You Are Mine, Viona : The Revenge

Sifat yang sama



Sifat yang sama

0Saat makan malam tiba Denise benar-benar menjadi satu-satunya orang yang tak memiliki pasangan di meja makan, ia hanya bisa diam saat melihat kemesraan pasangan beda generasi itu.      
0

Denise pun menyesali keputusannya datang ke rumah sang mommy untuk makan malam bersama mereka, Denise lupa kalau saat ini kedua kakak sepupunya itu sedang hangat-hangatnya bersama pasangannya masing-masing dan sebagai seorang gadis yang sudah dewasa Denise sadar kalau keberadaannya itu pasti sangat membuat tidak nyaman Kate dan Natalie. Terbukti beberapa kali baik Kate ataupun Natalie tampak melepaskan tangan pasangannya masing-masing agar tidak harus menyentuh pinggangnya.      

Akhirnya siksaan panjang itu pun selesai, setelah hampir 30 menit akhirnya mereka semua meninggalkan meja makan dan berkumpul di ruang keluarga. Kali ini, baik Natalie ataupun Kate langsung memilih duduk di samping Denise. Kedua wanita itu langsung menjauh dari Abby dan Aaric.     

"Kenapa kalian duduk di sampingku?"tanya Denise ketus.      

Kate terkekeh. "Jangan begitu, kalau kau terus marah nanti kecantikanmu akan hilang."     

"Ck siapa bilang? Aku masih tetap cantik seperti biasanya,"sahut Denise datar.     

"Cantik? Benarkah? Kalau cantik itu seharusnya sudah punya kekasih, tidak terus sendirian seperti saat ini."Abby yang datang dari mini bar dengan membawa dua gelas wine ditangannya langsung menyahut perkataan Denise.     

"Abby, jangan terus menggoda adikmu seperti itu,"ucap Viona pelan memberi peringatan pada Abby.      

Abby hanya mampu tersenyum lebar tanpa suara mendengar perkataan sang ibu, yang lebih banyak untuk tak menggoda Denise. Sementara Denise sendiri sudah memberikan tatapan membunuh tadi kakak pertamanya itu.      

"Jangan hiraukan Xander, Denise. Kau cantik dan seorang gadis cantik sepertimu harus memilih pria terbaik untuk dijadikan suami, jadi jangan terburu-buru memilih pasangan hanya karena dibully oleh kakakmu yang buruk rupa itu,"ucap Natalie pelan pada Denise.      

Abby menaikkan satu alisnya. "Buruk rupa?"     

"Iya, kau dan Aaric buruk rupa." Kate yang sedang menikmati anggur langsung menjawab pertanyaan Abby tanpa rasa bersalah.     

"Honey, aku tidak ikut-ikut. Kenapa kau bawa-bawa aku, hm?"tanya Aaric pelan dengan tatapan tajam.     

"Ya aku membela Denise, selama ini kalian berdua sering sekali menggodanya maka mulai detik ini aku memutuskan berada di sisi Denise. Jadi kalian tidak bisa menggodanya lagi dengan kata-kata seperti tadi, Denise masih sendiri karena dia belum merasa klop dengan pria-pria tampan yang selama ini mendekatinya,"jawab Kate santai sambil mengerlingkan satu matanya kearah Natalie.     

"Iya yang dikatakan Kate benar, kalian ini tidak tahu apa-apa tentang Denise. Denise itu memiliki stok pria-pria tampan yang mengantri untuk mendapatkan cintanya, waktu kita di villa yang ada di kepulauan Gulf itu aku bahkan sudah melihat ada beberapa pria yang terus penerus menghubungi Denise melalui panggilan video,"imbuh Natalie asal bicara menimpali perkataan Kate, sepertinya Natalie berhasil membaca kode yang diberikan Kate padanya beberapa saat yang lalu sehingga ia berbicara seperti tadi untuk memperkuat karangan Kate.      

"Apa?"     

"What?"     

Abby dan Aaric memekik bersamaan mendengar perkataan pasangannya masing-masing itu, keduanya terlihat tidak nyaman dengan ucapan mereka sebelumnya.      

"Kalau tidak percaya tanya saja pada, Denise. Denise bahkan waktu itu sempat mengenalkan aku pada salah satu pria tampan yang…"     

"Kate,"geram Aaric dengan cepat, kedua matanya melebar saat bicara. "Sadari posisimu saat ini."     

Kate tersenyum. "Lho aku kan hanya cerita, kalau tidak percaya tanya saja pada Natalie. Aku yakin Natalie pasti dikenalkan juga pada salah satu pria yang mengantri untuk mendapatkan cinta Denise, bukan begitu, Nate?"     

Natalie menganggukan kepalanya dengan cepat dan bersiap membuka mulutnya untuk merespon perkataan Kate sebelum akhirnya Abby langsung menubruknya dan menutup mulut wanita itu menggunakan satu tangannya.     

"Akh sudah-sudah...kalian berempat sama saja, sama-sama menggodaku,"ucap Denise dengan keras, Denise sudah tidak sabar mendengarkan obrolan pasangan yang sedang dimabuk asmara itu.      

Dengan kesal Denise lalu mengangkat tubuhnya dari sofa dan bergegas pergi ke kamarnya dilantai dua, meninggalkan semua orang yang sedang bersantai di ruang keluarga. Kate dan Natalie yang sebenarnya ingin membela Denise, justru bingung ketika melihatnya marah.      

