You Are Mine, Viona : The Revenge

Masih sama



Masih sama

0Berita pingsannya Viona membuat satu rumah sakit panik, mulai dari para staf medis hingga staf kebersihan. Semuanya terkejut saat mendengar berita buruk itu. Saat ini suasana rumah sakit sedang sangat tegang, pasalnya semua anak buah Fernando sudah mengelilingi rumah sakit menanti kedatangan sang tuan yang saat ini sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Fernando sedang bertemu sang mantan perdana menteri Kanada yang dulu pernah menjadi tetangganya ketika mendapat kabar buruk itu, tanpa pikir panjang Fernando pun meminta izin pada sang mantan perdana menteri untuk kembali ke rumah sakit.     
0

"Berapa menit lagi, Justin?"     

"Sebenarnya ada apa hari ini, kenapa semua jalananan macet?"     

"Damn, apa tak ada cara lain untuk kita bisa sampai di rumah sakit lebih cepat?"     

"Tuhan... aku mohon jaga istriku..."     

Fernando terus saja berbicara tak jelas selama dalam perjalanan menuju rumah sakit Global Bros, sungguh ia hampir mati saat ini. Dadanya terasa sangat sesak, memikirkan kondisi Viona membuat Fernando tak tenang. Saat ini Justin sudah meminta Harry menjemput mereka menggunakan helikopter, karena sedang berada dijalan yang sangat padat karena terjebak macet akhirnya pendaratan helikopter dilakukan di taman yang letaknya agak jauh dari tempat Fernando berada saat ini.     

"Ayo Tuan, sepertinya Harry sudah hampir mendarat,"ucap Justin pelan sambil membuka sabuk pengamannya.     

Fernando yang sudah tak bisa berkata-kata hanya mengangguk pelan, tangannya cekatan membuka sabuk pengaman yang terpasang di tubuhnya. Dalam waktu singkat Fernando sudah kelaur dari mobil dan bergegas menuju taman yang letaknya sekitar 100 meter dari tempat Fernando berada saat ini, kemunculan Fernando ditengah kemacetan seperti itu sontak membuat para pengemudi dijalan histeris. Beberapa diantara mereka langsung berteriak memanggil nama Fernando, ya meskipun Fernando sudah tak muda lagi namun populatitasnya masih belum pudar. Justru menurut survey beberapa majalah Fernando masih tetap masih menjadi kategori 'Hot Man' yang menjadi idaman banyak orang.     

Menyadari banyak orang yang mulai mengejar sang tuan anak buah Justin langsung bertindak, mereka membuat pagar betis menjaga Fernando agar tak tersentuh oleh orang-orang yang berusaha mendekatinya itu. Justin sendiri pun langsung berada di posisinya di depan Fernando, langkah mereka semakin cepat saat helikopter yang dibawa Harry sudah terlihat.     

"Hati-hati Tuan,"ucap Justin pelan, mempersilahkan Fernando masuk kedalam helikopter terlebih dahulu.     

Fernando langsung masuk ke dalam helikopter disusul Justin, begitu keduanya selesai memasang sabuk pengaman dan headphone untuk melindungi telinga Harry kemudian mulai mengoperasilkan helikopter itu kembali. Setelah melakukan komunikasi dengan menara kontrol dan sudah mendapatkan izin terbang helikopter itu langsung mengudara, meninggalkan taman yang kini sudah dipenuhi orang-orang yang sebelumnya mengejar Fernando. Anak buah Justin yang sebelumnya menjaga orang-orang itu supaya tak menyentuh sang tuan akhirnya pergi dari taman itu tak lama setelah helikopter yang membawa sang tuan tak terlihat lagi dari pandangan mereka.     

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit Global Bros tak terjadi percakapan apapun antara Fernando dan kedua asistennya, isi kepalanya saat ini hanyalah Viona. Ia benar-benar tak bisa berpikir secara normal saat ini, sungguh Fernando ingin berteriak rasanya jika bibirnya sedikit saja terbuka. Karena itu ia memilih untuk menutup rapat-rapat mulutnya agar kemarahannya tak keluar saat ini, Fernando harus menjaga dirinya tetap tenang. Ia tak mau membuat kondisi Viona makin drop jika ia marah-marah.     

Setelah mengudara selama hampir 10 menit akhirnya helikopter milik Fernando mendarat dengan sempurna di rooftop rumah sakit, semua orang sudah ada di rooftop ketika helikopter itu mendarat. Bahkan, damn! Para dokter yang seharusnya mendampingi Viona kini justru berada di rooftop rumah sakit untuk menyambutnya, Fernando benar-benar sangat marah saat ini. Dan kemarahan Fernando yang menjadi-jadi itu dirasakan oleh Justin yang duduk disebelah sang tuan.     

