You Are Mine, Viona : The Revenge

Udang dibalik batu



Udang dibalik batu

0Abby tersenyum mendengar pertanyaan dari Nelly yang tiba-tiba ikut bicara.      
0

"Kalau kalian ingin tahu datanglah ke tempatku, aku yakin kalian sudah tahu harus pergi kemana jika ingin bertemu denganku. Setelah kalian datang ke tempatku maka kalian bisa melihat buktinya sendiri dan video yang baru saja aku tampilkan itu, hanya bagian kecil dari sepak terjang yang sudah dilakukan oleh ayah kalian ini,"jawab Abby lembut, kedua matanya menatap tajam pada Nelly.      

Natalie menyentuh dadanya yang terasa sakit, ia hampir terjatuh ke lantai kalau saja Victor tak langsung menahan tubuhnya. Dari ekor matanya Abby juga sempat melihat kondisi Natalie, ia merasa kasihan pada teman sekelasnya yang sangat terkejut setelah mengetahui wajah asli sang ayah.     

Dari Nelly, Abby mengalihkan pandangannya pada Ruben yang masih terkapar di lantai. Perlahan Abby mendekati pria paruh baya itu dan berlutut dihadapannya. "Aku sudah memberikan kesempatan padamu untuk bertobat sejak 3 tahun yang lalu, tapi nyatanya kau justru semakin beringas. Jadi jangan salahkan aku jika istri dan anakmu mengetahui wajah aslimu yang sebenarnya dan kalau kau tidak terima atas semua yang aku lakukan silahkan cari aku. Karena aku yakin kau tahu dimana harus mencari Abraham Alexander Willan, cari aku ke Endurance Sky Building. Itu kantorku, sebut saja namaku maka kau akan diantarkan menuju ruanganku."     

Ruben tak bisa berkata-kata, selain karena posisinya yang tak nyaman ia juga tak bisa lagi menghadapi seorang Xander yang ternyata adalah anak dari Fernando Grey Willan. Pria yang ia takuti sekaligus ia segani, walaupun sebenarnya Ruben ingin seperti Fernando.      

Setelah berkata seperti itu Abby bangun dan berdiri tegak, merapikan pakaiannya. Ia memberikan kode pada semua anak buahnya untuk segera meninggalkan tempat itu, tujuannya memberikan peringatan pada Ruben sudah tercapai. Abby kembali mendekat Natalie yang sedang ditopang oleh kakak laki-lakinya, Victor Oliveira.     

"Aku minta maaf jika pertemuan kita setelah 3 tahun kacau seperti ini, tapi yang jelas aku senang melihatmu berada di kota ini. Sekali lagi selamat datang di kotaku dan nikmatilah suasana di ottawa,"ucap Abby pelan pada Natalie, senyumnya merekah saat berbicara.      

Natalie tak merespon perkataan Abby, ia masih sangat shock dengan fakta mengenai ayahnya. Begitu juga Victor, pria itu kesal sekali pada Abby. Kedua matanya menyimpan kebencian yang sangat besar, Abby hanya tersenyum menatap Victor. Ia pun akhirnya benar-benar meninggalkan tempat itu bersama semua anak buah sang ayah, orang-orang terbaik yang dipilih langsung oleh Fernando untuk menjaga dirinya dan keluarganya. Saat Abby dan rombongan keluar dari tempat itu, Marco berjalan mendekati Nelly Oliveira.      

"Ini ada titipan dari Tuan muda, kau harus membacanya dan pastikan langsung berikan jawaban padanya. Satu hal yang anda harus tahu bahwa tuan muda aku sangat tidak suka menunggu,"ucap Marco pelan sambil tersenyum, sebelum akhirnya ia benar-benar pergi dari tempat itu menyusul tuannya.      

Begitu Marco pergi tiba-tiba Natalie yang dipeluk Victor langsung melempar satu botol Vodka kosong ke arah sang ayah yang baru saja dibantu bangun oleh anak buahnya.      

"Nate…"     

"Aku benci padamu, Dad. Kau bukan hanya mengecewakan Mommy, kau menghancurkan kami semua. Rasa kebanggaan yang aku miliki selama ini menjadi putrimu, putri Ruben Oliviera hilang. Aku membencimu, Dad. Aku membencimu, aku menyesal terlahir dari benih lelaki biadab sepertimu!!"pekik Natalie dengan keras.      

