You Are Mine, Viona : The Revenge

Menghilangkan rasa



Menghilangkan rasa

0Jantung Kate berpacu sangat cepat saat melihat sosok pria yang sudah berdiri dihadapannya, pria yang selama tiga tahun ini ia rindukan kembali muncul dihadapannya. Aaric, cinta pertama sekaligus ayah dari bayi yang pernah hadir dalam rahimnya tiba-tiba sudah berdiri di depannya.     
0

"Son…"     

"Akh maaf, sepertinya aku mengganggu kalian,"ucap Aaric dengan cepat ketika menyadari sang ibu tengah terlibat pembicaraan serius dengan 2 orang dokter muda di sofa.      

Viona tersenyum. "Beri waktu mommy sepuluh menit lagi, ya."     

"Ok mom, kalau begitu aku tunggu diluar. Silahkan dilanjutkan kembali pembicaraan kalian,"jawab Aaric pelan sambil mengerlingkan matanya kearah Denise yang sedang menatapnya tajam, penuh peringatan.     

Viona menganggukkan kepalanya sambil tersenyum penuh kebanggaan menatap putra kesayangannya sudah kembali dari Mesir, dengan tawa yang ditahan Aaric kemudian keluar dari ruangan sang ibu. Ia tak mau membuat adik kesayangannya marah kembali padanya, apalagi mengingat Denise sudah memberikan peringatan padanya melalui tatapan tajamnya yang penuh peringatan. Setelah Aaric benar-benar keluar barulah Kate mengangkat wajahnya, seluruh tubuhnya dingin saat ini. Ia takut Aaric bisa mengenalinya meskipun kesempatan itu sangat kecil.      

Viona pun kemudian memberikan dua file yang sebelumnya sudah ia siapkan kepada Denise dan Kate. "Ini adalah surat pengangkatan kalian menjadi karyawan tetap di rumah sakit Global Bros, kalau kalian setuju dengan penawaran yang sudah saya sebutkan tadi maka kalian berdua bisa langsung menandatangani surat itu dan menyerahkannya lagi kepadaku untuk dikembalikan ke manajemen sebagai arsip. Akan tetapi kalau memang kalian keberatan dengan tawaran yang sudah saya berikan tadi maka kalian tak perlu menandatanganinya, seperti yang saya sebutkan tadi pengangkatan kalian menjadi karyawan di rumah sakit Global Bros itu berkaitan dengan tugas baru kalian yang tentunya akan lebih berat. Dan jujur saja penawaran ini belum pernah kami berikan kepada dokter-dokter manapun bahkan selama saya bekerja di rumah sakit ini sepertinya hal ini baru terjadi satu kali pada kalian berdua, jadi saya harap kalian memikirkan dengan sangat baik kesempatan yang kami tawarkan karena rasanya akan sangat sayang sekali kalau misalkan kalian mengabaikan kesempatan yang luar biasa ini."     

Denise dan Kate terlihat saling pandang setelah Viona menyelesaikan perkataannya, mereka berdua merasa dilema saat ini. Dan Viona menyadari hal itu.      

Dengan perlahan Viona meraih tangan Denise dan Kate secara bersamaan. "Tenang saja, misalkan kalian menolak tawaran ini, rumah sakit akan tetap memperlakukan kalian sama seperti saat ini. Jadi kalian tak perlu merasa khawatir."     

"Berapa lama waktu yang diberikan kepada kami untuk memberikan jawaban kepada anda, dok?"tanya Kate tiba-tiba.      

"Tiga hari terhitung dari hari ini,"jawab Viona sambil tersenyum.     

"Baiklah kalau begitu penawaran ini akan kami pikirkan kembali dok, karena jujur saja semua ini terlalu mendadak dan tiba-tiba. Untuk kembali terjun ke bangku perkuliahan mengambil program spesialis bukanlah sebuah hal yang mudah untuk saya pribadi yang sudah terjun ke dunia kedokteran, akan tetapi saya berjanji akan memikirkannya terlebih dahulu dan sebelum waktu yang ditentukan saya akan memberikan keputusannya pada anda,"ucap Kate kembali dengan serius.      

Viona menyunggingkan senyum mendengar perkataan dokter muda yang sedang duduk di hadapannya, entah mengapa ia merasa sangat tertarik dengannya.     

"Oke saya akan menunggu kabar baik itu."     

