You Are Mine, Viona : The Revenge

Pilihan Viona



Pilihan Viona

0Viona menyeka bibirnya menggunakan tisu setelah menghabiskan segelas air putih yang diberikan oleh suster Tina, berbicara dengan penuh emosi di hadapan lebih dari lima belas orang membuatnya kehausan.      
0

"Anda mengerikan sekali jika sedang marah, dok,"ucap suster Tina pelan mencoba menggoda Viona.      

"Apa tadi aku benar-benar mengerikan, sus?"tanya Viona pelan.      

Alih-alih menjawab pertanyaan Viona suster Tina justru mengacungkan kedua jempol nya ke arah Viona. "Anda tadi luar biasa."     

Viona memijat keningnya yang tiba-tiba terasa sakit, selama berkarir di rumah sakit Global Bros baru hari ini Viona marah besar.      

"Tapi yang anda lakukan tadi tepat dok, anda harus menunjukkan siapa diri anda di hadapan mereka semua yang sudah tidak taat peraturan. Setidaknya dengan ini mereka semua tidak akan berani lagi berbuat seenaknya,"imbuh suster Tina pelan mencoba untuk menguatkan Viona.      

"Sebenarnya aku tadi tidak ingin marah, hanya saja karena aku terbawa suasana jadi aku lepas kendali. Oh iya dimana dokter Kate? Aku perlu bicara dengannya."     

"S-saya masih ada di sini dok,"jawab Kate lirih dari tempatnya berdiri.     

Viona dan suster Tina langsung menoleh ke arah sumber suara, dimana saat ini Kate sedang berdiri di pojok ruangan dengan kepala tertunduk.      

"Kau masih ada disini, dok?"tanya suster Tina terkejut.     

Kate menganggukkan kepalanya perlahan. "Iya, tadi kan dokter Viona hanya meminta mereka semua pergi kecuali aku. T-tapi kalau memang keberadaan ku disini tak diinginkan aku bisa pergi sekarang juga."     

"No, tetaplah disini. Kemarilah, banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu lagi." Viona langsung melarang Kate untuk pergi.      

Dengan sedikit takut Kate pun berjalan mendekati Viona, ia duduk di kursi dengan takut-takut dan hal itu membuat Viona tersenyum.     

"It's ok, aku tak marah padamu Kate. Kau tak perlu takut padaku,"ucap Viona pelan pada Kate saat suster Tina sudah keluar.     

Kate mengangkat wajahnya dan menatap Viona dengan canggung. "Siapa yang tak akan takut pada anda jika tadi sudah melihat anda semarah itu, dok."     

"Haha... percayalah itu adalah pertama kalinya aku marah pada seseorang, bahkan mungkin itu yang pertama lama kali aku bekerja di rumah sakit ini,"jawab Viona pelan sambil tersenyum.     

"Benarkah?"     

"Iya, selama ini aku tak pernah marah pada siapapun di rumah sakit ini. Tadi aku benar-benar terbawa suasana, rasanya kesal sekali saat mengingat mereka sudah berani mengubah tempat tugasmu,"jawab Viona dengan cepat.      

Kate menipiskan bibirnya. "Anda marah karena saya, dok?"     

"Sure, siapa lagi memangnya"sahut Viona dengan cepat sambil memberikan beberapa file kepada Kate.      

Jantung Kate berdetak sangat cepat mendengar perkataan Viona, seketika niatnya untuk balas dendam pun terkikis saat merasakan kehangatan yang Viona berikan padanya. Rasanya bicara empat mata dengan Viona seperti saat ini membuatnya merasa seperti memiliki ibu, apalagi ditambah saat mendengar perkataan Viona yang menyebutkan alasannya marah karena dirinya. Kate bener-bener tersentuh, secara tak sengaja air matanya pun menetes membasahi wajahnya.      

Viona yang akan memandu Kate untuk memberikan beberapa penjelasan terkejut saat melihat Kate menangis. "Kau kenapa menangis? Apa kau sakit, Kate?"     

Kate menggelengkan kepalanya dengan cepat sambil menyeka air matanya. "Tidak dok, saya baik-baik saja."     

"Lalu kenapa kau menangis?"tanya Viona kembali.     

"Saya terbaru, saya merasa senang diperlakukan seperti ini. Rasanya sangat menyenangkan sekali dibela oleh seorang wanita hebat seperti anda, dok. Saya jadi bisa merasakan kehangatan seorang ibu,"jawab Kate serak, menahan tangisnya agar tak pecah.     

