You Are Mine, Viona : The Revenge

Mempercepat pernikahan



Mempercepat pernikahan

0Pertengkaran Abby dan Natalie akhirnya terdengar di telinga semua orang, tembakan Abby pada pintu kamarnya membuat semua orang kaget. Terlebih Viona, pasalnya semarah-marahnya Fernando dulu padanya pria itu tak pernah sampai menggunakan pistol untuk membuka pintu. Natalie baru mau keluar dari kamar mandi saat Viona yang memintanya, dengan tubuh dingin dan pucat Natalie terjatuh dipelukan Viona.     
0

"Kalau kalian bertengkar tolong jauhkan pistol, lagipula kalian akan segera menikah dalam hitungan hari. Tak bisa kah menyelesaikan masalah dengan kepala dingin?"     

"Memangnya apa masalahnya sampai kalian bisa bertengkar sebesar ini?"     

"Daddy sebenarnya tak mau ikut campur, tapi kau sudah keterlaluan Abby. Kau laki-laki, seharusnya kau lebih bisa menjaga emosimu dibanding Natalie. Ingat Abby, gadis itu sudah tak memiliki keluarga lagi. kau tak bisa menyakitinya terlebih lagi ibumu sudah sangat menyayanginya."     

Fernando yang sebenarnya tak mau ikut campur masalah putranya akhirnya bicara panjang lebar, terlebih lagi saat ia tahu putra kesayangannya itu sampai menggunakan pistol untuk membuka pintu kamarnya. Aaric yang sejak tadi duduk disebelah Abby pun hanya bisa diam, ia tak berani membuka mulutnya karena takut terkena semprot sang ayah. Yang ia lakukan sejak tadi hanya menepuk-nepuk punggung sang kakak yang penampilannya sangat acak-acakan sekali saat ini.     

Saat Fernando sedang mengurus putranya Viona dilantai dua mengurus Natalie dibantu Kate yang langsung sigap, meski Kate belum lah terlalu dekat dengan Natalie namun Kate ikut merasa sedih melihat kondisi kakak iparnya yang sangat kacau.     

"Ayo keluar Mom, biarkan Nate istirahat,"ucap Kate pelan mengajak Viona keluar dari kamar tamu yang kini dijadikan kamar untuk Natalie.     

Viona menghela nafas panjang. "Kasihan sekali dia, sepertinya dia dan Abby terlibat pertengkaran hebat. Kau juga lihat bukan bagaimana kondisi Natalie tadi saat keluar dari kamar mandi. "     

"Iya Mom, tapi saat ini ia sudah jauh lebih baik. Tekanan darahnya sudah normal, dia juga sudah tidur. Tak ada lagi yang bisa kita lakukan saat ini selain menunggunya bangun besok pagi, Mom."     

"Iya kau benar, ya sudah ayo kita keluar. Biarkan Nate istirahat, sepertinya hari ini sudah menjadi hari yang melelahkan untuknya,"ucap Viona lirih sembari meraba wajah kening Natalie dengan lembut.     

Setelah menyisakan satu lampu tidur disamping nakas Viona pun mengajak Kate untuk keluar dari kamar Nate, ia memilih untuk pergi dari kamar Natalie. Meski tenaganya sudah habis pasca mengurus Natalie namun Viona memilih bergabung dengan suami dan kedua anaknya yang berada diruang keluarga.     

"Tidak usah, sayang. Kau tidurlah, kau sangat lelah bukan hari ini?"Viona menolak bantuan Kate yang ingin membantunya turun tangga.     

Kate menggeleng. "Mana mungkin aku bisa tidur saat keluargaku sedang ada masalah, rasa lelahku sudah hilang sejak melihat kondisi Natalie, Mom."     

Viona tersenyum lembut. "Kau yakin ingin bergabung dengan Mommy menemui Daddy, suami dan kakak iparmu?"     

"Yakin Mom, aku juga tak akan setega itu membiarkan Mommy turun sendiri. Tadi Mommy sudah mengeluarkan banyak tenaga saat menangani Nate yang menggila."     

Viona menggerakkan tangannya dan menyentuh wajah cantik Kate dengan lembut. "Kalian berdua adalah putriku yang berharga, mana mungkin Mommy diam saja saat salah satu putri Mommy sedang terluka. Ingat ini baik-baik, Kate. Kau bukan hanya sekedar menantu untukku begitu juga dengan Nate."     

Kedua mata Kate berkaca-kaca seketika. "Aku bahagia Mom, terima kasih sudah membuatku merasakan kasih sayang seorang ibu kembali."     

