You Are Mine, Viona : The Revenge

Summer Garden



Summer Garden

0Denise langsung menutup mulutnya dengan rapat saat menyadari sebuah kesalahan yang baru ia perbuat.      
0

"Tentu saja aku Denise Jolie, memangnya aku siapa? Lagipula siapa yang tak tahu dengan nama Willan di negara ini, semua orang tahu betapa besar kekuasaan keluarga itu, Kate"jawab Denise asal bicara.     

Kate langsung diam, tak lama kemudian senyumnya mengembang. "Iya kau benar, Denise. Siapa orang di negara ini yang tak tahu nama besar mereka."     

Denise tersenyum kaku, ia kemudian mendekati Kate dan langsung melingkarkan tangannya ke pundak Kate. "Sudahlah, untuk apa membahas mereka. Lebih baik kau tepati janjimu."     

"Tepati janji, memangnya aku punya janji apa?"tanya Kate bingung.     

Denise terkekeh. "Kau pernah berjanji untuk mengajakku ke apartemen dan hari ini aku ingin menagih janjimu itu, jadi ayo kita ke apartemen mu sekarang."     

"T-tapi apartemenku sempit, kau tak masalah?"     

"Tentu saja tidak, memangnya kenapa kalau apartemenmu sempit. Tempat tinggalku juga kecil, jadi tak masalah Kate,"jawab Denise dengan cepat sambil tersenyum.      

Kate menghela nafas panjang. "Ya sudah kalau begitu, ayo kita ke apartemenku." Kate sepertinya tak bisa menolak permintaan Denise lebih lama lagi.     

Denise tersenyum lebar, ia kemudian memindahkan tangannya dari pundak Kate ke lengannya. Dengan penuh semangat Denise berjalan bersama Kate menuju halte bus yang berada tak jauh dari pintu keluar khusus staf rumah sakit Global Bros, saat Kate berjalan dengan Denise dari belakang Gloria melihat mereka berdua dengan pandangan sinis.      

"Lihat saja, tunggu pembalasanku. Kau pasti menyesal telah berkata seperti itu padaku, Denise. Akan kubuat kau menderita di rumah sakit ini, aku bersumpah,"ucap Gloria dalam hati, kebenciannya pada Denise dan Kate pun semakin besar saat ini. Apalagi Gloria sudah mendengar selentingan dari beberapa dokter senior yang selalu memberikan pujian kepada Kate, Gloria merasa posisinya terancam dengan keberadaan Kate si gadis buruk rupa itu.      

Dengan tangan terkepal Gloria kemudian menghubungi ayahnya untuk mendesak teman baiknya yang sudah membawa Gloria masuk ke rumah sakit Global Bros untuk segera meloloskan dirinya sebagai karyawan tetap di rumah sakit Global Bros, Gloria berbicara selama hampir 20 menit dengan sang ayah dan hampir menangis saat menceritakan kondisinya di rumah sakit. Gloria mengarang bebas, ia berkata hal lain. Gloria berkata kepada ayahnya kalau ia selama ini sudah menjadi bahan cemoohan teman-teman itu angkatannya, ia bahkan juga mengatakan kalau selama ini tak ada teman yang ingin bermain dengannya karena ulah kedua orang teman satu angkatannya yang tak lain dan tak bukan adalah Denise dan Kate. Gloria memfitnah Denise dan Kate, ia berharap dengan mengatakan cerita palsu itu ayahnya segera bertindak.      

Setelah ayahnya berjanji akan segera mengurus Denise dan Kate akhirnya Gloria tenang, ia lalu menghapus air mata palsunya dan menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku kemejanya.      

"Ok, aku hanya tinggal menunggu saja. Lihat saja apa yang akan kalian lakukan besok, tamat riwayat kalian berdua." Gloria bicara dalam hati sambil terus menatap tajam ke arah Denise dan Kate yang baru saja naik ke dalam bus.      

***     

Apartemen Daisy     

"Wahhh kamarmu rapi sekali, Kate. Aku benar-benar tak percaya,"ucap Denise berkali-kali saat sudah berada di dalam kamar apartemen Kate.     

Kate tersenyum. "Ini apartemen sederhana, jadi tak sulit menatanya. Lagipula aku tinggal seorang diri, jadi aku tak membutuhkan barang yang banyak jadi terlihat rapi seperti ini. Padahal kenyataannya tidak seperti yang kau bayangkan, Denise."     

"Akh kau ini suka sekali merendah, tapi aku serius Kate. Kamarmu rapi sekali, aku suka sekali. Semuanya tersusun dengan sangat baik,"ucap Denise jujur memuji Kate.      

