You Are Mine, Viona : The Revenge

Tawaran menarik



Tawaran menarik

0Kate dan Denise akhirnya sampai di depan ruangan Viona, meski awalnya Kate menolak untuk datang namun karena Denise terus memaksa akhirnya Kate pun pasrah. Kate takut kalau akan bertemu dengan Aaric diruangan Viona.     
0

"Ayo masuk,"ucap Denise penuh semangat sembari mengajak Kate masuk ke ruangan sang mommy.      

Akan tetapi Kate membatu, ia menahan tubuhnya di tempat sehingga membuat Denise bingung.     

"Ada apa?"     

Kate mengangkat wajahnya dan menatap Denise. "Kau sendiri saja ya, aku tak usah." Seluruh tubuh Kate terasa lemas saat ini, ia merasa di dalam ruangan yang ada di depannya saat ini sudah ada Aaric.      

"Kenapa lagi?"     

"Aku takut."     

Denise terkekeh. "Dokter Viona itu baik."     

"Iya tapi…"     

"Akh sudah ayo masuk, kita sudah sampai di depan ruangannya. Tak ada jalan untuk kembali,"sahut Denise dengan cepat sambil meraih tangan Kate dan mengajaknya masuk ke dalam ruangan sang mommy yang masih tertutup rapat.     

Karena kalah tenaga akhirnya Kate pun masuk kedalam ruangan Viona yang saat ini tak ada siapa-siapa, hanya ada Viona yang masih duduk di kursinya dan sedang membaca data diri Kate dan Denise.      

"Akh kalian sudah sampai, silahkan duduk. Kita bicara di sofa saja supaya lebih rilex,"ucap Viona ramah sambil tersenyum, meskipun saat ini di hadapannya sudah ada Denise putri kesayangannya namun Viona sangat profesional.      

"Baik dok."     

"Siap dok."     

Kate dan Denise menjawab secara bersamaan ucapan Viona, kedua pun langsung duduk di sofa yang sangat nyaman itu dengan sikap tegak sempurna. Setelah melihat kedua dokter muda yang sangat berbakat itu duduk akhirnya Viona pun bergabung dengan mereka, sembari membawa data diri Kate dan Denise diperlukannya.      

"Sebelumnya terima kasih karena kalian berdua bersedia datang ke ruanganku dan maaf juga undanganku terlalu mendadak, saya harap kalian berdua tidak sedang sibuk,"ucap Viona pelan membuka percakapan.      

"Tidak dok, kami baru saja menyelesaikan pekerjaan kami dan sedang mengisi laporan,"jawab Kate sopan.     

Denise mengangguk perlahan. "Betul dok, kami justru senang dipanggil oleh dokter dan bisa bertatap muka langsung dengan anda." Denise menggoda mommynya dengan sengaja.      

Viona tersenyum kecil mendengar perkataan kedua gadis muda dihadapannya, ia bahkan sampai menepuk tangan Denise memberikan peringatan padanya.      

"Baguslah kalau begitu, jadi kita mulai saja ke pokok pembicaraan. Setelah saya melakukan diskusi dengan beberapa profesor yang lain yang ada di rumah sakit selama beberapa hari terakhir ini, akhirnya kami memutuskan untuk menarik kalian berdua ke divisi bedah yang saya pimpin,"ucap Viona serius.      

Denise langsung menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya karena tak percaya mendengar perkataan sang mommy, sementara ekspresi Kate sangat tidak terbaca. Masih datar tanpa senyum.      

"Tapi kami untuk dokter umum, dok. Apakah tidak masalah jika kami masuk ke bagian dokter bedah?"tanya Kate pelan dengan hati-hati.     

"Nah itu dia, jadi begini. Setelah kalian berdua ditransfer ke divisi bedah kalian tidak akan langsung praktek, tugas kalian adalah mendampingi para dokter bedah yang melakukan tindakan dan selama kalian mendampingi para dokter itu kalian akan diberikan beasiswa untuk menyelesaikan pendidikan spesialis ilmu bedah di kampus yang akan kami tunjuk,"jawab Viona sambil tersenyum.     

"What? Kuliah lagi?"pekik Denise histeris.      

Viona tersenyum. "Iya."     

"Oh Jesus, aku akan jadi perawan tua di kampus kalau begini caranya,"ucap Denise tanpa sadar.      

"Denise." Kate langsung menyikut tubuh Denise untuk mengingatkannya agar tak bicara sembarangan.     

