You Are Mine, Viona : The Revenge

Hate you



Hate you

0Denise yang sedang berjalan sendiri menuju ke ruangan ICU untuk mengambil berkas beberapa pasien dari ruangan itu tiba-tiba dihadang Aaric yang sejak tadi sudah memperhatikan gerak geriknya.     
0

"Ayolah, jangan ketus seperti itu. Aku kakakmu, Denise,"ucap Aaric berkali-kali pada Denise yang berusaha menghindarinya.     

Denise menatap sang kakak dengan tajam. "Oh kau masih menganggapmu adik?'     

"Tentu saja, kau ini bicara apa?"     

Denise langsung menyilangkan tangannya di dada. "Kalau kau memang kakakku lalu kenapa kau membela perempuan itu?"     

"Zabina maksudmu?"     

"Aku tak perduli dengan namanya,"jawab Denise ketus.     

Aaric terkekeh dan langsung melingkarkan tangannya ke pundak sang adik yang sedang merajuk itu dengan cepat sehingga tak dapat dihindari Denise. "Zabina Petrov nama lengkapnya, dia adalah salah rekan kerja perusahaan keluarga kita."     

"Sudah aku katakan aku tak perduli siapa dia, mau dia rekan kerja atau selingkuhanmu aku tak peduli,"sahut Denise dengan suara meninggi.      

"Selingkuh? Memangnya aku sudah punya pasangan?"     

Denise melepas paksa tangan sang kakak yang berada di pundaknya. "Bukankah kau dan Xander sudah dijodohkan dengan gadis asal Eropa, jangan pura-pura bodoh Alex!!"     

Aaric tertawa dengan keras. "Dimana-mana yang dijodohkan itu anak gadis bukan anak lelaki, Denise."     

"Kau..."     

Tawa Aaric semakin keras saat berhasil membuat adiknya marah. "Ok ok...maaf, kita sudahi gurauan ini. Aku ingin bicara serius denganmu."     

"Bicara apa?"tanya Denise langsung.     

"Jesus, kau ini makan apa? Kenapa galak sekali, ingat hei kau wanita. Bagaimana bisa kau punya kekasih kalau segalak ini,"ucap Aaric dengan suara meninggi pura-pura marah.     

Denise melipat tangannya di dada, menantang sang kakak. "Memangnya aku sudah boleh berpacaran lagi setelah kejadian itu?"     

"Hahaha makanya jangan terlalu lemah jadi perempuan sayangku, kau harus bisa melawan orang yang membully mu. Apalagi orang yang jelas-jelas hanya memanfaatkanmu saja."     

"Akh sudahlah jangan dibahas lagi, aku tak mau mengingat orang-orang itu,"jawab Denise serius, ia benar-benar menunjukkan ketidaksukaannya kali ini.     

Aaric pun kembali melingkarkan tangannya ke pundak Denise sambil tersenyum. "Baiklah adikku sayang, aku tak akan mengungkit hal itu lagi. Ok, sekarang kau jawab aku. Temanmu si Katerine Ivanov itu masih single atau sudah punya kekasih?"     

"Alex, kau ini jangan macam-macam. Kate gadis baik-baik, aku tak rela kalau kau memainkannya. Ingat kau punya tunangan di Eropa sana,"jawab Denise serius.     

"Astaga kau bahas itu lagi, sumpah demi Tuhan aku dan Xander tak dijodohkan dengan siapa-siapa. Memangnya kami berdua anak gadis yang pasrah dijodohkan, jangan gila, Denise. Untung saja kau adikku, coba saja orang lain aku pasti sudah menjahit mulutmu yang terus menerus menyebut soal perjodohan itu lagi,"sahut Aaric tak kalah serius.     

Denise menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Tapi waktu itu aku pernah dengar kalau kalian berdua sudah dijodohkan sejak kecil, saat itu kalian masih tinggal di luar negeri. Mommy, Daddy, Mama dan Papa yang membahas soal itu."     

"Jangan percaya, lagi pula yang punya tubuh adalah aku. Aku tak akan mau dijodohkan, entah kalau Xander. Mungkin dia mau kalau..."     

"Jaga ucapanmu, Aaric." Abby yang tiba-tiba muncul dari arah berlawanan langsung memotong perkataan Aaric dengan keras.     

Seketika Aaric dan Denise pun menoleh ke arah sumber suara dan tersenyum bersama.     

"Nah orangnya datang, silahkan tanya sendiri. Mungkin kakakmu yang itu yang dijodohkan dengan gadis asal Eropa itu, Denise,"ucap Aaric pelan menggoda sang kakak yang sedang berjalan mendekat ke arahnya.     

Abby langsung mengeluarkan tangannya dari dalam saku pakaiannya. "Kau kira aku perawan tua yang terima dijodohkan, jangan gila. Aku masih bisa mencari pengantinku sendiri."     

"Nah adikku sayang kau dengar bukan? Kalau aku dan Xander menyanggah soal perjodohan itu artinya satu-satunya orang di keluarga Willan yang dijodohkan adalah kau, Denise Jolie Willan,"sahut Aaric pelan menggoda Denise yang ada di pelukannya.     