Kate menipiskan bibirnya, ia kemudian berjalan menuju pantry untuk membuatkan Denise minum. Sementara itu Denise nampak melihat-lihat foto pemandangan yang tergantung di dinding apartemen Kate.      

"Tempat indah ini dimana? Kenapa sepertinya aku tidak asing,"ucap Denise pelan sambil menunjuk foto yang ada di atas meja tv, tempat yang sedang ditunjuk Denise adalah salah satu objek wisata yang cukup terkenal di St Petersburg, Rusia.     

"Summer Garden,"sahut Kate dengan suara cukup keras dari pantry.      

"Summer Garden, Summer Garden yang ada di St Petersburg, Rusia?!"pekik Denise dengan keras.     

Kate meletakkan dua gelas teh hijau tanpa gula diatas meja dengan hati-hati. "Kau pernah ketempat itu?"     

"Tentu Kate, aku pernah berkunjung ke tempat itu dengan salah satu kakak sepupuku beberapa tahun yang lalu. Kalau tidak salah sekitar satu atau satu setengah tahun yang lalu,"jawab Denise penuh semangat.     

Kate tersenyum, ia semakin suka dengan Denise. Ternyata Denise juga menyukai taman umum yang memiliki 79 pahatan yang dibuat oleh seniman dari abad ke-18 itu.     

"Akhh kalau membahas tempat itu aku jadi rindu minum teh di sana, suasananya sungguh menyenangkan. Damai dan rileks, benar-benar sebuah tempat favorit. Tapi ngomong-ngomong kenapa kau memasang foto summer garden di figura foto seperti itu Kate, kenapa tak ada fotomu sendiri?"tanya Denise penasaran.      

Kate tersenyum. "Summer Garden adalah salah satu tempat paling bersejarah untukku, karena itu aku memasang foto tempat itu, Denise."     

"Oh begitu, wah sepertinya kau ini tipe-tipe wanita romantis ya Kate. Kau seperti Mommyku, dia juga sangat senang sekali mengingat tempat-tempat yang bersejarah untuknya,"ucap Denise sambil tersenyum.     

Kate terkekeh. "Kadang memiliki sejarah di sebuah tempat memberikan kesenangan tersendiri, Denise."     

"Akh kau benar-benar mirip dengan Mommyku, sepertinya kalian akan cocok jika berbincang."     

Kate tak merespon perkataan Denise kembali, ia pun kembali teringat dengan Summer Garden. Tempat dimana ia membaca surat hasil pemeriksaan yang dilakukan sebelumnya, di tempat itulah ia akhirnya tahu bahwa ia tak seorang diri di dunia ini. Meskipun hanya sejenak namun Kate bahagia pernah merasakan kebahagiaan luar biasa itu, karena itulah Kate memasang foto Summer Garden alih-alih memajang foto dirinya.      

Denise yang sangat menyukai apartemen Kate merasa betah, ia bahkan mengabaikan telepon dan pesan dari kedua orangtuanya yang khawatir kepadanya. Sudah lewat dari jam pulang kerja dan Denise belum sampai di rumah, hal itu langsung membuat profesor Frank dan dokter Louisa khawatir. Keduanya bahkan sampai pulang lebih cepat saat mendapat laporan dari pelayan di rumah yang mengatakan kalau Denise belum sampai rumah, memiliki seorang anak tunggal yang berjenis kelamin perempuan membuat sepasang suami istri itu sangat tidak tenang kalau mengetahui putri semata wayangnya belum sampai di rumah. Mengingat masa lalu sang suami yang sangat kelam membuat dokter Louisa selalu was-was jika memikirkan putrinya, karena itu ia berusaha menjaga putrinya dengan sebaik mungkin supaya hal buruk tak menimpa dirinya.      

Drrrttt     

Drrrttt     

"Denise, ponselmu sejak tadi berbunyi. Memangnya kau tak mau memeriksa siapa yang menghubungimu,"ucap Kate pelan memberitahu Denis perihal ponsel pintarnya yang terus saja berkaitan sajakah 10 menit terakhir.     

Denise menggelengkan kepalanya. "Itu telepon dari pelayan sebuah mall yang menawarkan produknya padaku ketika aku sedang pergi ke mall, menyebalkan sekali mereka itu. Mengejar-ngejar pembeli sampai seperti itu."     

Kate tersenyum. "Mereka hanya menjalankan tugasnya sebagai pramuniaga, jadi kau tak bisa seperti itu. Ayolah, angkat teleponnya dan bicara baik-baik Denise."     

Denise meletakkan garpunya diatas piring dan bergegas meraih ponsel pintarnya dari dalam tas.     

Damn! 103 panggilan tak terjawab dan 80 pesan yang belum terbaca.     

"Halo… ok ok ok, aku mengerti!!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.