You Are Mine, Viona : The Revenge

Pelindung yang tepat



Pelindung yang tepat

0Denise keluar dari apartement Kate dengan terus berlari, ia mengejar waktu agar para bodyguard yang sedang mencarinya tak mengetahui letak apartement Kate. Denise harus tetap menjaga apartement Kate dengan aman, karena dengan begitu maka ia bisa datang ketempat Kate lagi suatu saat nanti tanpa diketahui kedua orang tuanya ataupun para bodyguard yang kini sudah melacak keberadaannya melalui alat sadap yang sudah terpasang di ponselnya. Denise lupa kalau ponselnya di pasang alat penyadap, karena itu ia kini berusaha berlari sejauh mungkin dari apartement Daisy dan mencari tempat lain yang bisa ia gunakan sebagai kambing hitam.     
0

Harapan Denise rupanya di kabulkan Tuhan, tak jauh dari tempatnya sekarang terdapat sebuah minimarket asal korea yang cukup ramai. Tanpa pikir panjang Denise langsung masuk ke tempat itu dan langsung berbaur dengan pengunjung lainnya, mencari makanan dan minuman yang kerap muncul di drama Korea.     

"Tenang nona, minimarket ini baru akan tutup jam 8 malam. Jadi anda tak usah berlari-lari seperti ini,"ucap seorang pelayan minimarket itu pada Denise dengan ramah.     

Denise menyeka bibirnya dari sisa air yang menempel di mulutnya. "Tutup jam 8 malam? Kenapa? Padahal tempat ini sangat ramai."     

"Itu karena tak jauh dari minimarket ini ada banyak sekali penjual makanan di pinggir jalan setiap malam, berbagai makanan di jual di tempat itu. Mulai dari hotdog, hamburger, dan yang lainnya. Yang jelas anda harus datang dan melihatnya secara langsung, nona."     

Denise memicingkan satu matanya. "Kalau tempat itu banyak sekali penjual makanan kenapa minimarket ini malah tutup? Bukankah kalian harusnya buka, supaya para pelanggan dari para penjual makanan di pinggir jalan itu bisa datang ke tempat ini."     

Wanita muda keturunan Korea yang ada dihadapan Denise pun tersenyum. "Justru karena itu nona, kami menutup minimarket ini supaya para pembeli yang berada di tempat itu tetap membeli para pedagang yang lain dan tidak lari ke tempat ini. Saling berbagi berkat, nona."     

Bibir Denise langsung kelu, ia tak percaya akan mendengar kalimat seperti itu dari seorang pebinis. Padahal di luar sana para pebisnis saling sikut berusaha mencari keuntungan sebesar-besarnya, tapi pengelola minimarket ini justru melakukan hal sebaliknya. Sungguh Denise tak akan percaya jika ia mendengar hal semacam itu dari orang lain, namun karena kali ini mendengar secara langsung maka Denise harus percaya. Awalnya Denise mengira wanita berkacamata yang baru saja berbicara dengannya adalah pelayan, namun setelah seorang kasir memanggilnya akhirnya Denise tahu kalau dia adalah sang pemilik dari minimarket itu sendiri.     

Untuk menahan rasa tak enak Denise langsung mengambil makanan yang familiar untuknya, setelah merasa kedua tangannya sudah penuh Denise kemudian mengantri di belakanag seorang ibu dan anak yang sedang membeli banyak sekali cemilan khas Korea di keranjang belanja mereka. Melihat pemandangan menyejukkan itu membuat Denise tersenyum, ia pun langsung teringat akan masa kecilnya yang penuh sekali dengan cinta. Lamunan Denise akhirnya buyar saat ibu dan anak yang mengantri di depannya sudah selesai melakukan transaksi. Dengan cepat Denise melakukan pembayaran, setelah selesai melakukan pembayaran Denise lalu duduk di salah satu kursi yang kosong untuk menikmati tteokbokki yang sebelumnya sudah ia panaskan di microwave. Di minimarket itu rupanya juga menyediakan komik, tanpa pikir panjang Denise lalu mengambil beberapa komik menarik untuk menjadi teman saat menikmati makanannya. Berada di minimarket itu membuat Denise lupa kalau saat ini ia sedang menjadi buronan para bodyguard sang ayah.     

20 menit berlalu dengan sangat cepat, Denise bahkan sudah selesai membaca tiga komik yang sebelumnya ia ambil. Bahkan tteokbokki miliknya juga sudah porsi kedua, sungguh Denise merasa sangat nyaman dan asik dalam dunianya sendiri. Akan tetapi kedamaian itu akhirnya hilang saat ada tangan besar yang langsung mencengkram tangannya.     

"Aouch..sakit.."     

"Kalau kau tahu sakit harusnya kau tak melakukan ini, Denise Jolie Willan!!" hardik sebuah suara yang sudah sangat Denise hafal dengan keras.     

