You Are Mine, Viona : The Revenge

rahasia wanita



rahasia wanita

0"JAM 10 PAGI, ANGEL'S PARK"     
0

Tulisan yang terdapat pada catatan yang Marco berikan pada Nelly.      

"Angel's Park,"gumam Nelly lirih sambil mencoba mengingat nama tempat yang tidak asing itu sebelum akhirnya ia membuka mulutnya lebar ketika tahu nama tempat yang dimaksud oleh Abby.      

Karena masih penasaran dengan sosok Abraham Alexander Willan yang baru saja datang, akhirnya Nelly langsung membuka laptopnya dan mulai melakukan pencarian nama Abby di internet. Baru saja menuliskan nama Abraham Alexander namun foto-fotonya langsung bermunculan, foto tampan Abby dalam berbagai kesempatan dalam balutan pakaian mahalnya berpose bersama sang ayah dan adik kembarnya Alarick Alexander Willan.      

"Wait, dia kembar."      

Nelly memekik kecil saat mengetahui fakta bahwa seorang Abraham Alexander Willan memiliki saudara kembar identik yang memiliki wajah serta postur tubuh yang sama, tak ada beda dan sama-sama tampan. Secara tidak sadar Nelly mengerjapkan kedua matanya berkali-kali menatap ketampanan Abby dan Aaric saudara kembarnya.      

"Sungguh gen yang diberikan Fernando Grey Willan pada kedua anaknya sangat kuat, kedua anaknya memiliki ketampanan yang sama. Benar-benar luar biasa,"ucap Nelly dalam hati, tanpa disadari jantung Nelly berdegup kencang saat kembali mengingat apa yang sudah Abby lakukan padanya beberapa saat yang lalu. Nelly bahkan sampai menyentuh bibirnya yang sebelumnya di cium Abby, seketika tubuhnya merasa panas ketika mengingat hal itu kembali.      

Nelly sepertinya jatuh pada pesona sang Willan junior, sama seperti gadis-gadis lainnya yang langsung jatuh cinta kepada titisan Fernando itu dalam sekali lihat. Namun hal berbeda terjadi pada Natalie, putri bungsu Ruben Oliviera itu sangat terpukul saat mengetahui sisi gelap ayahnya yang suka meniduri anak dibawah umur. Walaupun sebenarnya itu bukan 100% kesalahan sang ayah namun tetap saja Natalie menyayangkan sikap ayahnya, Natalie sadar bahwa kehidupan sang ayah sebagai novial tidaklah selalu berada di jalan yang lurus. Wanita, minuman keras, judi dan hal lainnya tak mungkin bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari sang ayah, namun tetap saja ia merasa sangat kecewa dengan apa yang dilakukan ayahnya. Seandainya saja ayahnya tidur dengan gadis yang usianya sudah cukup mungkin Natalie tak akan sekecewa ini.     

Natalie duduk di sebuah kursi yang ada di taman seorang diri, beruntung Natalie menggunakan jaket yang cukup tebal sehingga angin malam yang menerpa tubuhnya tak begitu menusuk tulangnya. Hari ini adalah hari ulang tahun paling buruk untuknya. Setelah tak ada yang memberikan ucapan selamat padanya Natalie juga mendapatkan sebuah kenyataan pahit yang benar-benar tak pernah ia bayangkan sama sekali, sosok ayah yang selama ini ia puja tak lebih dari bajingan yang menjijikan. Saat sedang menangisi nasib malangnya tiba-tiba Natalie tersadar bahwa ia bukanlah satu-satunya orang ditaman yang sepi itu, dengan cepat Natalie bangun dari kursinya dan langsung memasang kuda-kuda sampai akhirnya ia sadar siapa orang yang kini berdiri dihadapannya.      

"Abby…"     

"Hi, apa aku mengganggumu?"     

Natalie menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Bagaimana kau bisa tahu aku ditempat ini?"     

Abby terkekeh. "Apa aku lupa siapa aku, Nate?"     

"Ck, aku tak tahu ternyata seorang idola kampus adalah mantan pemimpin kelompok mafia yang membuat ayahku takut."     

Senyum Abby semakin lebar mendengar perkataan Natalie. "Setiap orang punya rahasia Nate, sama sepertimu yang selama ini sudah berlatih bela diri."     

"Da-dari mana aku tahu aku, tunggu! Kau memata-matai aku, Abby?"     

"Menurutmu dari mana aku tahu sepak terjang ayahmu selama ini, Nate?" Abby membalik pertanyaan pada Natalie.     

