You Are Mine, Viona : The Revenge

Perjanjian Denise



Perjanjian Denise

0Denise yang sudah memukul meja dan berniat menghampiri Gloria langsung dihentikan oleh Kate.      
0

"Jangan, ini kantin. Banyak orang yang akan makan, aku tak mau kita mendapat masalah, Denise,"ucap Kate pelan mencoba menenangkan Denise yang terlihat sudah sangat marah sekali.      

Denise pun perlahan duduk kembali di hadapan Kate. "Kau terlalu baik, Kate. Perempuan itu mulutnya harus dijahit supaya tak bicara sembarangan."     

Kate tersenyum. "Bukan masalah baik atau tidak, hanya saja aku tak mau kau mendapat masalah nantinya. Apalagi kau tahu bulan, Gloria punya kenalan dokter senior di rumah sakit ini. Aku tak mau kalau kita berurusan dengannya, maka nanti di dokter senior itu akan mempersulit kita, Denise."     

Denise menghela nafas panjang. "Punya kenalan orang dalam bukan berarti dia harus bertindak seenaknya, macam dia anaknya direktur rumah sakit ini saja. Aku benar-benar muak padanya, Kate."     

Kate terkekeh, ia kemudian bangun dari kursinya sembari membawa ice cream yang belum ia habiskan dan langsung mengulurkan tangannya pada Denise.      

"Ayo kita ke taman, sepertinya menikmati ice cream di taman lebih menyenangkan,"ucap Kate pelan berusaha meredam kemarahan Denise.     

Denise terdiam cukup lama sebelum akhirnya ia menerima uluran tangan Kate.      

"Ok, sepertinya udara di kantin ini sudah tercemar. Aku tak mau menghirup oksigen yang sama dengan parasit yang bisanya hanya membanggakan orang lain saja."     

Brak     

Kini giliran Gloria yang menggebrak meja dengan keras.      

"Apa kau bilang, Denise!!!"jerit Gloria keras.     

Denise yang sudah berjalan bersama Kate langsung berhenti dan menoleh ke arah Gloria.     

"Sorry, kau bicara denganku?"     

"Denise!!!"     

Denise terkekeh. "Aku tak sedang membicarakanmu, jadi kau seharusnya tak tersinggung seperti itu. Kecuali kalau memang kau merasa seperti parasit, jadi kau berhak marah. Kalau kau memang bukan parasit seharusnya kau tidak marah seperti itu."     

Wajah Gloria memerah menahan amarah yang sudah membuncah, ia kesal sekali dengan perkataan Denise yang menyudutkannya itu. Beberapa temannya yang lain terlihat mencoba menenangkan Gloria agar tidak terpancing dengan perkataan Denise, pasalnya saat ini kantin sudah mulai ramai karena para dokter yang lain mulai berdatangan.     

Melihat Gloria tak berkata apa-apa, Denise kemudian menjulurkan lidahnya sengaja memprovokasi Gloria. Denise sudah lama sekali tak bermain-main seperti ini, karena itu ia menikmati permainannya menggoda seorang anak mama yang mencoba berkuasa di rumah sakit milik keluarganya.     

Mungkin saja Denis akan terus menggoda Gloria kalau saja Kate tidak menghentikannya.      

"Kenapa Kate, bukankah menggoda anak mama itu sungguh menyenangkan? Kenapa kau menarikku pergi ke taman,"gerutu Denise kesal.     

Kate menunjukkan kotak ice creamnya pada Denise. "Sayang ice cream ini kalau tak segera dinikmati."     

Denise mendengus. "Kau ini benar-benar."     

Kate terkekeh, dia kemudian kembali menarik tangan Denise untuk diajak duduk ke sebuah kursi yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini. Setelah Denise duduk dengan tenang, Kate kemudian menyerahkan kotak ice creamnya pada Denise.      

"Cobalah, kau pasti ketagihan."     

Denise menatap ice cream milik Kate dengan tatapan yang masih marah. "Benarkah? Awas saja kau bohong, karena jika kau menipuku maka aku akan…"     

Denise menghentikan ucapannya ketika ice cream matcha milik Kate masuk ke dalam mulutnya, gadis itu kemudian kembali menyodorkan beberapa kali ice cream itu ke dalam mulutnya. Denise terlihat sangat menyukai ice cream itu dan membuat Kate tersenyum lebar.      

