You Are Mine, Viona : The Revenge

Lembaran baru



Lembaran baru

0Kate terbangun dari tidurnya saat merasakan semburat cahaya menyilaukan matanya, perlahan kejadian demi kejadian yang terjadi tadi malam berputar kembali dalam ingatan Kate.     
0

"Alex!!"     

Ucapan Kate terhenti saat menyadari dimana dirinya berada saat ini, ia pun langsung menyadari bahwa saat ini dirinya berada di kamar Aaric, di istana keluarga Willan.      

Secara cepat Aaric mengedarkan pandangannya mencari sosok Aaric yang ternyata tak ada di dalam kamar, kedua tangannya juga sudah tak terborgol lagi. Sepertinya tadi malam Aaric datang ke kamarnya untuk membuka borgol yang mengikat kedua tangannya.     

"Ternyata dia masih punya hati nurani juga,"ucap Kate pelan sembari memegang kedua pergelangan tangannya secara bergantian untuk meredakan sakit akibat borgol yang tadi malam melingkar di kedua tangannya.     

Karena merasa haus Kate kemudian meraih botol mineral yang masih belum dibuka diatas nakal tentang langsung menenggaknya sampai tandas, ternyata marah-marah selama semalaman pada Aaric membuat tenggorokannya kering. Baru saja Kate menutup botol kaca yang baru saja ia tenggak tiba-tiba pintu kamar terbuka dan muncullah Aaric dengan membawa makanan di atas nampan.     

Melihat Aaric membawakan makanan untuknya membuat Kate merasa dejavu, namun tak lama kemudian ia langsung duduk dengan tegap dan menajamkan tatapannya kepada pria yang karena Iya cintai setulus hati. Kate sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak kembali lagi pada Aaric.      

"Makanlah, aku yakin kau pasti lapar,"ucap Aaric pelan saat meletakkan nampan di atas nakas.      

Kate tersenyum sinis. "Ternyata seorang Alarick Alexander Willan mau juga melakukan hal semacam ini."     

"Jangan mulai lagi Key, moodku sedang tidak baik."      

"Kalau begitu biarkan aku pergi, aku yakin setelah itu moodmu pasti akan jauh lebih baik jika tidak melihatku,"sahut Kate dengan cepat tanpa rasa takut.      

Aaric menajamkan tatapannya pada Kate, perlahan ia naik ke ranjang. Merayap mendekati Kate, Kate sendiri yang tak siap langsung beringsut menjauh namun sayang sekali gerakannya kalah cepat dengan Aaric yang sudah langsung mengunci kedua tangannya diatas kepalanya. Salah satu posisi Aaric ketika sedang bercinta dengan Kate dulu di Seoul.      

"A-alex...apa yang kau…"     

"Ssttt...jangan berisik, kau tahu bukan kalau aku sangat tidak suka kalau kau melawanku,"ucap Aaric pelan disamping telinga Kate.     

Hawa panas dari nafas Aaric langsung mendarat di leher Kate dan itu membuat seluruh bulu di tubuhnya meremang. "Ini pelecehan Alex, kau tak bisa melakukan ini padaku! Aku bisa menuntutmu!"     

Aaric terkekeh geli. "Pelecehan? Bagian mana yang kau sebut dengan pelecehan, lagipula aku tak melakukan apapun padamu. Aku hanya sedang berbicara saja, akan kutunjukkan apa itu namanya pelecehan,"ucap Aaric pelan sembari meremas salah satu dada Kate yang membusung.     

Seluruh darah dalam tubuh Kate memanas, sel dalam tubuhnya berteriak meminta lebih. Tak merasakan sentuhan Aaric bertahun-tahun membuat Kate nyaris berteriak kegirangan, namun karena akal warasnya masih sadar akhirnya Kate tak memberikan respon apapun meski wajahnya sudah semerah lobster rebus dengan nafas yang memburu.     

Aaric menaikkan satu alisnya melihat wanitanya tak merespon sentuhan yang ia berikan. "Oh jadi sekarang kau sudah bisa menahan dirimu rupanya, bagus juga. Tapi aku ingin tahu sampai mana batas pertahanan dirimu."     

Setelah berkata seperti itu hari kemudian mendaratkan sebuah ciuman panjang ke leher jenjang Kate, Kate memejamkan matanya menahan diri untuk tidak merespon cumbuan Aaric.     

"Alex...l-lepaskan aku,"desah Kate terbata.      

Aaric tersenyum, bukannya menyudahi ciumannya Aaric justru memperdalam ciumannya yang pasti akan berbekas di leher Kate nanti. Setelah puas Aaric kemudian melepaskan ciumannya dari Kate yang sudah terus menggeliat-liat dalam kunkungan Aaric.      