Viona terdiam, ia terkejut mendengar perkataan Kate. "Kenapa bicara seperti itu, hm? Memangnya dimana ibumu?"     

Kate menyeka air mata yang membasahi pipinya perlahan. "Ibuku meninggal saat aku kecil, dok. Ibuku pergi meninggalkan aku seorang diri pada ayah tiriku yang langsung menikah lagi tak lama setelah ibuku meninggal."     

"I'm sorry darling, aku tak tahu. Maafkan aku,"ucap Viona dengan cepat penuh sesal.     

"Tidak apa dok, itu bukan salah anda. Saya juga sudah baik-baik saja sekarang, maafkan saya dok, saya tak bermaksud untuk membawa masalah pribadi saya."     

Viona tersenyum dan memberikan tisu kembali pada Kate yang duduk di hadapannya.      

"Kalau menangis bisa membuat kita lebih tenang maka lakukanlah, Kate,"ucap Viona lembut.     

Kate menganggukkan kepalanya perlahan, ia kemudian menarik nafas panjang sebelum akhirnya kembali menatap Viona yang sedang menatapnya dengan lembut.      

"Sudah siap?"tanya Viona kembali.     

"Sudah dok."     

"Baiklah kalau begitu silahkan buka berkas yang ada dihadapanmu, aku akan memberikan beberapa penjelasan sedikit."     

Dengan patuh Kate membuka berkas yang diberikan oleh Viona, saat membuka pertama kali ia sangat terkejut ketika melihat isi dari berkas itu.      

"I-ini…"     

"Iya kau benar, ini adalah beberapa materi yang sebelumnya sudah diajarkan di kampus dan kau sedikit mengalami kesulitan, bukan?"     

Wajah Kate langsung memerah, ia merasa malu saat Viona tahu ia mendapatkan sedikit masalah pada materi yang akan Viona bahas itu. Melihat sikap Kate yang tak tenang membuat Viona terkekeh.      

"Tak usah malu, tak semua dokter langsung hebat, Kate. Aku pun juga dulu sepertimu, percayalah,"ucap Viona lembut sembari mengikat rambutnya.      

Kate tersenyum tipis, ia kemudian duduk dengan tegap dan bersiap menerima pelajaran yang diberikan oleh Viona secara langsung.      

Tanpa Kate dan Denise ketahui rupanya Viona langsung mengontrol hasil kuliah mereka pada dosen di kampus, oleh karena itu Viona bisa tahu materi apa saja yang belum dikuasai oleh Denise ataupun Kate. Karena itu saat ini Viona sedang memberikan pelajaran khusus pada Kate, maka dari itu saat Viona mengetahui Kate dipindahkan posisi ke ruang IGD Viona murka. Ia benar-benar marah dan kesal pada orang yang sudah berani merusak rencananya, Viona sudah memiliki niat untuk membuat Kate menjadi pengganti dirinya. Entah mengapa dari saat pertama kali Viona melihat Kate ia sudah langsung menyukai gadis itu, Viona seperti melihat dirinya saat masih muda ketika melihat Kate.      

Saat Viona dan Kate sibuk belajar berita soal marahnya Viona pada dokter dan suster yang sudah berani mengubah tempat kerja Kate pun menyebar, hampir semua staf di rumah sakit kini tahu kalau Viona marah besar. Bahkan berita itu juga sudah terdengar di telinga profesor William dan profesor Frank yang baru saja melakukan seminar online melalui aplikasi zoom dengan beberapa mahasiswa kedokteran.      

"Seharusnya dokter Viona melakukan hal ini sejak lama,"ucap profesor William pelan.     

"Bukankah memang sudah sejak lama dia seperti ini? Kau kemana saja tak menyadarinya, Will?"     

Profesor William menoleh dan menatap tajam ke arah profesor Frank. "Apa maksudmu, Frank?"     

Prosesor Frank terkekeh. "Bukankah kau sudah tahu kalau Viona bisa semarah ini, buktinya Fernando yang sangat menyebalkan itu langsung patuh jika Viona sudah mengeluarkan kalimat pamungkasnya."     

Profesor William terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia tertawa terbahak-bahak, ia akhirnya mengerti kemana arah pembicaraan profesor Frank. Kedua profesor itu pun kembali melanjutkan pekerjaannya kembali dan mengabaikan kehebohan yang terjadi di rumah sakit pasca Viona marah besar.      

Seorang pria muda yang baru saja datang tersenyum saat mendengar percakapan para suster yang berjalan melewatinya yang sedang berdiri di balik dinding. "Sepertinya aku akan menyukai hal ini."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.