Denise mengangkat wajahnya perlahan dan menatap seorang pria yang sedang mencengkram tangannya. "Daddy..."     

"Iya ini Daddy, mau bermain kucing-kucingan sampai kapan?"Fernando dengan tegas langsung menyahut perkataan Denise.     

Denise menelan ludahnya perlahan. "Aku tak bermain kucing-kucingan Daddy, aku hanya sedang menikmati makanan Korea ini." Denise menggeser tempat sampah dibawah kakinya yang sudah penuh dengan bungkus makanan kecil yang sebelumnya ia makan.     

Fernando memicingkan matanya, ia tak serta merta percaya bergitu saja perkataan keponakan yang sudah ia anggap sebagai putri kandungnya itu. Kedua mata elang Fernando menatap Denise secara tajam, ia memperhatikan bekas saus tteokbokki yang tersisa si bibir Denise belum lagi dengan banana milk yang isinya sudah hampir habis di sebelah tumpukan komik yang sudah selesai dibaca.     

"Kau pergi sejauh ini, mengabaikan semua telepon orang yang khawatir padamu hanya untuk menikmati makanan Korea dan membaca komik?"     

Denise langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Memangnya ada yang salah, Daddy?"     

Fernando menghela nafas panjang, sungguh menghadapi Denise membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi. Kemarahannya pun langsung sirna seketika saat melihat sorot mata Denise yang menatapnya seperti anak anjing.     

Perlahan Fernando meraih tisue yang berada dihadapan Denise dan langsung menyeka sisa saus yang tertinggal di bibir putrinya dengan lembut. "Kau itu sudah jadi dokter, Denise. Kenapa makan saja masih seperti anak kecil seperti ini, hm."     

"Aku belum selesai makan Daddy, jadi kalau misalkan berantakan wajar,"sahut Denise dengan cepat membela diri.     

"Pintar sekali menjawab, ya sudah cepat bawa makanan aneh itu. Lihatlah di luar ada kedua orang tuamu yang sudah sangat marah,"ucap Fernando pelan sambil melirik ke arah luar minimarket dimana adiknya dan sang istri sudah menatap tajam ke arah Denise tanpa berkedip.     

"Daddy, save me,"rengek Denise meminta pertolongan.     

Fernando terkekeh. "Itu mudah, ya sudah sekarang ayo pulang. Hari sudah hampir gelap, bawa semua komikmu itu."     

Denise mengangkat satu alisnya, bingung. "Oh komik ini, ini bukan milikku. Komik-komik ini milik toko ini."     

"Dipinjamkan kepada pengunjung?"     

"Yes."     

Denise menjawab dengan cepat dan langsung turun dari kursinya dan bergegas menuju tempat dimana ia mengambil komik-komik itu sebelumnya, kedua mata Fernando masih menatap Denise tanpa berkedip. Meski saat ini minimarket sudah dikepung oleh anak buahnya dan anak buah sang adik namun Fernando tetap khawatir kalau Denise akan kabur, karena itu ia masih tak melepaskan pengawasannya dari sang putri.     

Ternyata Denise tak hanya mengembalikan komik, rupanya ia juga membeli beberapa bungkus tteokbokki instan untuk dibawa pulang bersama keju khususnya.     

"Masih belum kenyang?"tanya Fernando tak percaya.     

"Ini adalah bagian dari suap yang aku ingin berikan pada Daddy kalau mau menyelamatkanku dari suami istri yang mengerikan itu,"jawab Denise dengan cepat tanpa rasa bersalah menyebut ayah dan ibunya sebagai pasangan mengerikan.     

Fernando tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Denise, sungguh semua amarah dan kekhawatirannya sudah hilang saat ini. Denise masih sama seperti dulu, gadis kecil kesayangannya yang tak bisa membuatnya marah.     

Perlahan Fernando membelai rambut Denise. "Selama kau bersama Daddy, pasangan suami istri yang mengerikan itu tak bisa menyentuhmu."     

"Daddy serius?"pekik Denise keras.     

"Tentu saja, coba saja kalau mereka berani memarahimu. Jangan salahkan aku kalau mereka akan ku kirim ke pulau Sentinel."     

Denise tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan sang daddy, ia tak membayangkan kalau papa dan mamanya benar-benar di kirim ke pulau paling berbahaya di dunia itu. Meski hanya gurauan namun tetap saja perkataan daddynya membuat Denise tenang dan tak takut saat ini, karena kekuasaan sang daddy yang jauh lebih besar dari kedua orang tua kandungnya maka dari itu Denise merasa aman saat ini dan tak takut lagi seperti beberapa saat yang lalu saat melihat kedua orang tuanya menatapnya tajam dari luar.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.