You Are Mine, Viona : The Revenge

Revenge 1



Revenge 1

0Aaric tersenyum kecut saat mendengar penjelasan dari dokter yang memeriksa Cindy tadi malam, hampir setiap minggu akan ada luka baru di tubuh Cindy dan hal itu membuat Aaric sangat marah besar saat ini. Bahkan tadi malam saat Cindy sedang tidur, ia selalu merintih dan memanggil nama ayahnya Sasan Wu. Aaric membawa Cindy ke salah satu hotel milik keluarga Willan, hotel tempat Fernando membawa Viona puluhan tahun yang lalu setelah ia menyelamatkannya dari Lexi kini sudah menjadi miliknya. Fernando memutuskan membeli hotel itu karena menurutnya hotel itu adalah hotel yang memiliki kenangan besar dalam hubungannya dengan Viona.      
0

"Aku minta kalian jaga nona ini, jangan biarkan dia turun dari ranjang. Layani dia seperti kalian melayani seorang putri, aku akan pergi dan kembali lagi nanti malam,"ucap Aaric pelan berpesan pada empat staf hotel yang berada di hadapannya.      

Keempat gadis itu pun langsung menjawab kompak perkataan Aaric.     

Setelah merasa Cindy aman Aaric kemudian pergi dari hotel, ia harus pergi ke kantor hari ini lebih pagi supaya bisa pulang lebih cepat untuk mengurus Franco dan para pria lainnya yang sudah menyentuh Cindy.      

"Gadis ini hebat Aaric, dia mempertanyakan kesuciannya mati-matian dan untuk bekas luka di paha bagian dalamnya ini akan membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh dan hanya bisa hilang lewat operasi plastik."     

Kata-kata dokter Luna tadi malam kembali berputar dalam ingatan Aaric, tadi malam dokter Luna memeriksa tubuh Cindy secara keseluruhan dan dokter itu prihatin dengan luka yang ada di tubuh Cindy. Dokter Luna juga memastikan Cindy masih perawan seperti pengakuan Cindy sebelumnya.      

"Bekas luka di paha ini adalah akibat aku menolak Franco untuk yang kesekian kalinya, dia membakar pahaku dengan besi panas untuk melampiaskan kekesalannya."     

Brak      

Aaric memukul meja yang ada di hadapannya dengan keras secara tiba-tiba, padahal saat ini ia sedang meeting bersama sang kakak dan beberapa staf Endurance Corporation. Perkataan Cindy berhasil membuat Aaric lepas kontrol dan secara tak sadar memukul meja.      

"What's up Aaric? Are you okay?"tanya Abby bingung.      

Aaric tergagap, ia akhirnya sadar kalau saat ini sedang ada di kantor. "A-aku baik-baik saja, tadi aku mencoba menangkap lalat."     

Abby tersenyum tipis, ia kemudian mendekatkan tubuhnya ke tubuh sang adik. "Kau adalah pembohong yang paling jelek, tapi ok aku terima alasanmu. Lebih baik kau pergi, aku tahu jiwamu sedang tak ada disini."     

Aaric langsung menatap kakaknya dengan tajam.      

"Go on, I can handle it myself,"ucap Abby kembali sambil tersenyum.      

"Do you?"     

"Yes, go on."     

Aaric tersenyum, ia kemudian bangun dan menepuk pundak kakaknya. Tanpa bicara lagi Aaric pun bergegas pergi meninggalkan ruangan meeting untuk menemui kedua tangan kanannya yang berhasil menangkap Franco, beserta semua anak buahnya termasuk pemilik bar beserta beberapa pria yang selama ini menjadi pengunjung tetap bar itu. Aaric sudah tidak sabar membuat perhitungan dengan mereka semua, karena itulah selama di kantor ia sama sekali tidak fokus.      

Dengan mengendarai mobil kesayangannya Aaric pergi ke perbatasan sebelah barat dimana sekitar 40 pria itu dibawa, rahang Aaric mengeras. Mengingat luka yang Franco buat pada Cindy kembali membuatnya marah besar. Bruce dan Loren berhasil menangkap sekitar 20 orang pria yang selama satu setengah tahun terakhir ini selalu minta ditemani oleh Cindy ketika minum di bar, Franco dan sepuluh orang anak buahnya beserta para pengurus bar juga berhasil ditangkap. Mereka saat ini sedang dalam kondisi bingung karena tak tahu alasannya ditangkap dan dikumpulkan dalam satu ruangan di sebuah gudang yang sangat jauh dari pemukiman.      

"Selamat datang Tuan,"sapa Loren dengan cepat pada Aaric yang baru tiba.      

"Cindy?"     

"Nona Cindy dipastikan akan tiba ditempat ini sepuluh menit lagi, Tuan,"jawab Bruce dengan cepat.      

Aaric tersenyum, ia kemudian menatap pintu gudang yang masih tertutup. "Franco, pria seperti apa dia?"     

"Franco adalah mantan narapidana yang pernah mendekam di penjara selama hampir 6 bulan karena kasus perkosaan Tuan, dia berhasil bebas karena keluarga korban tiba-tiba menarik kasusnya. Akan tetapi satu jari setelah Franco bebas, gadis malang itu bunuh diri dengan minum cairan pembasmi serangga,"jawab Loren kembali.      

Rahang Aaric mengeras. "Gadis itu pasti tak rela memerkosanya bebas, aku yakin keluarganya pasti mendapatkan tekanan sehingga akhirnya menarik tuntutan."     

