You Are Mine, Viona : The Revenge

Revenge 2



Revenge 2

0Melihat Franco terjatuh di lantai yang kotor karena terkena tamparan dari Aaric semua pria yang pernah mencoba menyentuh Cindy langsung menciut, begitu juga dengan para pekerja bar yang selama ini selalu melecehkan Cindy. Tak ada satupun yang berani bersuara dan mengangkat wajahnya.      
0

Aaric yang sudah terpancing emosi langsung mendekati Franco dan langsung mencekal dengan kuat leher Franco. "Lihat baik-baik, gadis yang selama satu tahun lebih kau sekap itu adalah gadis milik Alarick Alexander Willan. Gadis yang aku tunggu kedatangannya dari Korea, lalu berani-beraninya kau menyekapnya dan mempekerjakannya di bar untuk melayani minum para lelaki hidung belang yang yang menjadi langgananmu itu. Ck kau sudah sangat bernyali rupanya."     

Kedua mata Franco semakin membulat mendengar perkataan Aaric, ia tak percaya kalau Cindy yang selama ini dalam cengkramannya adalah wanita salah satu pangeran Willan. Seketika tubuhnya terasa lemas saat ini, sorot matanya yang biasa gahar langsung penuh ketakutan saat ini.      

"Maaf Tuan, sa-saya tidak tahu kalau... aarrgghh…"     

Franco menjerit keras saat Aaric mematahkan satu tangannya, setiap kali Franco bicara amarah Aaric langsung muncul. Ketika melihat Franco sudah berguling-guling di lantai yang kotor Aaric kemudian menatap semua pria lainnya yang terlihat sangat ketakutan.     

"Katakan padaku, dengan tangan mana kalian dulu menyentuh wanitaku!! Cepat katakan!!"hardik Aaric dengan keras.      

Tak ada satupun yang berani membuka mulutnya, semua orang tak ada yang berani merespon perkataan Aaric. Hanya suara jerit kesakitan dari Franco lah yang terdengar.     

"Ok, kalau kalian tak ada yang mengaku berarti aku akan langsung mematahkan kedua tangan kalian sekaligus. Karena aku yakin kedua tangan kalian yang tak berguna itu sudah kalian gunakan untuk menyentuh tubuh berharga Cindy-ku."      

"Tidak Tuan.."     

"Ampun Tuan muda, kami tak melakukan itu."     

"Benar Tuan, kami tak menyentuh nona Cindy."     

"Iya Tuan, selama ini nona Cindy hanya menemani kami minum saja dan saya hanya sekali menyentuh paha…"      

Deg, pria berkepala botak itu langsung terdiam saat menyadari kesalahannya karena berani bicara yang tidak-tidak. Tanpa bicara Aaric langsung mengedipkan kedua matanya memberikan kode kepada anak buahnya untuk langsung memberikan pelajaran kepada pria yang sudah mengaku pernah menyentuh paha Cindy itu, empat orang pria berpakaian serba hitam yang sejak tadi diam dibelakang langsung meraih pria berkepala botak itu dan melemparkannya kehadapan Cindy yang sedang duduk di kursi roda di samping Aaric.      

"Aarrgghhhh...nona ampun, ampun Tuan...saya mohon maafkan saya. Saya masih punya aaarrggg.."     

Jeritan keras langsung terdengar dari pria itu saat kedua kakinya dipukul menggunakan stik golf, jerit pilu menyakitkan pun langsung memenuhi gudang saat kaki pria itu berkali-kali terkena sasaran dua orang bodyguard Aaric yang bergantian memukuli kakinya. Bau darah pun langsung menyeruak memenuhi udara di dalam gudang, melihat penyiksaan yang dilakukan anak buah Aaric pada salah satu pria yang berani menyentuhnya Cindy tak bergeming. Ia masih diam dan tak mengatakan apa-apa, kecuali tangannya yang langsung terkepal Cindy masih tenang dan hal itu membuat Aaric tersenyum. Aaric tahu kebencian Cindy pada pria itu sangat besar, karena itu saat melihat pria itu disiksa di depan matanya Cindy tak membelanya.      

Pukulan dari pria itu baru dihentikan saat tarik mengangkat tangannya ke udara.      

"Tahan tenaga kalian, para pria hidung belang yang masih duduk itu juga harus merasakan kesakitan yang sama seperti pria itu. Hari ini mereka harus tahu apa hukumannya sudah berani menyentuhkan tangan kotor mereka ke tubuh wanita Alarick Alexander Willan, seret mereka semua dan pukuli kakinya seperti pria ini,"ucap Aaric pelan.     

