You Are Mine, Viona : The Revenge

Lingkaran setan



Lingkaran setan

0Aaric masih tak percaya bisa bertemu dengan Cindy Wu di Ottawa, setelah 3 tahun berlalu gadis cantik itu masih tetap sama. Masih tetap mencintai Aaric.     
0

"Aku merindukanmu Alex,"ucap Cindy lirih memecah keheningan.      

Aaric menoleh dan menatap Cindy yang masih menundukkan kepalanya sembari memainkan jemarinya.      

"Siapa orang-orang itu, kenapa mereka mengejarmu?"     

Pertanyaan Aaric sukses membuat Cindy mengangkat wajahnya. "Tolong aku Alex, aku tak mau berakhir di rumah bordil hiks…"     

Deg     

"Apa maksudmu Cindy?"tanya Aaric dengan nada meninggi.      

"Aku datang ke Ottawa dua tahun yang lalu untuk mencarimu tanpa berpikir jelek, aku percaya karena niat baikku pasti akan berakhir baik juga. Sampai akhirnya aku terjebak dalam sebuah organisasi mafia yang memiliki sebuah bar, tiga bulan setelah aku tiba di Ottawa aku datang ke bar itu seorang diri untuk minum karena frustasi tak menemukan keberadaanmu dan di bar itulah aku bertemu Franco. Franco adalah orang yang menyiksaku selama berbulan-bulan ini Alex, dia bahkan mencoba hikss…"     

"Mencoba apa?" Aaric yang mulai terpancing emosi langsung memotong perkataan Cindy.     

Dengan mata yang sudah basah dengan air mata Cindy menatap Aaric. "Dia berkali-kali mencoba memperkosaku Aaric, beruntung aku masih dijaga Tuhan. Sehingga pria itu tak berhasil merebut kesucianku, namun hal itu justru membuatnya semakin berambisi mendapatkanku sampai akhirnya ia ingin menjual ku pada pria hidung belang di Ottawa. Aku ingin kabur Alex, sudah puluhan kali aku mencoba kabur akan tetapi usahaku sia-sia karena semua anak buahnya menjagaku dengan ketat. Ponsel dan semua identitasku dibakar oleh Franco termasuk paspor, sehingga saat ini aku menjadi warga negara tanpa identitas yang sewaktu-waktu bisa ditangkap polisi. Karena itulah aku tetap bertahan di sisi Franco meskipun harus bekerja di bar menemani para pria hidung belang minum, Franco kesal padaku yang tak mau melayaninya sehingga ia melemparku ke bar. Pada para pria hidung belang, yang terus menyentuh tubuhku Alex..hikss aku benar-benar kotor."     

"Apa yang mereka lakukan?"     

"Mereka menyentuh bokong, paha bahkan meremas dadaku Alex huhuhu…aku benar-benar sudah menjadi wanita kotor saat ini Alex. Aku wanita kotor.."     

Tangis Cindy akhirnya pecah, setelah mencoba menahannya. Karena tak tega Aaric lalu memeluk Cindy dengan erat, ia tahu seperti apa gadis yang sedang ia peluk saat ini. Cindy adalah gadis yang sangat menjaga martabat dan harga dirinya, karena itulah Aaric tahu kalau saat ini Cindy sangat hancur.      

"Apa kau hafal pria yang sudah menyentuhmu?"tanya Aaric pelan saat sedang menyeka air mata Cindy yang membanjiri wajah cantiknya.      

Bibir Cindy bergetar. "Aku mencatat nama mereka semua, nama pria yang sudah menyentuh tubuhku."     

Aaric tersenyum. "Good girl, aku tahu kau gadis cerdas Cindy. Ok sekarang hapus air matamu, jangan menangis. Kau sudah aman sekarang, ada aku.      

"Tapi Alex... Franco dia punya banyak anak buah, aku takut kau terluka,"ucap Cindy lirih. "Aku takut kau terluka, aku tak mau terjadi apa-apa denganmu."     

Aaric merapikan rambut Cindy yang berantakan, ia memperhatikan Cindy lebih dalam. Kecantikan Cindy semakin bertambah seiring kedewasaannya, meski dari kedua matanya terlihat ketakutan yang sangat besar. Namun hal itu tak mengurangi kecantikannya. Damn! Beraninya gadis secantik dan sepolos Cindy dijadikan pelayan di bar.     