"Apa? Memangnya salah dimana aku, Kate? Yang aku katakan tadi benar, bayangkan saja kalau kita kuliah lagi untuk mengambil spesialis bedah. Oh Tuhan, aku jujur saja sudah muak belajar lagi di kampus,"sahut Denise jujur.      

"Iya tapi jangan bicara seperti itu, kita sedang berada di ruangan dokter Viona. Perhatikan sopan santunmu, Denise,"bisik Kate lirih.      

Denise yang sudah terlanjur kesal mengabaikan perkataan Kate, ia justru merebahkan tubuhnya di sofa sambil memejamkan kedua matanya sambil memijat keningnya yang tiba-tiba terasa sakit. Melihat sikap Denise yang dianggap tidak sopan, Kate langsung berusaha untuk membuatnya duduk kembali akan tetapi Viona justru menyentuh lengan Kate dan memintanya untuk membiarkan Denise seperti itu.      

"Sudah biarkan saja, tidak apa-apa,"ucap Viona lembut melarang Kate untuk membangunkan Denise.      

"Tapi dok…"     

"It's ok, hmmm lalu bagaimana? Apa kau menerima tawaran ini dokter Kate?"tanya Viona dengan cepat.     

Kate langsung terdiam, ia tak menjawab pertanyaan yang baru saja Viona berikan padanya. Sungguh Kate sangat bingung, dilain sisi ia senang karena mendapatkan sebuah kesempatan emas yang tak pernah ia bayangkan sama sekali. Akan tetapi di lain sisi ia merasa takut, takut kalau sewaktu-waktu bertemu dengan Aaric dan penyamarannya terbongkar. Karena jika Aaric menyadari siapa dirinya yang sebenarnya maka rencananya akan hancur dan tujuannya untuk balas dendam pun otomatis akan gagal.     

Viona menipiskan bibirnya melihat sikap Kate. "Jangan khawatir, setelah kalian berdua pindah ke divisi bedah maka secara otomatis kalian akan menjadi dokter tetap di rumah sakit ini. Jadi meskipun kalian bekerja magang di sela-sela waktu kuliah kalian nanti maka kalian akan tetap mendapatkan gaji dan tunjangan."     

"A-apa? Jadi kami akan diangkat menjadi karyawan tetap?"tanya Kate tergagap.     

"Iya, kalian akan otomatis diterima menjadi dokter tetap di rumah sakit ini,"jawab Viona sambil tersenyum manis.     

Kate menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya, ia hampir saja berteriak kegirangan saat ini. Sementara Denise yang sudah sangat malas belajar tak memperdulikan apa yang dikatakan mommy-nya, Denise sudah sangat muak sekali belajar. Karena itu ia memilih untuk tak ikut bicara dan membiarkan Viona menghadapi mommy-nya sendirian.      

"Nantinya jika kalian berdua menerima tawaran ini, maka kalian akan tinggal di satu apartemen yang sama sehingga bisa berangkat dan pulang kuliah bersama-sama. Begitu juga dengan jam kerja kalian yang akan disamakan waktunya,"ucap Viona kembali.      

Mendengar perkataan terakhir sang mommy membuat Denise seketika membuka kedua matanya dan langsung duduk tegak kembali. "Anda serius dok, jadi aku dan Kate akan diberikan fasilitas apartemen yang sama?"     

Viona menganggukkan kepalanya dengan perlahan. "Iya, kalian akan mendapatkan satu unit apartemen yang bisa kalian tinggali bersama-sama."     

"Yesss….ok, kalau begitu aku terima tawaran anda dokter,"pekik Denise tanpa pikir panjang. "Kau juga menerimanya kan, Kate? Harus, kau harus menerimanya. Ayolah kita bisa tinggal di satu apartemen yang sama nantinya Kate. Kita bisa menonton film, hangout dan menggosipkan pria bersama-sama."      

"Kau menerimanya?"tanya Kate tanpa sadar, melihat perubahan semangat Denise membuat Kate bingung.     

"Iya, asal bersamamu aku menerimanya. Apalagi kita akan menjadi karyawan tetap di rumah sakit ini, Kate. Pikirkan itu, Kate,"jawab Denise penuh semangat.     

Saat Kate akan menjawab perkataan Denise tiba-tiba pintu ruangan Viona terbuka dari luar dan masuklah seorang pemuda tampan yang sangat Kate kenali.     

"Mommy…."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.