Tanpa bicara sekitar lima puluh bodyguard Aaric pun langsung melakukan perintah yang diberikan tuannya, tanpa rasa kasihan mereka melakukan hal yang sama seperti yang dialami sang pria botak yang sudah pingsan. Laki-laki dari seluruh pria itu dipukul secara bergantian menggunakan stik golf dengan keras, para pria itu mulai menangis dan meminta ampun pada Aaric. Beberapa diantara mereka bahkan menyebut-nyebut nama Cindy agar dimaafkan, namun lagi-lagi Cindy hanya diam. Dia tak berbicara apa-apa, Cindy hanya memejamkan kedua matanya saja karena tak mau melihat adegan sadis di depan matanya itu. Beberapa pria hidung belang dan para pekerja bar yang juga anak buah Franco sudah tak sadarkan diri karena tak mampu menahan sakit akibat kerasnya pukulan yang mereka terima, sementara Franco sendiri yang baru mengalami patah ditangan kirinya semakin ketakutan. Ia tak bisa membayangkan bagaimana rasa sakitnya dipukul menggunakan stik golf seperti itu.      

"Ampun nona Cindy, ampun...maafkan aku. Aku benar-benar tak tahu kalau anda adalah kekasih Tuan muda Willan, aku mohon maafkan aku. Beri satu kesempatan lagi untuk kami memperbaiki diri,"ucap Franco lirih meminta ampun pada Cindy yang sudah mencengkram tangan Aaric.      

Aaric tersenyum mendengar perkataan Franco. "Kau meminta maaf dari Cindy sekarang disaat kau sedang terpojok seperti ini, dimana keangkuhanmu yang selalu menyiksa Cindy hah!! Dimana kesombonganmu yang melempar Cindy pada pria hidung belang itu!!"     

Sekali lagi wajah Franco langsung sepucat kertas, tak ada kata-kata lagi yang bisa ia ucapkan. Ucapan Aaric yang terakhir menohok ke jantungnya, pasalnya apa yang Aaric katakan benar. Franco memang tak segan menggunakan tangannya untuk melukai Cindy yang berani melawan dirinya, ketika menolak untuk melayani para pria hidung belang yang sudah datang ke bar dan menunggu pelayanan dari Cindy yang menjadi primadona dibayar selama satu setengah tahun terakhir     

"Kau adalah pria paling pengecut yang aku kenal selama hidupku, rasanya catat seumur hidup yang akan kau terima pun tak akan mampu membayar luka yang kau buat pada Cindy."     

"Tidak Tuan, jangan buat saya cacat. Saya mohon Tuan muda, jangan buat saya menderita Tuan. Saya minta belas kasih anda, saya akan melakukan apapun yang anda perintahkan asal anda tidak membuat saya cacat." Franco langsung menyahut perkataan Aaric dengan panik, akan dibuat cacat membuat Franco menggila.      

Aaric terkekeh, perlahan Aaric memutar dan menunduk di belakang kursi roda Cindy. Aaric menyentuh pundak Cindy dengan lembut. "Coba aku tanya pada wanitaku, kira-kira hukuman apa yang pantas kau terima."     

Cindy langsung bereaksi, ia menoleh dengan cepat ke arah Aaric dan memberikan tatapan tidak suka.      

"Ups.. sepertinya kau tak akan mendapatkan maaf dari Cindy, jadi aku gak bisa berbuat banyak karena yang berhak mengampunimu adalah Cindy bukan aku. Jadi karena sudah seperti itu maka lebih baik kau harus menerima balasan atas semua perbuatanmu, sama seperti mereka semua yang berani melukai Cindy. Jadi nanti buah yang sudah kau tanam,"ucap Aaric dengan cepat.      

Setelah Aaric berkata seperti itu mulut Franco langsung disumpal menggunakan kain, salah seorang anak buah Aaric langsung menyuntikkan sebuah cairan pada lengannya. Sebuah cairan yang akan membuatnya tak akan berguna lagi hidup sebagai pria, cairan itu juga disuntikkan pada semua orang yang sudah terkapar pasca terkena pukulan dari anak buah Aaric yang lain.      

Franco berteriak-teriak histeris saat menyadari isi cairan yang disuntikkan padanya, sebagai seorang pria yang berkecimpung dalam dunia gelap Franco tidaklah asing dengan cairan yang melumpuhkan kejantanannya itu. Karena itulah ia seperti orang gila saat ini berguling kesana kemari di lantai yang kotor dengan tangis pilu yang menyesakkan.      

Beruntung Aaric sudah membawa Cindy keluar dari gudang, sehingga mereka tak mendengar teriakan Franco.      

"Bagaimana, apa kau puas?"tanya Aaric pelan pada Cindy.     

"Kau melakukan itu untukku, Alex?"     

Aaric tersenyum, ia kemudian berdiri menghadap ke arah Cindy. "Aku pernah berjanji pada ayahmu untuk menjagamu 3 tahun yang lalu pada saat pertemuan terakhir kita di restoran, karena itulah aku melakukan ini sebagai ungkapan penyesalanku yang tak mampu melindungimu saat datang ke negaraku."     

"Alex…"     

"Kau memaafkan aku bukan?"tanya Aaric dengan cepat memotong perkataan Cindy.      

Belum sempat Cindy menjawab tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam tiba ditempat itu mengejutkan semua orang, terutama Cindy yang berhasil mengenali orang yang baru turun dari mobil.     

"Hahh…"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.