Kate pun lantas bangun dari kursi dan menarik lengan Denise yang sejak tadi diam untuk ikut bangun bersamanya. "Kalau begitu kami permisi dok, terima kasih atas semuanya."     

"Permisi dokter Viona."Denise pun ikut berpamitan.     

Viona menganggukkan kepalanya merespon perkataan Denise dan Kate, ia pun ikut berdiri ketika kedua dokter muda itu mulai berjalan pergi meninggalkan ruangannya.      

Begitu keluar melewati pintu ruangan Viona, detak jantung Kate berbaju dengan cepat kembali saat melihat Aaric masih berada di depan ruangan ibunya. Aaric nampak sedang memainkan ponselnya, sesekali ia tersenyum sendiri saat membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Bahkan beberapa kali Aaric sempat menyebut nama seorang gadis yang sedang bercakap-cakap dengannya melalui pesan, mendengar dan melihat secara langsung pria yang ia cintai sedang berbincang dengan gadis lain membuat seluruh darah Kate mendidih. Kate ingin sekali langsung menghampiri Aaric dan menamparnya, akan tetapi karena ia mengingat posisinya saat ini akhirnya Kate pun membatalkan niatnya dan memilih untuk segera meninggalkan tempat itu. Meskipun sebenarnya ia ingin sekali mengatakan pada Aaric kalau dirinya adalah Keyla Sharov, wanita yang sudah ditinggalkannya tiga tahun yang lalu.     

"Kate, tunggu….jangan lari! Memangnya siapa yang akan mencari kita?"     

"Kate tunggu!!"     

Teriakan dari Denise sama sekali tak dihiraukan oleh Kate yang memilih terus berjalan dengan cepat meninggalkan ruangan Viona, Kate ingin menghirup udara segar untuk menghilangkan sesak di dadanya. Denise yang tak tahu apa-apa hanya bisa berlari mengikuti Kate dari belakang, langkah keduanya akhirnya berhenti saat sudah sampai di taman samping rumah sakit. Kate yang sampai terlebih dahulu di taman itu langsung mendudukan tubuhnya di sebuah kursi yang berada di taman itu dengan kepala tertunduk dan tangan kanan yang yang memegangi jantungnya yang berdetak sangat cepat.     

Denise yang khawatir melihat sikap Kate perlahan duduk disampingnya. "Kau tidak apa-apa, Kate?"     

Kate menoleh ke arah Denise dan tiba-tiba langsung memeluknya dengan erat. "Dua menit, biarkan aku memelukmu dua menit Denise. Aku tiba-tiba saja merindukan ibuku yang sudah meninggal."     

"Aku disini, Kate it's ok. Peluklah aku jika itu bisa membuatmu merasa lebih baik,"jawab Denise pelan sambil menepuk-nepuk punggung Kate dengan lembut.      

Mendengar perkataan Denise membuat air mata Kate menetes, air mata yang sudah ia tahan sejak tadi akhirnya menganak sungai membasahi wajahnya yang pucat. Kate sangat terluka saat mendengar Aaric tertawa karena wanita lain, ia pun kembali mengingat janji janji yang diucapkan oleh Aaric sebelumnya tiga tahun yang lalu.     

"Pembohong, pendusta, pengkhianat, penjahat, aku benci padamu Aaric...aku benci. Mulai saat ini juga aku bersumpah akan menghilangkan semua hal tentangmu dari dalam hatiku, aku bersumpah akan membuatmu menyesal karena sudah mencampakkan aku disaat aku sedang hamil. Aku membencimu, Aaric. Aku sangat membencimu." Kate bicara dalam hati, mengumpat Aaric.      

Kate tak berani mengucapkan semuanya dari mulut karena takut Denise akan tahu rahasianya, meskipun saat ini mereka sudah menjadi teman akrab namun tetap saja Kate belum mau membuka jati dirinya yang sebenarnya kepada Denise. Kate masih terlalu trauma atas luka yang Aaric torehkan padanya, sehingga saat ini Kate belum bisa percaya pada sembarang orang.      

Setelah tenang Kate pun melepaskan pelukannya dari tubuh Denise, kedua matanya basah.      

"Ayo kita terima tawaran itu, Denise,"ucap Kate pelan sambil menatap tajam ke arah Denise.      

"Kau yakin?"     

"Yakin!!"jawab Kate penuh percaya diri.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.