You Are Mine, Viona : The Revenge

Bantuan ibu



Bantuan ibu

0Natalie terbangun dari tidurnya saat merasakan rasa tidak nyaman pada tangannya, perlaha ia membuka kedua matanya dan mencoba meraih tangannya yang terasa sakit.     
0

"Ouch...jarum infus, kenapa ada infus ditanganku,"gumam Natalie lirih.     

"Itu karena kau pingan tadi sore."     

Natalie langsung menoleh ke arah sumber suara dengan cepat, karena cepatnya gerakan kepalanya ia kini merasakan sedikit pening pada kepalanya.     

"Kau..."     

"Iya ini aku, Xander. Calon suamimu."     

Natalie yang merasa tak nyaman dengan jarum infus yang masih tertancap ditangannya langsung mencabutnya begitu saja karena merasa terprovokasi dengan ucapan Aaric.     

"Aku ingin membatalkan..."     

"Apapun yang ada dalam pikiranmu lebih baik kau singkirkan secepatnya, karena rencana pernikahan kita akan dieprcepat dari jadwal."Abby langsung memotong perkataan Natalie dengan cepat.     

"Tidak, aku tidak mau. Aku mau membatalkan pernikahan kita, aku tak mau menikah dengan seseorang yang dengan mudah mengkhianati pasanganya,"sahut Natalie dingin menyindir Abby.     

Abby menyugar rambutnya dengan kasar. "Aku tidak sedang mengkhianati siapapun, sudah aku katakan sebelumnya padamu bahwa Clarine adalah sekretaris baruku. Kemarin yang sedang kau lihat itu hanyalah sebuah kesalah pahaman saja, aku sedang bergurau dengannya dan kau datang disaat aku sedang tertawa dengannya. Kita sudah mengenal cukup lama dan kau masih meragukan aku seperi ini?"     

"Sekretaris baru? Dan kau bisa sesantai itu bergurau dengannya, oh menyenangkan sekali."     

"Nate..."     

"Xander, aku bukan anak kecil yang mudah dibohongi seperti ini. Sebelum semuanya lebih jauh lebih baik kita akhiri semuanya sampai disini, menikah adalah sebuah keputusan serius yang tak bisa dibua main-main. Kalau memang dalam hatimu ada wanita lain lebih baik aku mundur, aku tak mau menjadi orang bodoh yang gagal menjaga pernikahanku dengan baik. Kau tenang saja, aku yang akan bicara pada Mommy dan..."     

Ucapan Natalie terhenti diudara saat Abby yang sudah tak bisa menguasai dirinya, pria itu langsung mencium Natalie dengan brutal. Ia bahkan memaksa Natalie ketika ia terus menolaknya dan semuanya terjadi dengan cepat, Abby memaksakan kehendaknya pada Natalie dengan kasar dan penuh  gairah yang tentu saja tak diinginkan oleh Natalie yang sudah menolak Abby sejak pertama pria itu menyentuhnya.     

Air mata Natalie mengalir deras membasahi wajahnya, meski pertama kali Abby juga melalukannya dengan paksaan saat itu tapi kali ini rasanya lebih menyakitkan. Bercinta dengan seorang pria yang sudah mengkhianati kepercayaanya dan Abby bisa merasakannya, tangis Natalie saat menolaknya.     

"Nate,"panggil Abby serak sembari menyentuh wajah Natalie yang sudah penuh air mata.     

Natalie yang sebelumnya mengalihkan pandangannya ke arah lain perlahan menatap Abby yang masih berada diatasnya. "Kalau kau sudah selesai maka pergilah, aku tak mau terus menyatu dengan pria menjijikan sepertimu."     

Wajah Abby memerah menahan amarah mendengar perkataan Natalie, egonya tersakiti saat Natalie mengucapkan kalimat yang tak pernah ia duga itu.     

"Pergilah Xander, aku sakit...aku terluka karenamu. Apa kau masih ingin terus menyakitiku dengn terus berada diatas tubuku,"ucap Natalie kembali dengan air mata yang semakin membasahi wajahnya.     

Perlahan Abby melepaskan dirinya dari Natalie, kalau biasanya Abby akan berbaring disamping Natalie dan memeluknya erat setelah bercinta kali ini ia hanya bisa mematung melihat Natalie pergi dari ranjang dan berlari ke kamar mandi. meski kali ini Natalie tidak lagi mengunci kamar mandinya namun Abby tak menerobos masuk, ia hanya berdiri dibalik pintu yang tak tertutup sempurna sembari mendengarkan tangisan Natalie dari dalam.     