Natalie tertunduk, ia salah tentang Abby. Pria dihadapannya ini bukanlah pria sembarangan.      

"Seharusnya sejak awal aku sadar kau bukan mahasiswa sembarangan, Abby. Apalagi saat itu aku melihatmu bisa mengalahkan para pengganggu itu seorang diri, aku terlalu naif saat itu,"ucap Natalie sambil tersenyum datar.     

"Sudahlah, jangan bahas semua yang sudah berlalu. Yang aku tanyakan adalah apa yang kau lakukan di tempat seperti ini? Meskipun daerah ini termasuk daerah aman, akan tetapi keberadaanmu ditempat seperti ini bisa mengundang bahaya, Nate."      

Natalie terkekeh. "Jangan lupa, aku adalah seorang kuroobi."     

Abby memutar bola matanya, secara tiba-tiba ia melingkarkan tangannya ke pundak Natalie dengan cepat. "Tetap saja kau adalah wanita, Nate. Jangan terlalu berani seperti itu."     

Natalie terkejut saat Abby melingkarkan tangan ke pundaknya, ia bahkan lebih terkejut lagi saat Abby mengajaknya berjalan menuju mobil mewahnya yang terparkir tak jauh dari tempatnya berada.      

"Lepaskan aku, Abby."     

"Menurutlah Nona Oliveira atau kau akan mendapat masalah jika berani melawan pangeran Willan."     

"Pangeran Willan." Natalie mengulangi perkataan Abby.     

"Iya, orang-orang di Ottawa menyebutku sebagai pangeran Willan."      

Natalie tersenyum tipis saat mendengar perkataan Abby, ia tak merespon kembali perkataan Abby karena mereka sudah sampai di mobil. Natalie duduk dengan tenang disamping Abby, bersandingan dengan Marco.      

"Kau tahu Abby, hari ini adalah hari paling kacau untukku,"ucap Natalie pelan memecah keheningan di dalam mobil.     

"Karena kau tahu fakta tentang ayahmu?"Abby langsung sok tahu menebak apa yang Natalie rasakan.     

Natalie menggeleng. "Lebih dari itu, hari ini 21 tahun lalu tepat dimana aku dilahirkan. Ulang tahun adalah momen yang selalu aku nantikan, karena biasanya setiap kali berulang tahun aku selalu mendapatkan hadiah-hadiah luar biasa yang diberikan oleh keluargaku. Namun kali ini bukan hadiah yang aku dapatkan akan tetapi kenyataan pahit yang aku terima saat mengetahui ayahku adalah laki-laki paling bajingan di dunia ini, ditambah lagi tak ada yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Hanya tiga patah kalimat itu saja yang aku harapkan sejak tadi, namun tak ada satupun yang mengucapkan kalimat itu padaku sampai detik ini ketika hari akan segera berganti. Konyol dan kekanakan bukan?"     

Abby diam, ia tak merespon perkataan Natalie. Abby membiarkan Natalie mengeluarkan semua keluh kesah dalam dirinya.      

"Sejak mengetahui kalau ayahku adalah seorang pemimpin kelompok mafia sebenarnya aku sudah membesarkan hatiku untuk siap menerima kenyataan apapun, namun ternyata rasanya tetap sangat menyakitkan ketika mengetahui semua kebenarannya. Aku yakin ibuku pasti akan sangat hancur ketika mengetahui bagaimana ayahku yang…"     

"Seorang ibu itu pandai menyembunyikan perasaannya, Nate. Kau harus tahu itu." Abby langsung memotong perkataan Natalie dengan cepat.     

Natalie menyeka air matanya dan menatap Abby tanpa berkedip. "Apa maksudmu?"     

"Kenapa bertanya padaku, bukankah tadi kau sendiri yang mengatakan kalau kau sudah mempersiapkan hatimu untuk tahu keberadaannya, tapi kenapa sekarang kau berbalik tanya padaku seperti itu?"     

Deg     

Jantung Natalie berpacu dengan sangat cepat, seketika tubuhnya lemas saat teringat dengan keadaan sang ibu. Sungguh perkataan Abby sangat mengusiknya saat ini.     

Abby tersenyum, ia kemudian menyerahkan ponselnya pada Natalie. "Hubungi ibumu, dia pasti senang kau berbicara dengannya."     

Tanpa bicara Natalie langsung merebut ponsel Abby dan melakukan panggilan internasional ke Italia, menghubungi nomor ponsel sang ibu yang sudah ia hafal di luar kepala.     

"Hello…"     

"Mommy!!!"jerit Natalie histeris.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.