You Are Mine, Viona : The Revenge

be my woman



be my woman

0Natalie menyeka air mata yang membasahi wajahnya menggunakan kedua tangan tak lama setelah selesai berbicara dengan sang ibu.     
0

Abby mengulurkan sapu tangannya pada Natalie. "Gunakan ini."     

"Terima kasih,"ucap Natalie lirih.     

"Menangislah sepuasmu, tapi setelah ini jangan pernah lagi keluarkan air matamu di hadapanku."     

Natalie menatap Abby dengan mata yang masih basah. "Maaf Abby, aku terlalu cengeng."     

Abby terkekeh. "Tidak, siapa bilang? Manusia memang harus menangis, karena jika kau masih bisa menangis artinya kau masih punya hati."     

Natalie menundukkan kepalanya dalam, kedua matanya terpejam mencoba menetralkan rasa sesak yang mendera dadanya. Sementara Abby hanya tersenyum, ia tak mau membuat suasana hari Natalie bertambah kacau. Abby baru mulai bicara lagi saat mobil yang dikendarai Marco sudah berhenti di sebuah hotel bintang 5 yang cukup terkenal di Ottawa, salah satu hotel milik keluarganya.      

"Ayo turun."      

Natalie mengangkat wajahnya dan menatap Marco. "Kita dimana?"     

"Kau akan tahu sesaat lagi."     

Natalie yang tak memiliki tujuan saat ini pun tak banyak bicara ketika diminta Abby turun dari mobil, begitu menginjakkan kakinya di lantai barulah Natalie sadar kalau saat ini ia berada disebuah lobby bangunan mewah.      

"Ini…"     

"Salah satu hotel milik keluargaku."     

Kedua mata Natalie langsung berkilat, menatap tajam ke arah Abby penuh curiga. Tanpa sadar Natalie bahkan sudah memasang kuda-kuda bersiap untuk memberikan perlawanan, Abby tersenyum melihat apa yang dilakukan Natalie. Ia kemudian memanggil salah satu manager hotel menggunakan bahasa isyarat untuk datang mendekat, sang manager itu sepertinya langsung paham tanpa dijelaskan terlebih dahulu oleh Abby. Seketika Natalie langsung merasa bersalah ketika tahu niat Abby yang sebenarnya, ia bahkan hampir menutup mulutnya saat sang manager hotel bicara panjang lebar padanya.     

"Kenapa kau melakukan ini, Abby?"     

Abby membuka dua kancing kemejanya paling atas dan menoleh ke arah Natalie tanpa rasa bersalah. "Sebagai teman satu kampus tak mungkin aku membiarkanmu menghabiskan ulang tahun tanpa perayaan, karena itu aku meminta para koki menyiapkan semuanya di rooftop. Sepertinya kita masih punya 10 menit untuk merayakan ulang tahunmu, jadi jangan buang waktu. Ayo kita ke rooftop."     

Natalie tak sempat menjawab perkataan Abby, karena tiba-tiba saja Abby sudah menarik tangan kanannya dan menariknya dengan cepat menuju ke lift yang sudah disediakan. Selama di dalam lift Natalie tak berbicara apa-apa, ia masih sangat shock dengan apa yang dilakukan Abby. Tak lama kemudian lift pun berhenti di lantai paling atas, begitu pintu lift terbuka Abby kembali menyambar tangan Natalie dan mengajaknya segera naik ke rooftop.      

Begitu sampai di rooftop Natalie dan Abby langsung disambut secara meriah oleh para staf hotel, bahkan salah satu di antara mereka langsung menyodorkan sebuah kue ulang tahun yang terdapat lilin dengan angka 21. Secara spontan Natalie kemudian meniup lilinnya dan sedetik kemudian terdengar suara tepuk tangan yang sangat keras dari sekitar 15 orang yang ada di tempat itu, mereka bahkan langsung menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada Natalie. Natalie yang mengira ulang tahunnya akan terlewatkan begitu saja, nampak menangis haru ketika mendapatkan sebuah kejutan yang sangat manis seperti saat ini. Natalie benar-benar tak menyangka Abby akan melakukan ini semua untuknya.      

Saat Natalie sedang menyeka air matanya tiba-tiba tangannya kembali disentuh oleh Abby, yang sejak tadi berdiri di belakangnya sambil melipat kedua tangannya di dada.      

"Ikut aku,"ucap Abby pelan.     

"Kemana?"     

"Kau akan segera tahu,"jawab Abby sambil tersenyum.     

Natalie yang bingung pun hanya bisa pasrah, ia terus mengikuti langkah Abby yang menuju ke salah satu sudut pinggiran dinding yang ada di rooftop itu.      