Viona menyeka air mata Kate yang sudah menetes membasahi wajah cantiknya yang terlihat lelah. "Kedepannya seandainya Mommy sudah tidak ada, Mommy minta kau dan Nate tetap saling menyayangi satu sama lain."     

"Tidak, Mommy tidak boleh bicara seperti itu. Aku sudah pernah kehilangan ibuku saat usiaku masih sangat muda, kali ini aku tak mau kehilangan ibu lagi. Mommy harus panjang umur, Mommy harus melihat anak-anak kami tumbuh dewasa. Jadi tolong jangan bicara seperti itu."Kate yang terkejut akan ucapan Viona langsung menghambur dan memeluknya dengan erat disertai tangis sesegukan disela-sela ucapannya.     

Viona tersenyum mendengar perkataan Kate, dengan penuh cinta ia menepuk-nepuk punggung menantunya. "Kalau begitu kau harus mendoakan Mommy dan Daddy sehat terus ya, nak."     

Kate langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Tentu saja Mom, tentu saja. Tanpa diminta pun aku juga akan mendoakan Mommy dan Daddy."     

Viona menipiskan bibirnya, dada yang sebelumnya sesak kini terasa lebih lebih hangat karena ucapan sang menantu. Perlahan Viona melepaskan pelukan Kate dan kembali menyentuh kedua pipi Kate menggunakan kedua telapak tangannya.     

"Kau dan Aaric harus bahagia dan memberikan Mommy banyak cucu, ya,"ucap Viona lembut.     

"Mommy..."desah Kate malu dengan wajah memerah.     

Viona terkekeh. "Tenang saja, untuk kapan waktunya kalian akan memberikan cucu Mommy tidak akan mematok waktunya. Kalian berdualah yang menentukan semuanya, jadi kau tak udah takut. Kapan waktunya kau siap untuk hamil maka Mommy akan senang hati menyambutnya, begitu juga sebaliknya. Jangan jadikan beban, ya. Percayalah Mommy sangat menyayangimu, Kate."     

"Aku juga Mom, aku juga sangat mencintaimu bahkan melebihi cintaku pada Aaric,"jawab Kate jujur.     

Viona kembali tertawa geli, dengan gemas ia mencubit hidung mancung Kate. "Jangan katakan itu dihadapan Aaric, kau pasti tak akan mampu melawan amarahnya jika ia sedang cemburu."     

"Biarkan saja, toh aku punya Mommy dan Daddy yang akan melindungiku. Aaric tak akan bisa macam-macam,"sahut Kate penuh pecaya diri.     

"Anak pintar, ya sudah ayo kita turun. Mommy ingin mendengar apa penyebab Natalie dan Abby bertengkar dari Abby secara langsung."     

Kate menganggukkan kepalanya, dengan penuh kasih Kate membimbing Viona menuruni tangga. Kate memperlakukan Viona seolah Viona sudah tak bisa berjalan dan namun Viona tak menolak diperlakukan seperti itu.     

Saat Viona dan Kate tiba diruang keluarga Fernando terlihat sedang berkacak pinggang dihadapan kedua putranya, ia berbicara dengan lantang tanpa bantahan. Semnatara Abby dan Aaric hanya duduk tenang di sofa mendengarkan semua perkataan ayahnya.     

"Daddy tidak mau tahu, yang jelas pernikahan kalian harus tetap dilaksanakan minggu ini. Mulai besok kau tak usah kekantor, urus semua persiapan pernikahanmu dengan Natalie,"ucap Fernando dingin dengan suara naik dua oktaf.     

"Tapi Dad, bagaimana kalau Nate menolak. Nate sedang marah padaku."Abby tiba-tiba bicara menginterupsi perkataan sang ayah dangan takut.     

Fernando yang sedang berkacak pinggang langsung menatap Abby dengan tajam. "Kau dengar perkataan Daddy tadi, kan? Daddy tak mau mendengar bantahan."     

"Tapi Natalie sedang marah padaku, Dad. Aku takut dia akan..."     

"Natalie yang menolak atau kau yang menolak? Jangan bilang penyebab pertengkaran kalian adalah wanita lain, Abby."Tiba-tiba dari arah belakang Viona bicara menyela perkataan Abby dengan suara yang tak kalah ketusnya dengan Fernando sebelumnya.     

Semua orang  yang ada diruang keluarga langsung menoleh ke arah Viona yang sudah berdiri bersama Kate, Viona terlihat sangat murka sekali saat ini. Saat Abby dan Aaric ketakutan melihat ekspresi wajah sang ibu, Fernando justru tersenyum. Sebuah senyum penuh kebanggan dari Fernando melihat istrinya bisa setegas itu pada anak-anak mereka.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.