"Nah, enak bukan?"     

Denise langsung menganggukan kepalanya dengan cepat. "Iya, aku tak menyangka ternyata ice cream matcha seenak ini."     

Kate tersenyum lebar. "Sepertinya banyak hal yang tidak kau ketahui, Denise."      

"Iya tentu saja, selama ini aku tak diperbolehkan makan makanan sembarang tanpa seizin para…"     

Denise yang hampir membocorkan rahasia dirinya langsung menutup mulutnya tiba-tiba sehingga ia tersedak dan membuat Kate langsung turun tangan, membantunya.      

"Kalau makan jangan sambil bicara, Denise. Kau ini seperti bukan dokter saja,"ucap Kate pelan saat menepuk-nepuk punggung Denise.      

Denise yang merasa sudah lebih baik langsung nampak tersenyum lebar dan tak merasa bersalah. "Siapa suruh ice cream ini enak," sahutnya dengan cepat sambil kembali menikmati ice cream yang sebelumnya ia letakkan diatas meja.      

Melihat hal itu Kate hanya bisa menghela nafas panjang, Denise benar-benar bersikap seperti anak manja dimatanya. Meski banyak teman-temannya yang menyebut Gloria adalah anak mama, namun entah mengapa Kate merasa Denise lah sang anak mama sebenarnya.     

Pada akhirnya Denise lah yang menghabiskan ice cream matcha milik Kate, ia dengan lahap menikmati ice cream enak itu tanpa menyisakan sedikitpun untuk Kate sang pemilik ice cream.      

Dari kejauhan Viona dan dokter Louisa melihat dengan jelas apa yang dilakukan putri tercinta mereka ditaman, Viona tersebut karena Denise bisa dengan cepat menyesuaikan dirinya di rumah sakit begitu juga dengan dokter Louisa yang bangga melihat putri tunggalnya mempunyai teman.     

"Apa kau tahu siapa dokter yang sedang bersama dengan putri kita itu, Lou?"tanya Viona pelan.     

Dokter Louisa menganggukkan kepalanya. "Dokter muda itu bernama Kate, dia satu-satunya teman Denise di rumah sakit ini setelah ia merahasiakan identitasnya."     

"Tunggu, apa maksudnya dengan satu-satunya teman dan merahasiakan identitasnya?"tanya Viona kembali dengan bingung.     

Dokter Louisa kemudian menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada putri semata wayangnya pada Viona, sang kakak ipar. Viona tak menyangka sama sekali kalau Denise akan melakukan hal semacam itu sebagai sebuah kesepakatan dengan kedua orang tuanya.      

"Apakah Profesor Frank mengetahui tentang ini?"tanya Viona kembali.     

Dokter Louisa menghela nafas panjang. "Tentu saja dia tahu, karena saat itu Denise langsung berbicara dengan kami saat akan mulai bekerja di hari pertamanya."     

"Ya Tuhan, Denise. Kenapa juga dia harus melakukan hal semacam ini, bukankah itu sama saja membuatnya kembali akan mendapatkan masalah?"     

"Aku juga takut seperti itu, dok. Akan tetapi, Frank mengatakan hal ini baik untuk Denise. Denise akan belajar dewasa, jadi ya sudah aku tak bisa berbuat apa-apa,"jawab dokter Louisa pelan.     

Viona memijat keningnya yang terasa sakit. "Aku benar-benar tak mengerti dengan cara pikir kalian berdua, Denise adalah anak tunggal kalian bagaimana mungkin kalian membiarkannya ada dalam posisi seperti ini. Aku yakin sekali Fernando pasti akan marah jika mengetahui apa yang Denise lakukan."     

Grep      

Dokter Louisa tiba-tiba meraih tangan Viona dan menggenggamnya erat. "Tolong rahasiakan ini dari Tuan Fernando, dok. Karena jika Tuan tahu karena anda tahu maka Denise akan marah pada kami berdua dan jika hal itu terjadi maka Denise akan tinggal sendiri di apartemennya, kalau seandainya Denise benar-benar tinggal seorang diri diluar sana maka hal yang membahayakan justru akan terjadi. Dan aku tak mau jika itu terjadi dok."      

"Tinggal sendiri di apartemen? Oh Tuhan, Denise,"pekik Viona dengan keras.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.