You Are Mine, Viona : The Revenge

Nyonya muda Willan



Nyonya muda Willan

0Hari pertama bekerja kembali di rumah sakit dengan menyandang gelar Nyonya Willan membuat Kate menjadi pusat perhatian banyak orang, tak sedikit staf rumah sakit Global Bros yang langsung berdiri tegak saat melihat kedatangan Kate yang berjalan bersama Denise.     
0

Sebenarnya Kate ingin sekali langsung ke tempatnya kerja namun Denise justru mengajaknya menuju kantin untuk menikmati waffle kesukaan mereka, seperti sebelumnya staf yang ada dikantin langsung menjaga jarak satu meter dari Kate dan Denise. Bayangkan saja, yang satu adalah menantu pemilik rumah sakit dan yang satu adalah putri dari salah satu pemegang saham tertinggi dirumah sakit. Tentu saja akan menjadi masalah yang sangat besar sekali kalau mereka mengganggu dua dokter cantik itu.     

"Ayo kembali, Denise. Aku tak nyaman sekali diperhatikan seperti ini."Kate berbisik lirih pada Denise yang sedang menikmati waffle nutella kesukaannya.     

Denise menjilat tangannya yang terkena coklat dengan gerakan lambat, Kate yang merasa terganggu dengan aktivitas Denise kemudian meraih tisue dan langsung meraih tangan Denise dan membersihkannya dengan cepat.     

"Kau bukan anak umur 5 tahun yang harus mekan coklat dengan berantakan seperti ini, Denise."     

Denise terkekeh. "Aku tahu."     

"Lalu kenapa kau melakukan hal ini?"     

Dengan tangan yang sudah bersih Denise langsung menyentuh kedua pipi Kate. "Aku punya kakak perempuan sekarang, jadi kalau aku makan berantakan akan ada yang membantuku,"jawabnya pelan sambil tersenyum lebar.     

Kate yang tak terbiasa mendengar rayuan gombal dari Denise langsung menyingkarkan kedua tangan adik iparnya itu dengan cepat.     

"Ingat peraturan nomor satu dirumah sakit ini, meski kita saudara tapi jika sudah dirumah sakit kita adalah rekan kerja. Jadi kau tak bisa menggantungkan dirimu padaku seperti ini,"jawab Kate ketus.     

"Jangan terlalu kaku, sayang. Memang ada peraturan semacam itu tapi jika masih dikantin seperti ini dan belum mulai kerja rasanya tidak masalah."     

Suara dokter Cecilia terdengar jelas dari arah belakang tempat duduk Kate dan Denise tiba-tiba ikut menyela pembicaraan Kate, sontak Denise dan Kate pun langsung menoleh ke arah sumber suara dan tersenyum saat melihat dokter Cecilia berdiri dihadapan mereka bersama profesor William dan profesor Dexter.     

Denise yang senang karena di bela dokter Cecilia langsung melingkarkan tangannya kembali ke pundak Kate. "Nah kau dengar kan? Selama kita belum bekerja tidak masalah kalau aku terus meminta bantuanmu, Kate."     

Profesor William menggelengkan kepalanya. "Tapi kau tetap harus tahu batasan, Denise. Kau tak bisa terus menerus merepotkan kakakmu."     

"I know, uncle,"jawab Denise pelan dengan bibir mencebik.     

Profesor Dexter yang gemas melihat tingkah Denise kemudian mengacak-acak rambut gadis itu seperti yang sering ia lakukan saat mereka semua sedang kumpul bersama, semenjak Denise membongkar identitasnya sebagai seorang Willan semua profesor dan dokter yang sebelumnya menjaga jarak dari Denise yang sedang menyamar itu kini tak perlu melakukan hal semacam itu karena semua orang kini sudah tahu.     

"Ishh..rambutku berantakan, Uncle!"protes Denise kesal.     

"Rapikan lagi, nanti juga rapi,"jawab profesor Dexter pelan menggoda Denise.     

"Uncle!!!"     

"Sudah-sudah, berhenti menggoda anak ini, Dexter. Kau tak mau ayahnya murka, kan?"ucap profesor William pelan memberi peringatan pada sahabat baiknya itu.     

Profesor Dexter hanya terkekeh geli mendengar peringatan yang diberikan sahabatnya, sebenarnya Denise pun juga tidak benar-benar marah. Ia hanya kesal saja jika harus kembali merapikan rambutnya.     

Dokter Cecilia yang baru saja memeluk Kate untuk mengucapkan selamat sekali lagi hanya bisa tersenyum melihat perdebatan kedua sahabat itu. "Kau harus membiasakan hal semacam ini, Kate. Aku yakin dirumah kau pasti dibuat pusing oleh perdebatan Aaric dan Abby, bukan?"     

Kate tersenyum. "Iya dok..."     

"Dok?"dokter Cecilia langsung memotong perkataan Kate dengan cepat. "Apa kau lupa dengan ucapanku tadi? Meskipun kita sudah dirumah sakit dan belum masuk jam kerja kau bisa memanggilku dengan sebutan aunty, jangan panggil dok. Apakah aku tak bisa lebih dekat denganmu, Kate?"     