"Kau masih sama seperti dulu, kau tetap tak bisa lepas dariku, Key. Meski mulutmu berkata tidak tapi tubuhmu bereaksi lain, kau menginginkan aku, Key,"ucap Aaric pelan sambil tersenyum penuh kemenangan pada Kate yang berada dibawahnya.      

"Penjahat!"     

Aaric terkekeh. "Aku hanya jahat padamu, gadis yang berani melawanku memang harus dihukum. Kau yang paling tahu akan hal itu."      

Kate tak merespon perkataan Aaric, ia lebih memilih untuk mengunci rapat bibirnya untuk menyudahi perdebatannya dengan Aaric.      

"Makanlah, setelah itu mandi. Aku sudah menyiapkan pakaian ganti untukmu, setelah kau mandi dan makan kita pergi. Ada tempat yang harus kita kunjungi,"ucap Aaric pelan sembari melepaskan cengkraman tangannya dari tangan Kate.      

"Aku mau pulang, aku tak mau pergi kemana-mana denganmu!!"     

Aaric tersenyum dan membelai wajah Kate dengan lembut. "Ini adalah rumahmu mulai saat ini, jadi kau tak perlu kemana-mana."     

"No!!"     

"Suka atau tidak suka kau tak bisa menolak, saat ini anak buahku sedang mengurus berkas-berkas untuk pernikahan kita di catatan sipil. Jadi segeralah bersiap, hari ini kita akan bertemu dengan desainer gaun pengantin,"ucap Aaric kembali sambil tersenyum.      

Kedua mata Kate membulat sempurna mendengar perkataan Aaric, ia tak percaya Aaric akan menikahinya dengan paksa saat ia sudah tak berharap lagi pada pria itu.      

Saat Kate diam dalam kebingungannya Aaric pergi meninggalkan kamar dan mengunci pintu kamar itu dari luar kembali, memastikan Kate tak bisa kemana-mana. Kesadaran Kate baru kembali saat ia mendengar suara pintu yang dikunci, seketika Kate pun berteriak keras memaki Aaric. Namun usahanya sia-sia karena kamar Aaric kedap suara dan tak terdengar dari luar.     

"Dasar bajingan, sejak dulu hanya bisa memaksa,"ucap Kate dingin dengan nafas naik turun pasca berteriak-teriak.     

Karena cacing-cacing dalam perutnya berdemo akhirnya Kate memutuskan untuk mandi, ia tak bisa makan terlebih dahulu tanpa membersihkan tubuhnya.      

"Dasar orang kaya,"ucap Kate pelan mengomentari kamar mandi Aaric yang lebih luas dari kamar di apartemennya, design di kamar mandi yang mewah itu akan membuat siapapun merasa nyaman berendam di dalam bathtub.      

"Shit, dasar Alex brengsek!!! Dia benar-benar membuat tanda yang tak bisa dihilangkan,"pekik Kate dengan keras saat melihat hickey di lehernya yang besar dan merah, Aaric benar-benar sangat      

bersemangat tadi.     

***     

Viona yang sedang makan bersama Fernando dan Abby tersenyum ketika melihat putra keduanya berjalan turun dari lantai dua, meski tadi malam sempat drop namun kondisi Viona pagi ini sudah membaik.      

"Kenapa sendiri? Mana menantu Mommy, Aaric?"tanya Viona pelan pada Aaric yang duduk di kursinya.     

Aaric menggelengkan kepalanya. "Dia wanita keras kepala, sepertinya dia masih marah besar padaku, Mom."     

"Tentu saja dia akan marah, ditinggalkan saat sedang hamil itu pasti membuat luka dalam dirinya,"celetuk Abby ikut bicara.      

Secara spontan Aaric dan Fernando pun menoleh ke arah Abby, menyadari ada dua orang yang marah padanya Abby langsung mengangkat kedua tangannya ke udara.      

"Peace, jangan marah. Aku hanya bergurau,"ucap Abby dengan cepat.     

Viona meletakkan cangkir tehnya di atas meja dengan perlahan. "Jangan begitu Abby, semua yang terjadi pada Kate sudah berlalu dan Kate pasti akan sedih jika hal itu diingatkan kembali. Jadi lebih baik kita jangan mengungkitnya, karena hal itu pasti akan membuat luka lama Kate terbuka lagi. Daddy dan adikmu sudah sepakat untuk melupakan semua yang sudah berlalu dan biarkan adikmu memulai kehidupan yang baru dengan adik iparmu itu."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.