Sakit dan takut, dua hal itu yang sedang Abby rasaka saat ini. Ia tak akan bisa kehilangan Natalie namun di lain sisi ia takut sekretaris barunya itu tahu kalau dia adalah pria yang sudah mengambil keperawanannya. Brengsek, mungkin itulah kata yang pantas disematkan pada Abby saat ini.     

Pada saat Abby sedang terduduk didepan kamar mandi tiba-tiba ibunya masuk tanpa mengetuk pintu kamarnya terlebih dahulu, beruntung ibunya masuk saat ia sudah selesai melakukan semuanya dengan Natalie meski saat ini dilantai baju-bajunya dengan Natalie berserakan. Melihat pemandangan yang seharusnya tak ia lihat membuat Viona mematung selama beberapa detik, beruntung ia mampu menguasai dirinya dengan cepat sehingga Kate yang sudah hampir masuk dapat ia tahan dan cegah masuk kedalam kamar.     

Kate yang tak tahu apa-apa nampak bingung saat ia dihentikan oleh sang ibu mertua, namun dengan kelembutan dan pengalaman yang dimilikinya Viona berhasil membuat Kate akhirnya paham.     

"Baiklah Mom, aku tak akan mengganggumu dengan Nate saat ini,"ucap Kate pelan pada saat Viona selesai bicara.     

"Terima kasih sayang, maaf ya."     

Kate menggeleng. "Its ok mom, aku juga pasti akan melakukan hal serupa jika ada diposisi Nate. Aku akan lebih nyaman bicara dengan Mommy terlebih dahulu daripada dengan orang lain."     

Viona meraih kening Kate dan memberikan kecupan padanya dengan lembut. "Kau ini, ya sudah tolong gantikan Mommy menyiapkan makanan diatas meja, ya. Dan tolong jelaskan pada Daddymu jika dia bertanya tentang Mommy."     

Kate langsung berdiri sempurna dan membuat pose hormat pada pada Viona. "Yes, Ma'am."     

Viona terkekeh geli mendengar perkataan Kate, ia baru masuk ke dalam kamar kembali setelah Kate benar-benar pergi. Saat Viona masuk kedalam kamar Abby sudah berpakain lengkap tak seperti sebelumnya yang hanya memakai celana boxernya saja.     

"Dimana Nate?"tanya Viona lembut.     

Abby tak menjawab pertanyaan ibunya, ia hanya menoleh kearah kamar mandi untuk memberitahukan keberadaan Nate.     

Viona tersenyum dan menyentuh wajah Abby dengan lembut. "Ingat nak, kau yang sudah membawa Natalie pulang dan berniat menjadikannya istrimu. Karena itu kau harus tetap melakukan niatmu apapun yang terjadi, sungguh sangat menyakitkan untuk seorang gadis jika ia tak jadi dinikahi setelah dibawa pulang dan dikenalkan pada keluarga pasangannya. Itu akan menjadi luka dan trauma yang dalam padanya."     

Abby menatap wajah ibunya lekat. "Aku akan tetap menikahinya, Mom. Hanya saja Natalie salah paham padaku, dia mengira aku sudah mengkhianatinya."     

"Baiklah Mommy mengerti, Mommy akan bicara dengannya."     

"Terima kasih, Mom. Aku tak tahu aku harus minta bantuan siapa selain pada Mommy,"ucap Abby jujur.     

Viona tersenyum kembali. "Mommy melakukan ini bukan hanya untukmu, tapi untuk Natalie juga. Mana mungkin Mommy membiarkan ada seorang gadis baik-baik disakiti putraku, apalagi setelah dia..."     

"Mom."     

Viona terkekeh. "Mommy bukan ibu-ibu yang hidup dizaman kerajaan yang berpikiran kaku,"ucapnya pelan menggoda Abby.     

Abby tak merespon ucapan ibunya lagi, ia hanya bisa tersenyum tanpa suara ketika melihat ibunya masuk kedalam kamar mandi untuk menemui Natalie. Abby duduk cukup lama diatas ranjang, ia tak bisa mendengar sama sekali apa yang diperbincangkan Natalie dan ibunya karena saat ini pintu kamar mandi sudah ditutup rapat-rapat oleh ibunya.     

Setelah menunggu cukup lama penantian Abby pun berakhir, ibunya dan Natalie yang sudah mengenakan jubah mandinya keluar dari kamar mandi secara bersamaan.     

"Mom..."     

"Mommy sudah bicara dengan Nate dan setelah bicara panjang lebar Mommy akhirnya memutuskan untuk memintamu memecat sekretaris barumu itu,"ucap Viona dengan lantang sembari mengeratkan pelukannya pada Natalie yang masih tertunduk. "Hanya Natalie yang akan menjadi menantuku setelah Kate, kau paham kan, nak?"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.