You Are Mine, Viona : The Revenge

Family dinner



Family dinner

1Sejak sore hari Viona dan kedua menantu cantiknya sudah sibuk di dapur menyiapkan makan malam spesial mereka sebagai keluarga, meski Natalie belum secara resmi menjadi istri Abby namun Viona sudah menganggapnya sebagai istri Abby.     
1

"Mommy...Kate...Natalie...kalian dimana?"     

Suara fals Denise terdengar cukup keras membahana di seluruh ruangan sehingga memuat Kate dan Natalie yang sedang membersihkan pinggiran piring yang berisi kalkun panggang mengangangkat wajahnya.     

"Seperti suara Denise,"ucap Natalie lirih.     

Kate tersenyum. "Iya, itu Denise."     

"Mommy!!"     

"Mommy di dapur sayang, kemarilah,"jawab Viona dengan keras.     

Tak lama kemudian Denise pun muncul didapur dengan masih memakai jubah kebesarannya.     

"Ish, kalian masak-masak tak mengajak aku,"sengit Denise kesal sambil menghentakkan kakinya ke lantai dengan cukup keras.     

"Bagaimana Mommy bisa mengajakmu, sayang. Kau kan masih ada dirumah sakit,"jawab Viona lembut."     

Bibir Denise mencebik, siap menangis. "Tetap saja, seharusnya kalian menghubungiku terlebih dahulu. Jadi aku bisa menyiapkan diri agar bisa bergabung."     

Kate tersenyum, perlahan ia melepaskan sarung tangan yang masih terpasang ditangannya dan mendekati Denise. Si anak manja yang selalu mau dimengerti itu. "Sebenarnya kami tidak masak-masak, Denise. Kami hanya membantu menyiapkan makan malam saja, yang masak tetaplah para koki bukan aku..."     

"Ataupun aku." Natalie langsung menyela dengan cepat.     

"Benarkah?"tanya Denise pelan mencoba memastikan.     

"Iya, kau tahu kan aku tak pandai memasak. Kau masih ingat itu, kan? Atau jangan-jangan kau sudah lupa, pula."     

Denise menggelengkan kepalanya dengan cepat dan langsung memeluk Kate yang terlihat marah itu. "Mana mungkin aku lupa, aku tidak lupa."     

"Kalau tidak lupa lalu kenapa tadi sudah menuduhku yang tidak-tidak, hm? Natalie juga kau tuduh, bukankah kita satu team?"     

"Iya kita satu team,"jawab Denise penuh semangat.     

"Kalau satu team kenapa kau menuduh kami?"     

"Aku tidak menuduh, aku hanya..."     

"Sudah Kate, jangan terus menggoda adikmu. Biarkan dia mandi dulu,"ucap Viona pelan memotong perkataan Denise sambil tersenyum, Viona tak tega melihat Denise di goda oleh Kate.     

"Iya Mom,"jawab Kate dengan cepat. "Ya sudah kau mandi dulu, setelah itu bergabung dengan kami."     

Denise yang sebelumnya hampir menangis karena godaan Kate tak menjawab perkataan Kate, ia justru langsung mendekati Viona dan memeluknya erat sebelum akhirnya pergi ke lantai dua menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Pada saat Denise sedang berjalan ditangga ia menoleh ke arah Kate dan menjulurkan lidah padanya.     

Melihat tingkah Denise membuat Viona menggelengkan kepalanya. "Anak manja itu benar-benar tak berubah, masih sama seperti dulu."     

"Benarkah, Mom? Apa Denise selalu seperti tadi?"tanya Natalie penasaran.     

"Iya, dia adalah putri satu-satunya di keluarga ini selama bertahun-tahun sebelum kalian berdua datang. Jadi baik aku dan Daddy kalian sangat memanjakannya sama seperti kedua orang tuanya, karena itu sifatnya kadang-kadang masih seperti tadi yang baru kau lihat itu,"jawab Viona lembut.     

Kate terkekeh. "Tapi aku senang Mom kalau melihatnya seperti itu, dia benar-benar mood booster bagiku."     

"Jangan terus menggoda adikmu, Kate. Dia itu cengeng."     

"Tidak janji ya Mom, tergantung kondisi hehe..."jawab Kate dengan cepat sambil tersenyum jahil pada sang ibu mertua.     

Viona tersenyum, ia benar-benar bahagia. Saat ini rumahnya menjadi lebih hidup dan ramai, Viona benar-benar sudah tidak sabar menunggu cucu-cucu kecil menggemaskannya lahir.     