Melihat Fernando turun dari helikopter langsung membuat profesor William memundurkan langkahnya tanpa sadar, entah mengapa ia merasa akan ada badai sebentar lagi menghampirnya dan tebakannya itu benar saat Fernando yang sudah tiba di dekat para dokter yang ikut menyambutnya langsung memberikan bogem mentah pada mereka semua. Satu persatu, tak ada yang terlewat. Dengan pukulan kuat Fernando memberi pelajaran pada mereka hingga sekitar sepuluh dokter yang berada di tempat itu tersungkur ke lantai yang kotor.     

Profesor William yang sudah pasrah hanya menutup matanya, menunggu gilirannya tiba untuk dipukul. Fernando sudah tinggal tiga langkah lagi didepannya dan kedua tangan profesor William sudah terkepal, berusaha untuk menahan rasa sakit. Akan tetapi bukan sebuah pukulan yang ia rasakan saat ini.     

"Fernando, apa yang kau lakukan!!!"hardik profesor Frank dengan keras.     

Karena teriakan profesor Frank itulah gerakan tangan Fernando tertahan di udara, padahal sebentar lagi kepalan tangannya itu hampir mendarat di wajah profesor William yang sudah memejamkan matanya.     

"Tahan dirimu, Fernando. Saat ini Viona sudah baik-baik saja, dia bahkan yang meminta kami untuk menyambutmu,"imbuh profesor Frank kembali.     

Rahang Fernando mengeras. "Kalian tak becus bekerja,"ucapnya pelan sambil menurunkan tangannya dari depan wajah profesor William.     

Setelah bicara seperti itu Fernando pun bergegas menuju pintu masuk rumah sakit tanpa bicara lagi, sungguh Fernando benar-benar sudah hilang akal. Bahkan pintu yang sudah terbuka saja masih sempat terkena pukulannya, Fernando melanjutkan pukulannya yang tertahan sebelumnya. Ia melampiaskannya ke pintu yang kini nampak memiliki sedikit noda darah yang berasal dari tangan Fernando, bisa terbayang betapa kuatnya pukulan Fernando pada pintu itu sehingga dalam sekali pukul sudah berhasil membuat tangan Fernando mengeluarkan darah.     

Melihat Fernando menghilang ke dalam lift membuat profesor Frank menghela nafas panjang, perlahan ia menoleh ke arah profesor William yang sedang berjalan mendekatinya.     

"Kau tak apa-apa, Will?"tanya profesor Frank pelan pada profesor William yang sudah berada dihadapannya.     

Profesor William menggeleng. "Aku baik, tapi tidak dengan para dokter itu."     

Profesor Frank langsung menoleh menatap para dokter yang sebelumnya menjadi bulan-bulanan Fernando, ia tersenyum miris melihat kondisi para dokter yang masih memegangi perutnya itu.     

"Berikan mereka libur untuk dua hari kedepan dan pastikan bekas pukulan si gila itu tak mengenai organ vital mereka,"ucap profesor Frank kembali.     

"I know, oh ya Fernando....i-ni.."     

"Darah si brengsek itu, siapa lagi memangnya yang bisa melakukan hal segila ini. Memukul pintu besi sekuat itu." profesor Frank langsung memotong perkataan profesor William sambil tersenyum datar.     

"Astaga Fernando, dia tak berubah sama sekali."     

Profesor Frank terkekeh. "Kalau dia berubah itu bukan Fernando namanya, kau tahu kan betapa posesifnya dia pada Viona. Mustahil rasanya dia akan bersikap tenang disaat-saat seperti ini."     

Profesor William menghela nafas panjang, menghadapi Fernando disaat-saat seperti ini sungguh membutuhkan nyali besar. "Ya sudah, ayo kita susul banteng marah itu. Jangan sampai dia berbuat lebih gila lagi dari ini."     

"Lebih baik kau urus para dokter itu dulu, setelah itu susul aku,"ucap profesor Frank pelan sambil menepuk pundak profesor William pelan.     

"Baiklah, aku urus mereka dulu."     

Profesor Frank tersenyum lebar, ia pun langsung berbegas pergi dari tempat itu untuk menyusul Fernando yang sedang menuju tempat dimana Viona berada. Setelah dua puluh empat tahun berlalu sikap Fernando benar-benar tak berubah, masih sangat protektif pada Vionanya. Satu-satunya wanita yang ia cintai sedalam ini.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.