"Look up to the sky,"ucap Abby pelan begitu sudah sampai ditempat tujuan.     

Perlahan Natalie mengangkat wajahnya ke langit menuruti perintah Abby dan sedetik kemudian ia menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya dengan kedua mata yang terbuka lebar.      

Saat ini tepat di atas hotel milik Fernando tengah berlangsung pertunjukan drone yang membentuk ucapan selamat ulang tahun untuk Natalie Rui Oliveira yang ke 21, dari bawah terdengar teriakan dari beberapa orang yang juga sedang melihat pertunjukan drone itu. Beberapa orang gadis bahkan sempat merekam pertunjukan itu menggunakan ponselnya.      

"Abby...ini…"     

"Apa kau suka?"tanya Abby pelan sambil tersenyum.     

Natalie menyeka air mata yang kembali membasahi wajahnya. "Ini adalah ulang tahun paling indah, terima kasih Abby. Terima kasih sekali."     

Abby menipiskan bibirnya, ia merasa bangga berhasil membuat Natalie tak bersedih lagi. Beberapa saat yang lalu ketika Natalie yg sedang menghubungi ibu nya di Italia, Abby tiba-tiba terlintas ide seperti ini. Karena itu ia langsung meminta semua anak buahnya mempersiapkan semuanya dalam waktu kurang dari 30 menit, termasuk kue ulang tahun yang langsung dibeli ke sebuah toko kue yang hampir tutup.      

"It's ok...ini bukan apa-apa bagiku, ini hanya…"     

Greb     

Ucapan Abby terhenti karena tiba-tiba Natalie sudah memeluknya dengan erat, gadis itu memeluk Abby seperti sedang memeluk kekasihnya.      

"Nate,"ucap Abby serak.      

"Dua menit, biarkan aku memelukmu dua menit saja, Abby."     

"Ok, anggap saja ini hadiah ulang tahun lainnya dariku untukmu,"sahut Abby pelan mencoba melucu.     

Natalie tak merespon perkataan Abby, ia masih memejamkan kedua matanya di dada bidang Abby, menghirup aroma tubuh Abby.      

Dari kejauhan Marco dan Jordan pun tersenyum melihat pemandangan itu, mereka berdua lalu mengajak semua staff hotel yang masih ada ditempat itu untuk segera pergi.      

Tak lama kemudian di tempat itu Abby hanya tinggal berdua saja dengan Natalie yang masih memeluknya, bahkan setelah 2 menit waktu yang diminta Natalie terlewat. Abby sendiri juga tak mau mengingatkan Natalie, yang membiarkan Natalie memeluknya sampai puas.      

Setelah hampir 5 menit Natalie kemudian melepaskan pelukannya dari Abby. "Maaf, pakaian mahalmu jadi kotor." Natalie tersadar kalau air matanya menempel di jas Abby.     

"Biarkan saja, lagipula hanya noda kecil. Kau tak usah khawatir, aku punya selusin pelayan di rumah yang mengurus pakaian kami jadi kau tenang saja."     

Natalie memukul dada Abby dengan kesal. "Dasar tukang pamer."     

Abby terkekeh, ia kemudian mengacak-acak rambut Natalie dengan gemas.      

"Ayo makan, perutku lapar," ucap Abby pelan mengajak Natalie untuk makan, Abby yakin sekali Natalie belum makan karena itu ia pura-pura lapar.      

"Memangnya orang kaya sepertimu bisa kelaparan juga?"     

"Tentu saja bisa, aku manusia biasa yang bisa menangis juga sepertimu tadi."      

"Abby!!!"     

Abby tertawa lebar mendengar teriakan Natalie, ia senang bisa menggoda Natalie. Natalie belum menyadari kalau sebenarnya Abby sengaja melakukan itu untuk membuatnya tersenyum, Abby sadar kalau ia ikut andil dalam kesedihan Natalie saat ini. Membongkar rahasia Ruben Oliviera di depan anak-anaknya adalah sebuah hal yang menyakitkan untuk mereka dan Abby sadar akan itu, karena itulah ia berusaha memperbaiki semuanya dengan memberikan sebuah pesta kejutan ulang tahun sederhana kepada Natalie. Sederhana dalam standar seorang Willan tentunya.      

"Terima kasih untuk semuanya Abby, aku tak tahu harus melakukan apa untuk membayar semua ini,"ucap Natalie pelan sambil menyeka bibirnya menggunakan sapu tangan yang ada diatas meja.      

"Be my woman, that's enough to pay for all this."     

"What!!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.