Fernando yang sejak tadi hanya menjadi penonton percakapan anak-anak dan menantunya itu tertawa kecil sehingga membuat semua orang kini menatapnya dengan bingung.      

"Apa yang kami berdua lakukan tadi salah, Daddy?"tanya Kate lirih.     

"100% salah,"jawab Fernando dengan cepat.     

"Tapi kami hanya berniat untuk menolongnya dari godaan kedua kakaknya yang menyebalkan ini, Daddy." Natalie yang sudah menyingkirkan tangan Abby ikut bicara menimpali perkataan Kate.     

Fernando meletakkan gelas wine yang berada ditangannya. "Denise adalah gadis pintar, dia sebenarnya dengan mudah melawan kedua kakaknya yang menyebalkan tanpa bantuan kalian berdua. Apa yang kalian lakukan tadi justru membuat egonya semakin terluka, dia akan merasa kalau kalian berdua justru ikut bersekongkol dengan Abby dan Aaric untuk membullynya."     

Kate dan Natalie panik, keduanya terlihat sekali sedang gelisah saat ini.      

Viona terkekeh geli melihat ekspresi kedua menantu cantiknya itu. "Jangan dengarkan ucapan Daddy kalian, dia hanya asal bicara. Sudahlah, Denise tidak akan marah. Dia pasti seneng karena saat ini ada dua orang kakak perempuan yang berada di sisinya melawan dua kakak pembully yang selama ini terus menggodanya."     

"Siapa juga yang membully Denise,"sahut Aaric dengan cepat sambil melingkarkan tangannya ke perut Kate.     

"Benar itu, kami hanya mencoba untuk membentuk mentalnya saja supaya lebih kuat. Dia adalah satu-satunya putri dikeluarga ini, kalau dia tidak tahan banting dengan ucapan kami berdua maka sudah bisa dipastikan Denise akan mudah ditindas dan dibully seperti waktu dia masih sekolah dulu karena prinsip bodohnya itu,"ucap Abby dingin sambil melipat kedua tangannya di dada.      

"Prinsip bodoh apa?"tanya Natalie penasaran.     

"Sejak kecil Denise menolak untuk mendapatkan semua privilege yang dia miliki karena terlahir sebagai seorang Willan, Denise selalu mengatakan ia ingin menikmati kehidupannya seperti teman-temannya yang lain yang tidak mendapatkan pengawalan dari para bodyguard di sekolah atau di manapun dia pergi. Jadi sejak kecil dia tidak pernah memakai nama belakangnya di hadapan teman-teman sekolahnya, karena itu teman-temannya tak ada yang tahu kalau dia adalah seorang Willan,"jawab Viona lembut.     

Kate yang penasaran dengan kehidupan masa lalu Denise langsung melepaskan tangan Aaric dari perutnya dan mendekati sang ibu mertua. "Jadi konferensi pers waktu itu adalah pertama kalinya dia membuka identitasnya, Mom?"     

"Iya, itu adalah kali pertama Denise muncul di publik dengan mengatakan sendiri kalau ia adalah putri tunggal profesor Franklin Justin Willan,"jawab Viona kembali sambil tersenyum.     

"Kenapa Denise melakukan itu, Mom? Bukankah kebanyakan para gadis diluar sana justru ingin menikmati privilage yang Denise tolak itu, mom,"tanya Natalie bingung, ia tak mengerti dengan jalan pikiran Denise.      

Fernando melingkarkan tangannya ke perut Viona dengan lembut. "Hal itu terjadi karena Denise menuruni sifat Mommy kalian ini, Mommy kalian ini menjadi ibu asi bagi Denise. Jadi tak heran jika sifat lembut Mommy kalian ini menurun padanya."     

"Jadi dulu Mommy pernah menyusui Denise?"tanya Kate dengan keras.     

Viona tersenyum. "Iya, hal itu terjadi karena ibunya tak bisa memproduksi ASI dan kebetulan waktu itu Mommy juga masih menyusui Abby dan Aaric secara eksklusif. Jadi pada saat Denise lahir ASI Mommy masih banyak, hingga akhirnya mommy menyusui Denise sampai ia berusia dua tahun."     

"Kalau Denise bisa mewarisi sifat baik Mommy hanya karena minum ASI Mommy, lalu kenapa suamiku tak ada mirip-miripnya dengan Mommy?"ucap Kate lirih tanpa sadar. "Aaric sangat playboy, Mom. Di Korea saja dulu banyak sekali teman kencannya."     

"Iya kau benar Kate, Xander pun begitu. Dikampus dulu dia juga sangat tebar pesona dan jujur itu sangat menyebalkan, kenapa Mommy tak mewariskan sifat Mommy ke Xander juga seperti pada Denise?"Natalie tak mau kalah ikut bicara.      

Fernando terkekeh geli mendengar perkataan kedua menantunya yang sedang protes itu. "Tentu saja tak mirip, sifat kedua suami kalian mirip dengan Daddy saat masih muda dulu. Jadi kalian tak usah heran."     

"Iya.. sama-sama playboy, arogan, kepala batu dan mau menang sendiri. Itulah sifat dasar Daddy kalian, jadi kalian tak usah kaget jika melihat Abby dan Aaric memiliki sifat seperti itu. Kalau kalian mau marah, salahkan saja Daddy kalian yang sudah mewariskan sifat jelek itu pada kedua putranya." Viona dengan cepat menimpali perkataan Fernando tanpa rasa bersalah.     

"Mommy…."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.