"Sepertinya begitu Tuan."     

Aaric tersenyum, ia kemudian mengulurkan tangannya pada Loren. Loren yang paham pun langsung memberikan sebuah pistol jenis Colt M1911A1 pada tuannya.      

"Aku suka pistol ini, baiklah ayo masuk. Aku ingin melakukan pemanasan dengan mereka terlebih dahulu sebelum Cindy datang,"ucap Aaric pelan sambil menatap pistol Colt M1911A1 yang ada di tangannya.      

Loren dan Bruce langsung menganggukkan kepalanya dengan kompak merespon perkataan sang tuan, mereka pun segera masuk ke dalam gudang mengikuti Aaric yang sudah jalan terlebih dahulu. Langkah Aaric terhenti dihadapan Franco yang sedang duduk berlutut di paling depan, sekitar seratus orang pria berpakaian serba hitam langsung menundukkan kepalanya saat melihat Aaric datang.      

"Buka penutup kepalanya,"ucap Aaric dingin.     

Dengan segera seorang pria yang berdiri tak jauh dari Franco langsung membuka kain hitam yang menutupi kepala dan penyumpal mulutnya.     

"Fuck...siapa kalian, kenapa kalian membawaku kemari!!"pekik Franco dengan keras, ia belum menyadari keberadaan Aaric.      

Aaric tersenyum, ia kemudian memberikan kode pada anak buahnya yang lain untuk membuka semua penutup kepala pria-pria lainnya. Begitu semua penutup kepala semua pria itu dibuka Aaric lalu duduk di sebuah kursi yang sudah disiapkan anak buahnya.      

"Siapa kalian, kenapa kalian membawa kami disini?"     

"Apa kalian tak tahu siapa kami?"     

"Lepaskan kami, kalau kalian masih ingin hidup brengsek."     

Berbagai umpatan keluar dari para pria hidung belang yang sebelumnya sudah menyentuh Cindy.      

Prok...prok...prok…     

"Hebat sekali, dalam keadaan seperti ini kalian masih bisa mengumpat,"ucap Aaric dengan keras setelah bertepuk tangan mencoba mengambil perhatian para pria yang sedang berlutut membelakanginya itu.      

Mendengar suara seorang pria asing sontak sekitar 40 pria yang masih terikat itu langsung menoleh ke arah Aaric, termasuk Franco. Pria pertama yang ingin Aaric beri pelajaran.      

Begitu melihat wajah Aaric, semua orang itu diam. Termasuk Franco, wajah Aaric yang sangat mirip Fernando berhasil membuat semua orang itu mematung seketika.      

"Willan...aku yakin dia salah satu anak Fernando Grey Willan,"ucap seorang pria yang berada di barisan paling belakang lirih.     

"Iya kau benar, dia anak Fernando Grey Willan. Tapi kenapa kita bisa ditangkap olehnya, bukankah selama ini kita tak pernah mengusiknya?"     

Para pria itu masih saling berbisik saat berhasil mengenali Aaric, meski tak tahu dia adalah putra kedua Fernando Grey Willan namun mereka tahu kalau dirinya adalah seorang Willan dan itu sudah cukup membuat mereka ketakutan.      

"Aku yakin kalian pasti sudah tahu siapa aku,"ucap Aaric pelan.     

"Tentu saja kami tahu, siapa yang tak tahu seorang Willan,"jawab seorang pria yang berlutut dibaris paling belakang dengan cepat.      

Aaric tersenyum. "Kalau kalian tahu siapa aku, lalu kenapa kalian berani berbuat kurang ajar di wilayahku pada orang dekatku."     

"Apa maksud anda Tuan?"tanya Franco dengan cepat, sebagai salah satu pimpinan dari sebuah kelompok kepercayaan diri Franco sangat tinggi.      

Aaric menoleh dan menatap Franco penuh kebencian. "Aku yakin kau tahu apa yang aku maksud Franco."     

"Anda belum bicara Tuan, jadi bagaimana saya bisa…"     

Brakk     

Pintu gudang kembali terbuka dari luar saat Loren masuk bersama seorang bodyguard yang sedang mendorong kursi roda yang diduduki Cindy, semua orang langsung menoleh ke arah Cindy. Termasuk Franco yang sangat terkejut melihat salah satu sumber uangnya muncul tiba-tiba seperti itu.      

"Loren…"     

"It's ok Nona, ada kami. Anda tenang saja."Loren langsung memotong perkataan Cindy dengan cepat.     

Cindy pun langsung menutup mulutnya kembali dan menundukkan kepalanya dengan penuh ketakutan, melihat para pria yang pernah mencoba menyentuhnya berkumpul membuatnya sedikit tertekan. Cindy Wu yang manja dan ceria benar-benar sudah hilang!      

Aaric tersenyum saat Cindy sudah berada disampingnya, perlahan ia menyentuh tangan Cindy yang sejak tadi tak diam karena karena ia sangat grogi.     

"It's ok,"bisik Aaric lirih pada Cindy yang tak berani mengangkat wajahnya.      

Franco yang sangat terkejut akhirnya bisa menguasai dirinya kembali. "Oh anda suka pada gadis ini, silahkan Tuan. Ambil saja, dia adalah salah satu pelacur yang aku pekerjakan di…"     

Plak     

Sebuah tamparan keras dari Aaric mendarat di wajah Franco.      

"How dare you call her a whore !!! she is my woman, Cindy Wu. not a slut like you put it that way, motherfucker!"pekik Aaric dengan keras.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.