begitu juga aku. Jadi jangan diambil pusing, kita pikirkan cara mengambil hati Mommy pelan-pelan untuk membuka walk in closet kita."     

Kate tersenyum mendengar perkataan suaminya, semua kepanikan yang melandanya pun kini hilang. Aaric benar-benar menjadi penenangnya disaat sedang gelisah seperti saat ini, karena satu masalah terpecahkan Kate berniat membongkar koper bajunya untuk mengeluarkan pakaian-pakaian ganti yang bisa ia gunakan selama sang ibu mertua menahan kunci walk in closet mereka. Pada saat Kate baru akan meraih salah satu kopernya ke ranjang tiba-tiba ekor mata Kate menangkap sebuah benda berkilau yang menyilaukan matanya, karena penasaran kate kemudian mendekati meja riasnya dan langsung mematung saat melihat apa yang ada diatas meja riasnya. Satu set perhiasan berlian dengan harga fantastis sudah berjajar rapi.     

"A-aaric...lihat ini."     

Aaric yang sedang berusaha membuka walk in closet mereka yang dikunci dari luar langsung menoleh ke arah sang istri dengan cepat. "Ada apa?"     

"Kemarilah, lihat ini."     

Tanpa bertanya lagi Aaric pun melangkahkan kakinya mendekati Kate yang mematung didepan meja riasnya. "Ada apa?"     

Kate tak menjawab pertanyaan Aaric, ia justu meraih salah satu box berisi kalung berlian nan mewah yang ada diatas meja riasnya dan menunjukkannya pada Aaric.     

"Wow, ini cantik sekali,"ucap Aaric jujur.     

Kate menghentakkan salah satu kakinya ke lantai karena kesal. "Aaric, aku serius."     

"Iya kau juga serius, kalung ini bagus. Sangat bagus malah."     

Bibir Kate mencebik dan bersiap untuk menangis sampai akhirnya Aaric menyadari itu dan menyingkirkan kalung berlian itu dari tangan Kate dan mengajaknya untuk duduk. "Kau kenapa? Apa aku salah bicara?"     

"Iya, kau menyebalkan. Aku sedang bicara serius tapi kau tak paham-paham,"sahut Kate serak.     

Aaric tersenyum tipis. "Maafkan aku, aku hanya masih terlalu senang saja melihatmu marah-marah."     

"Aaric!!"     

Aaric tertawa terbahak-bahak, bahkan ketika pinggangnya di cubit ia masih tertawa tanpa henti hingga akhirnya ketika Kate meneteskan air mata barulah Aaric berhenti tertawa. Dengan penuh kasih Aaric menyeka air mata istrinya yang membasahi wajah cantiknya.     

"Kau tak boleh menangis lagi, sayang. Tak ada satupun alasan yang bisa membuatmu menangis, kita sudah menikah sekarang. Kau adalah Nyonya Willan saat ini, Kate. Statusmu jelas,"ucap Aaric lembut setelah memberikan kecupan pada kedua mata Kate secara bergantian.     

Kate membasahi bibirya dengan lidahnya. "Aku menangis karena kau menyebalkan, kau terus menggodaku. Padahal aku sedang ingin serius."     

"Maafkan aku, ya. Janji aku tak akan mengulanginya lagi, kau mau memaafkan aku kan?"     

"Iya, tapi jangan terus menggodaku seperti tadi atau aku akan marah besar padamu,"jawab Kate ketus.     

"Iya..iya sayangku, baiklah sekarang apa yang ingin kau bicarakan padaku?"     

Kedua mata Kate berbinar, ia langsung mengingat soal benda berkilau yang ada diatas meja riasnya. Dengan gerakan cepat Kate meraih kotak yang berisi perhiasan-perhiasan mewah itu dan menunukkannya pada Aaric.     

"Apa kau yang membeli semua ini?"     

Aaric tersenyum. "Bukan, ini pasti Mommy. Mommy lah yang memberikan semua perhiasan kecil ini padamu."     

Kate membeliak. "Kecil kau bilang? Ini perhiasan mahal, Aaric. Aku yakin ini harganya lebih dari satu juta dollar dan aku tak bisa menerimanya, kita kembalikan pada Mommy saja ya."     