"Awww..." Aaric menjerit keras saat kakinya tiba-tiba sakit karena diinjak oleh Denise.     

Melihat sang kakak kesakitan Denise langsung berkacak pinggang. "Rasakan, itu pantas kau terima. Lagipula memangnya aku mau dijodohkan? Aku masih muda dan cantik, aku bisa mencari pasangan sendiri."     

Abby tertawa kecil mendengar perkataan Denise. "Oh benarkah? Berapa banyak mantan kekasihmu? Apakah lebih dari lima? Kalau tidak itu artinya dari kita bertiga berarti memang kau lah orang yang dijodohkan oleh orang tua kita,"ucap Abby pelan tak mau kalah ikut menggoda sang adik.     

"Xander!!!"     

Tawa Abby semakin keras melihat Denise marah, begitu pula dengan Aaric yang sejak tadi tak berhenti tertawa. Kedua saudara kembar itu sepertinya sangat puas sekali menggoda Denise, Denise sendiri yang kalah karena dikeroyok dua kakaknya tak bisa berbuat banyak selain meneteskan air mata. Damn, princess Willan yang berharga dibuat menangis.      

Tangis Denise baru berhenti saat ia kembali melihat Zabina, gadis berambut blonde itu terlihat mendekati Aaric dan langsung menempel di sampingnya.      

"Aku harus ke ruang ICU, bye,"ucap Denise dengan cepat begitu Zabina bergabung dengan mereka.      

Melihat sikap bersahabat Denise membuat Zabina mendelik tajam. "Dasar dokter tak punya attitude, aku penasaran orang tua seperti apa yang sudah membesarkannya."      

Kedua mata Abby langsung menyipit seketika. "Apa maksudmu, nona Petrov?"     

"Dia dan temannya tadi sudah membuat masalah denganku, padahal jelas-jelas mereka dokter tapi sama sekali tak ramah sekali. Aku tak percaya rumah sakit sebesar ini mempekerjakan dua wanita bar-bar itu,"jawab Zabina kesal.      

Rahang Abby seketika mengeras, sungguh ia sangat marah mendengar perkataan Zabina. Pada saat Abby akan membalas perkataan Zabina tiba-tiba Aaric menyentuh pundaknya sembari menggelengkan kepalanya, Aaric memberikan kode kepada sang kakak untuk tak bicara banyak kepada Zabina karena hal itu akan berakibat buruk untuk Denise.      

"Ok, kau urus ini. Aku punya urusan lain yang lebih penting,"ucap Abby ketus dan langsung berlalu dari hadapan Aaric.      

"Kenapa kakakmu, Aaric?"tanya Zabina tanpa rasa bersalah.      

"Abaikan dia, ada apa kau mencariku?"     

"Akh itu kakakku, kapan dia bisa pulang? Satu minggu lagi kami harus kembali ke Ukraina, salah satu saudara kami ada yang menikah. Jadi kami semua harus kembali untuk berkumpul bersama keluarga besar, Aaric,"jawab Zabina serak, kedua matanya tiba-tiba berkaca-kaca.      

Aaric menghela nafas panjang. "Tenang saja, kakak sepupumu sudah diurus oleh salah satu Profesor terbaik di rumah sakit ini. Jadi proses penyembuhannya pasti cepat, kau tak usah khawatir."     

Mendengar perkataan Aaric membuat Zabina langsung menjatuhkan tubuhnya ke tubuh Aaric, air matanya juga sudah jatuh berurai membasahi wajahnya. "Aku takut Aaric, kakak Vladimir adalah satu-satunya keluargaku yang tersisa, Aaric. Aku tak mau kehilangannya."     

"Percayakan semua pasti akan baik-baik saja, rumah sakit Global Bros adalah rumah sakit terbaik. Jadi kau tak usah khawatir,"ucap Aaric pelan sembari menepuk-nepuk punggung Zabina dengan perlahan.      

Kate yang akan menyusul Denise langsung membeku saat melihat cinta pertamanya berpelukan dengan wanita yang memanggilnya dengan sebutan BITCH, sungguh hati Kate sakit sekali saat ini. Bukan hanya itu, kedua kakinya bahkan terasa tak punya tulang. Lemas dan tak mampu menopang tubuhnya, karena tak mau jatuh di tempat itu Kate pun berbalik badan dan berjalan dengan sekuat tenaga. Jangan lupakan bagaimana cara Kate berpegang pada dinding saat ini, sungguh sangat menyedihkan.      

Setelah dicampakkan dalam keadaan hamil kini ia melihat pria yang masih mengisi hatinya itu berpelukan dengan wanita lain, Kate benar-benar hancur. Lebih hancur dari saat ia tahu harus kehilangan bayinya, buah cintanya dengan Aaric. Pria yang sudah mendapatkan kesuciannya dan cintanya yang tulus.      

"K-kau jahat Aaric...aku membencimu…"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.