Karena semua makanan di dapur sudah siap, dengan hati-hati Kate dan Natalie mulai memindahkan makanan-makanan itu ke meja makan yang sudah disiapkan. Sesekali kedua gadis itu cekikikan di meja makan saat salah meletakkan menu, sehingga keduanya harus memindahkan lagi ke tempat semestinya dengan arahan Teddy yang sejak tadi hanya menjadi mandor melihat kedua menantu cantik tuannya itu bekerja.     

Tak lama setelah semua makanan tersaji diatas meja Fernando dan Abby pulang bersamaan, keduanya pun disambut pasangan masing-masing dengan senyuman hangat.     

"Mandilah, setelah itu bergabung dengan kami,"ucap Viona pelan pada Fernando yang masih memeluknya.     

"With you."     

"Babe..."     

"Aku serius, mandikan aku,"rengek Fernando seperti anak kecil, ia benar-benar tak memperdulikan kedua menantunya yang saat ini menatapnya dengan pandangan tak percaya.     

Wajah Viona memerah, ia sadar kalau saat ini sedang menjadi pusat perhatian semua orang termasuk Denise yang baru saja bergabung dengan mereka.     

"Jaga sikapmu, anak-anak kita sedang melihat, babe,"jawab Viona pelan setengah berbisik.     

Fernando mengangkat wajahnya dari pundak Viona yang sedang ia peluk dan langsung mengedarkan pandangan tajamnya ke semua orang yang berada disekelilingnya. "Apa kalian semua mendengar apa yang Daddy ucapkan tadi?"     

"Tidak Dad, mana mungkin kami mendengar,"jawab Abby dengan cepat. "Bukan begitu, sayang." abby langsung memberikan kode pada Natalie yang ada disampingnya untuk memberikan jawaban serupa sepertinya.     

Natalie tersentak. "I-iya, kami tak mendengar apa-apa Dad."     

Fernando tersenyum lebar. "Nah kau dengar kan, jadi ayo temani aku mandi."     

"Tapi aku...aakhh."     

Ucapan Viona terhenti saat Fernando mengangkat tubuhnya ala bridal dihadapan semua orang, Fernando benar-benar tak tahu malu jika sedang ingin bermanja-manja dengan istrinya. Ia tak perduli dengan anggapan kedua menantunya yang sedang melihatnya dengan wajah bersemu merah.     

Tanpa kesulitan Fernando terus melangkahkan kakinya naik kelantai dua dengan Viona dalam pelukannya, tepat pada saat Fernando tiba dilantai dua Aaric baru keluar dari kamarnya. Setelah melacak keberadaan Elsa selama hampir satu jam tanpa hasil, Aaric memutuskan untuk bergabung dengan istrinya di lantai satu dan hanya bisa tersenyum ketika melihat tingkah ayahnya.     

"Lebih baik kalian segera memproduksi bayi-bayi lucu kalau tidak mau kebalap Daddy dan Mommy,"ucap Denise pelan tanpa merasa bersalah.     

"Jaga ucapanmu, Denise,"sahut Aaric dengan cepat.     

Denise menoleh ke arah tangga, menatap Aaric yang sedang berjalan ke arah mereka. "Lho memangnya aku salah bicara? Bukankah kalian melihat sendiri bagaimana Daddy masih sangat menginginkan Mommy?"     

"Mereka seperti itu karena saling mencintai, anak kecil. Aku yakin kedua orang tuamu pun juga melakukan hal serupa, bukan? Makanya menikah, setelah menikah kau akan tahu bagaimana rasanya bermesraan dengan suami,"jawab Abby ketus. "Ups aku lupa, princess Willan yang ini kan galak jadi tidak ada laki-laki yang berani mendekatinya."     

"Xander!!!"jerit Denise dengan keras.     

"Sudah-sudah, jangan menggoda Denise. Lebih baik kau juga mandi, setelah itu bergabung dengan kami,"ucap Natalie dengan cepat seraya menutup bibir Abby yang sudah bersiap memberikan ejekkan lain pada Denise. "Tidak, kau mandi sendiri. Aku tak mau berganti baju lagi." Seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Abby dengan cepat Natalie berkata seperti itu supaya calon suaminya itu tak memintanya ditemani mandi.     

Dengan senyum tertahan Abby kemudian bergegas naik ke lantai dua untuk mandi seperti yang diperintahkan Natalie padanya, Aaric yang sudah memeluk Kate hanya terkekeh geli saat melihat Abby ditolak wanitanya.     

Sembari menunggu yang lain bergabung ke meja makan Natalie kemudian duduk disebelah Denise, ia tak mau mengganggu kemesraan pengantin baru yang sedang duduk dihadapannya itu. Sepertinya kini Natalie tahu dari mana asal tingkah mesum calon suaminya itu berasal.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.