"Satu juta dollar bagi Willan itu uang kecil, Kate. Lagipula seandainya kau mengembalikan perhiasan-perhiasan ini pada Mommy, Mommy pasti akan tersinggung. Mommy pasti akan sedih karena merasa tak dihargai oleh menantunya."     

Kate langsung menutup rapat bibirnya, kedua matanya kembali berkaca-kaca. Sungguh Kate sangat bodoh, ia sampai tak berpikir sejauh itu saat ini.     

"Mommy adalah wanita berhati paling lembut yang aku kenal, bahkan dulu saat Mommy mendapatkan perlakuan tak menyenangkan dari Daddy berkali-kali Mommy masih memaafkan Daddy dan pernikahan mereka masih langgeng sampai saat ini. Bayangkan saja seandainya kita datang padanya dan mengembalikan perhiasan-perhiasan ini padanya, apa kau sanggup membayangkan betapa hancur dan kecewanya hati Mommy, Kate?"     

"Tentu saja tidak, aku tak akan mungkin mau membuat Mommy sedih,"jawab Kate lirih.     

"Ya sudah kalau begitu, jadi sekarang singkirkan niatmu untuk mengembalikan perhiasan ini pada Mommy,"ucap Aaric lembut seraya menyentuh tangan Kate yang sedang memegang kotak perhiasan.     

"Tapi aku tak pantas menerimanya, Aaric. Aku kan hanya..."     

"Siapa bilang kau tak pantas? Kau istriku saat ini Kate, istri Alarick Alexander Willan. Kau tak lupa dengan statusmu itu bukan?"Aaric langsung memotong perkataan Kate dengan cepat. "Percayalah Mommy memberikan semua perhiasan ini padamu pasti ada alasannya, jadi jangan pernah bicara yang tidak-tidak lagi Nyonya Willan."     

Kate meletakkan kotak perhiasan ditangannya dan langsung memeluk Aaric dengan erat, air mata bahagianya mengalir deras membasahi wajah cantiknya.     

"Kau aku izinkan menangis kali ini, tapi ingat ini adalah tangis terakhirmu. Setelah ini kau tak diizinkan lagi untuk menangis. Kau mengerti kan, babe?"     

"Iya kau mengerti."     

Aaric tersenyum dan mengeratkan pelukannya pada tubuh Kate dengan erat, saat ini Aaric lupa soal Elsa Wesley yang kembali hadir dalam hidupnya. Kehadiran Kate benar-benar membuat Aaric melupakan apapun, termasuk Elsa. Gadis malang yang sudah diperalat Adam Collins untuk membunuhnya saat berada di Paris beberapa tahun yang lalu itu.     

*****     

Sementara itu di Endurance Corporation saat ini Abby sedang dibuat tak bisa bicara apa-apa setelah melihat data diri dari calon sekretarisnya yang baru, beberapa saat yang lalu salah satu staf human resourse departement datang memberikan satu map berisi data diri calon sekretarisnya yang baru.     

"Clarine Flore de Luci,"ucap Abby lirih mengeja nama calon sekretaris barunya yang wajahnya sangat Abby ingat. "Flore de Luci...Florence...Fuck. Kenapa dunia sesempit ini..aaarrghhh."     

Abby memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit, Clarine Flore de Luci sang calon sekretaris barunya itu adalah gadis yang ia tiduri di The Hug tadi malam. Seorang gadis polos yang kesuciannya ia renggut secara brutal, tadi malam dibawah pengaruh alkohol Abby merenggut kesucian Florence dengan kasar. Florence sendiri tak bisa berbuat apa-apa selain menangis dengan mata yang di tutup rapat dengan selembar kain berwarna hitam saat ia disetubuhi Abby, karena itu Abby yakin sekali kalau sekretaris barunya itu adalah gadis yang sama. Abby masih mengingat detail wajah gadis itu, gadis yang merintih dibawahnya ketika ia pacu tubuhnya dengan keras.     

"Apa lagi ini Tuhan?"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.