"Dengar aku baik-baik, aku Alarick Alexander Willan. Tak ada satupun yang bisa melawanku, jangankan seorang Franco seribu pria seperti Franco pun dengan mudah aku singkirkan."     

"Wi-Willan...kau…"     

Aaric tersenyum. "Maaf, selama ini aku tak mengatakan siapa diriku. Aku adalah anak kedua dari Fernando Grey Willan."      

Cindy langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya, selama ini ia sudah mendengar soal nama besar seorang Willan. Di bar ia mendengar banyak sekali teman-teman seprofesinya yang menyebut nyebut nama besar Willan, bahkan para pria hidung belang yang datang setiap hari juga selalu menyinggung soal Fernando Grey Willan dan dua putra kebanggaannya.      

Aaric menipiskan bibirnya, ia kembali menyentuh wajah tirus Cindy. "Maafkan aku, aku yang membuatmu seperti ini. Percayalah aku akan menuntut balas pada mereka, kau tinggal duduk manis saja melihatku menuntut balas pada mereka."     

"A-apa yang ingin kau lakukan?"     

"Kau akan lihat nanti, sekarang kau ikut aku dulu. Aku harus membawamu ke dokter, tubuhmu penuh luka,"jawab Aaric pelan, kedua matanya secara tak sengaja melihat luka di paha bagian dalam Cindy. Luka bekas terkena sundutan rokok.     

Wajah Cindy memerah, secara spontan ia menggerakkan kedua kakinya untuk menutupi bekas luka yang ada di pahanya. Luka baru yang ia dapatkan tadi pagi karena melawan Franco.     

Aaric tersenyum miris, Cindy Wu yang dulu seorang princess kini terlihat sangat menyedihkan. Rasa bersalahnya pun menjadi semakin besar saat ini. "It's ok Cindy, semua luka ini akan hilang. Aku akan mencarikan dokter terbaik sehingga tubuhmu akan kembali seperti dulu, termasuk dengan…"     

"I'm still a virgin, they haven't succeeded in doing that to me."     

Aaric langsung menatap Cindy dengan tajam, perkataan Cindy seolah menghipnotisnya. Pengakuan Cindy yang masih perawan membuat darah Aaric lelaki seketika bergolak.      

"Good girl, ayahmu pasti bangga padamu."     

Cindy menggigit bibir bawahnya. "Aku menjaganya untukmu, Alex."     

Jantung Aaric berdegup sangat cepat, ia tak percaya mendengar pengakuan Cindy. Beruntung Aaric masih bisa menahan diri, luka di paha Cindy membuat Aaric tetap sadar.      

"Jangan bicara yang tidak-tidak, sekarang kita ke dokter,"ucap Aaric pelan, ia mencoba semaksimal mungkin tetap tenang.      

Cindy pun kembali menunduk, pipinya memerah karena sudah berbicara seperti itu pada Aaric. Terjebak dalam sebuah kesulitan membuat sikap Cindy berubah, ia menjadi lebih anggun saat ini. Semua yang terjadi selama ini membuatnya lebih dewasa. Aaric pun langsung memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju sebuah klinik yang ia kenal, Aaric tak mau membawa Cindy ke rumah sakit Global Bros karena takut akan membuat kegaduhan. Ia tak mau ada gosip menyebar tentang dirinya yang membawa seorang gadis dalam keadaan terluka ke rumah sakit, Aaric menjaga nama baik ayah dan ibunya. Karena itulah ia menilai pergi ke sebuah klinik yang dokternya sudah ia kenal.     

Saat dalam perjalanan menuju klinik Aaric terus tersambung dengan Bruce dan Loren. "Tangkap pria bernama Franco dan semua anak buahnya ini, jangan lupa juga kumpulan para pengunjung bar selama satu setengah tahun terakhir ini. Waktu kalian hanya sampai besok siang, aku tak mau ada yang terlewat terutama pria bernama Franco ini."     

"Baik Tuan, kami akan segera melakukan perintah anda."     

Sambungan telepon dengan Bruce dan Loren pun terputus, Aaric kembali sibuk dengan setirnya. Sementara Cindy tak bicara apa-apa, ia masih tak percaya kalau Alex yang ia cintai adalah seorang Willan yang disegani banyak orang.      

"Tenang, aku akan membuat mereka membayar lunas semua perbuatan mereka padamu. Kau jangan khawatir,"ucap Aaric lembut sambil menyentuh kepala Cindy.      

Cindy mengangkat wajahnya dan menatap Aaric. "Terima kasih Alex."      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.