Kate langsung menggerakkan kedua tangannya didepan dada. "T-tidak, bukan begitu dok eh aunty. Aku hanya masih belum terbiasa saja."     

  "Berhenti menggodanya dok, Kate masih belum terbiasa dengan statusnya sebagai Nyonya muda Willan. Kita jangan mempersulitnya lagi dengan menggodanya seperti itu, yang aku katakan benar bukan, Kate?" Profesor Frank yang muncul bersama dokter Louisa ikut bergabung dengan mereka.     

Melihat ayah dan ibunya datang sikap manja Denise muncul, dengan cepat gadis itu mendekati ibunya dan memeluknya erat.     

"Dasar anak manja, bagaimana tidurmu dirumah Mommy? Bisa tidur nyenyak?"tanya dokter Louisa pelan pada putrinya.     

"Bisa, aku bahkan tidur lebih cepat dari biasanya,"jawab Denise dengan polosnya.     

Profesor Frank menipiskan bibirnya. "Baguslah jika kau tidur lebih cepat, setidaknya dengan kau tidur lebih cepat kau tidak akan mendengar suara-suara surga yang berasal dari pengantin baru kita yang baru kembali dari pulau Bali ini."     

Wajah Kate langsung memerah saat mendengar perkataan profesor Frank, sementara dokter yang lain langsung tertawa lebar menyisakan Denise yang masih belum mengerti kemana arah pembicaraan sang ayah. Ia masih belum paham dengan istilah 'suara-suara surga'.     

"Sudah-sudah, kau ini sama saja seperti yang lain. Jangan menggodanya lagi, ayo Kate ikut aunty. Ada hal penting yang ingin aunty katakan padamu,"ucap dokter Louisa dengan cepat, menyelamatkan Kate dari godaan sahabat-sahabat ibu dan ayah mertuanya.     

Dengan wajah bersemu merah Kate pergi meninggalkan kantin mengikuti langkah dokter Louisa yang mengajaknya pergi, Denise yang tak mau berpisah dengan Kate pun memilih mengekor dibelakang mereka meskipun saat ini Kate masih sangat penasaran dengan arti kata 'suara-suara surga'. Denise bersumpah ingin menanyakannya kembali pada sang Mommy setelah jam kerja berakhir, biasanya jika Denise tak mengerti dengan istilah-istilah yang digunakan kedua kakaknya ia akan bertanya pada dokter Viona.     

Melihat Kate dan Denise pergi para dokter senior itupun mulai meninggalkan kantin untuk kembali ke pekerjaannya masing-masing, para dokter junior yang sejak tadi hanya mengunci rapat bibirnya melihat para dokter senior itu bercengkrama dengan Kate dan Denise. Bahkan Gloria dan temannya Ivy hanya mengacak-acak makan paginya tanpa benar-benar memakannya saat para dokter itu datang.     

"Brengsek."     

"Tenang, ini rumah sakit Gloria. Jaga sikapmu, para dokter senior itu juga masih ada disini,"bisik dokter Ivy pelan mencoba menenangkan Gloria yang baru saja mengumpat.     

"Aku kesal sekali, apa bagusnya perempuan itu? Wajah? Lebih cantik aku. Tubuh? Tubuh juga lebih indah tubuhku,"ucap Gloria penuh emosi, rasa iri Gloria pada Kate semakin menjadi-jadi saat ini.     

Dokter Ivy tak merespon perkataan Gloria, ia justru lebih memilih mengajak Gloria untuk segera meninggalkan kantin supaya tak ada orang lain yang mendengar ucapan Gloria yang sedang menjelek-jelekkan dokter Katerine Ivanov Willan yang sudah sah menjadi bagian dari keluarga paling berpengaruh di Ottawa.     

Istana Willan.     

Saat semua orang pergi bekerja melanjutkan aktivitasnya masing-masing Natalie adalah satu-satunya orang yang tak melakukan apapun di rumah, rasa bosan pun sudah melandanya padahal hari masih sangat pagi.     

"Apa aku boleh bertanya sesuatu, Teddy?"tanya Natalie pelan.     

Teddy yang baru saja menyiram tanaman didalam rumah langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Tentu saja, Nyonya."     

"Apa aku boleh datang ke tempar kerja Xander?"     

"Tentu saja boleh, anda calon istri Tuan muda. Tak ada yang bisa melarang anda datang ke kantor calon suami anda sendiri,"jawab Teddy sopan.     

Natalie tersenyum lebar. "Kalau begitu ayo temani aku ke kantor."     

"A-apa?"     

"Iya, kau temani aku ke kantor. Aku tak mungkin pergi sendiri, Teddy. Aku akan seperti orang hilang jika pergi ke kantor sendirian,"ucap Natalie lirih penuh harap. "Please, temani aku, ya."     

"Baiklah, saya akan menemani anda, Nyonya."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.