Setelah mengeluarkan seluruh kekecewaannya Natalie kemudian berlari menuju pintu dengan membawa tas yang sebelumnya ia letakkan di atas meja, air matanya terus mengalir membasahi wajahnya. Victor hanya bisa diam melihat adiknya pergi dengan cara seperti itu, begitu juga dengan Nelly yang menyimpan kekecewaan yang sama besarnya seperti Natalie. Walaupun rasa kecewanya tak sebesar Natalie, Natalie sudah menganggap Ruben, ayah mereka sebagai superhero dalam kehidupannya. Maka dari itu tak heran jika Natalie sehancur itu ketika tahu sang superhero yang ia banggakan selama ini ternyata tak lebih dari penjahat menjijikkan yang ada di dalam film Marvel.      

"Nelly…"     

"Stop." Nelly mengulurkan tangannya ke arah sang ayah yang baru saja memanggil namanya. "Aku tak butuh penjelasanmu, Dad. Semakin banyak kau berbicara semakin banyak pula kebohongan yang akan kau buat, sebenarnya aku tak masalah dengan semua yang Daddy lakukan dibelakang Mommy. Tapi gadis-gadis dibawah umur itu tak bersalah, bagaimana bisa kau memaksa mereka melayani nafsu mu disaat gadis-gadis itu seharusnya Aku memanggilmu dengan sebutan paman. Padahal sebenarnya kau bisa melakukan hal seperti itu dengan pelacur pelacur lainnya, sumpah demi Tuhan aku tak akan mempermasalahkan hal itu. Tapi ini anak kecil, Dad. Mereka tak bersalah, ya Tuhan. Kau benar-benar sudah menghancurkan perasaan kami semua dan seperti yang Nate katakan tadi, aku menyesal terlahir dari benih laki-laki biadab sepertimu."     

Nelly lantas masuk kedalam kamarnya dengan cepat setelah mengatakan semua kalimat menyakitkan itu, tangannya meremas sebuah catatan yang diberikan Marco sebelumnya.      

Ruben Oliviera memejamkan kedua matanya melihat sikap Nelly, putri kebanggaannya. Ia benar-benar tak menduga orang yang selama ini ia buru adalah anak dari seorang pria yang sangat ditakuti, Fernando Grey Willan. Mengusik pria itu adalah mati, Ruben masih ingat sekali bagaimana perlakuan Fernando padanya puluhan tahun yang lalu saat ia mengagumi kecantikan istrinya di Paris.      

Victor adalah satu-satunya anak Ruben yang tak memberikan respon berlebihan, meski kecewa tapi Ruben menganggap apa yang dilakukan ayahnya itu salah. Karena Victor yakin apa yang dilakukan ayahnya tidak salah, dengan langkah tegap Victor mendekati ayahnya yang masih dipapah salah satu anak buahnya.     

"Daddy tahu kau kecewa, tapi percayalah Son. Disini Daddy hanyalah korban, Daddy hanya…"     

Victor menyeka darah yang keluar dari sela bibir ayahnya. "Aku tak marah padamu, Dad. Aku yakin itu adalah jebakan yang disiapkan orang itu untuk menjatuhkan Daddy, kau tenang saja Dad. Selama aku masih hidup maka tak akan kubiarkan pria itu menindasmu, aku tak takut pada keluarga Willan itu. Aku yakin dengan kemampuan orang-orang kita."     

"Victor, kau…"     

Ucapan Ruben terhenti saat Victor tiba-tiba memeluknya dengan erat. "Aku ada dipihak Daddy, kau tak usah khawatir Dad. Aku akan membantumu menjelaskan semuanya pada Mommy."     

Ruben tersenyum, ia kemudian membalas pelukannya putranya menggunakan satu tangan. "Kau memang putraku, Victor. Tapi ingat kau harus hati-hati pada keluarga Willan, mereka bukan orang sembarangan, Son."     

"Aku tak takut Dad, usiaku dan usia si Xander atau Willan junior brengsek itu tak berbeda jauh. Kau jangan khawatir,"sahut Victor dengan cepat.      

"Kau memang puteraku Victor,"ucap Ruben sambil tersenyum.     

Victor menipiskan bibirnya merespon perkataan sang ayah, ia kemudian membantu ayahnya masuk kedalam kamarnya bersama asisten sang ayah. Victor sengaja mendekati ayahnya dengan cara seperti itu agar ia mendapat kepercayaan sang ayah dan posisi Nelly, sang kakak sebagai wakil ketua dari organisasi yang dipimpin ayahnya bisa jatuh padanya. Sudah sejak lama Victor menginginkan posisi itu, karena itu ia tak menyia-nyiakan kesempatan emas seperti ini.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.