You Are Mine, Viona : The Revenge

Perjodohan orang kaya



Perjodohan orang kaya

0Dua tahun kemudian.      
0

Bruk      

Denise membanting tubuhnya di atas ranjangnya dengan masih membawa tas yang terpasang di pundaknya, sungguh menjadi mahasiswa kembali adalah hal yang sangat melelahkan.      

"Lepas tasmu, Denise. Setelah itu makan, jangan tidur. Ingat kita masih harus ke rumah sakit setelah ini,"ucap Kate pelan mengingatkan Denise.      

"Aarrgghh...aku benci kuliah, aku benci belajar lagi, aku benci ujian!!!"jerit Denise dengan keras.     

Dari kamar mandi Kate terkekeh mendengar perkataan Denise, ia tahu betapa besar kebencian Denise akan program yang sedang dijalaninya saat ini     

"Aku tak mau menjadi dokter spesialis, Kate. Aku jadi dokter umum saja, aku tak mau belajar lagi. Aku lelah, aku muak huhu…"     

Denise yang kelelahan akhirnya menangis, selama dua tahun terakhir ini mereka benar-benar sibuk dengan semua hal yang berkaitan dengan tugas dan ilmu baru yang diberikan para pengajar. Mendengar tangisan Denise, Kate pun langsung meraih tisu dan menyeka air yang membasahi wajahnya. Kate sudah melepas luka palsu yang berada di wajahnya, awalnya Denise sangat terkejut namun ia senang ternyata sahabatnya sebenarnya sangat cantik. Denise pun semakin kagum pada Kate setelah tahu niat Kate sebenarnya memakai luka palsu seperti itu.     

Kate yang sudah duduk disamping Denise yang sedang menenggelamkan wajahnya di bantal, perlahan menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu. "Kita sudah menjalani ini selama dua tahun, Denise. Tinggal dua tahun lagi, setelah itu kita terbebas dengan semua ini."      

"Dua tahun lagi itu lama, Kate. Aku sudah tak sanggup, sungguh demi Tuhan. Aku lelah hiks…"     

"Ok, kalau kau ingin berhenti sekarang apa kau sudah siap menghadapi semua orang? Mulai dari kedua orang tuamu teman-teman dan dokter Viona tentu saja, beliau sangat berharap padamu, Denise,"sahut Kate dengan cepat.      

Denise mengangkat wajahnya dan menatap Kate yang sedang duduk disampingnya. "Kemampuan otakku terbatas, Kate. Aku tak secerdas dokter Viona yang lulus kuliah kedokteran pertamanya hanya tiga tahun, aku bodoh Kate."     

Kate tersenyum. "Tidak ada orang bodoh, yang ada hanyalah orang pesimis dan optimis di dunia ini."     

"Apa kau tidak lelah belajar lagi?"tanya Denise lirih.     

"Sebenarnya lelah, tapi aku memilikimu. Sahabatku yang selalu menjadi penyemangatku, satu-satunya keluarga yang aku miliki. Jadi setiap aku merasa lelah aku akan kembali bersemangat, tinggal dua tahun lagi, Denise. Tinggal setengah jalan lagi,"jawab Kate lembut sembari menyeka air mata Denise yang sudah membasahi wajahnya.      

"Kau ini pintar sekali bicara, menyebalkan,"sengit Denise ketus.     

Kate terkekeh. "Aku serius, karena jujur saja kalau aku melanjutkan kuliah sendiri aku pun belum tentu sanggup untuk menjalaninya. Apalagi selain kuliah kita masih harus tetap bekerja di rumah sakit dan jujur saja aku juga tak tahu apakah bisa melewatinya atau tidak, namun karena aku melalui bank bersamamu akhirnya aku punya keyakinan bahwa kita pasti bisa. Kita memulainya bersama-sama dan kita pasti akan mengakhirinya bersama-sama juga diwaktu yang tepat, karena itulah aku percaya kita pasti bisa melalui empat tahun ini dengan mudah tanpa ada halangan apapun."     

Denise menyeka air mata yang membasahi pipinya kembali. "Aku iri, Kate. aku iri dengan mereka yang bisa menikmati masa mudanya dengan tenang tanpa harus belajar lagi seperti kita. Kau lihat sendiri bukan, apa yang Gloria lakukan selama ini? Setelah diterima menjadi dokter tetap di rumah sakit ia menjadi sangat arogan dan sombong di hadapan para junior, apalagi setiap dia melihatku dia sengaja berbicara dengan keras dan menyombongkan semua kegiatannya yang menyenangkan setelah selesai bekerja dan jujur saja itu membuatku muak."     

"Gloria? Kenapa kau harus iri padanya? Tidak ada hal yang patut kita iri kan dari seorang Gloria, kita sudah jauh lebih dulu direkrut menjadi dokter tetap di rumah sakit Global Bros. Kita adalah dokter angkatan pertama yang mendapatkan keistimewaan dari rumah sakit, yang dikuliahkan oleh pihak rumah sakit. Jadi sebenarnya kita tak perlu iri padanya, yang ada juga mereka yang iri pada kita. Karena itulah selama ini ia bersikap seperti itu untuk mencari masalah, untuk mencari perhatian pada kita karena kita terlalu sibuk kuliah sambil bekerja,"ucap Kate panjang lebar.     

Denise terdiam mendengar perkataan Kate, ia terlihat mencerna kata demi kata yang Kate ucapkan.      

"Banyak cara yang dilakukan oleh orang-orang seperti Gloria untuk menunjukkan eksistensinya, Denise. Salah satunya seperti yang kau katakan tadi, menunjukkan kekuasaannya di hadapan para junior. Tapi percayalah aku yakin sekali Gloria melakukan itu karena ia iri padamu, pada kita yang mendapatkan perlakuan spesial dari rumah sakit. Yang tak ia dapatkan, jadi kau jangan pikirkan dia. Buang-buang waktu saja, toh setelah dia tahu kalau wajahku yang sekarang dia diam saja bukan? Tak berani bicara lagi, jangankan menatapku secara langsung setiap kali akan berpapasan denganku saja ia memilih melarikan diri. Jadi tolong jangan pikirkan gadis itu lagi, Denise,"imbuh Kate kembali menambahkan perkataannya yang sebelumnya.      

Denise menghela nafas panjang. "Sepertinya kau benar, Kate. Gloria memang sengaja melakukan itu untuk menghancurkan konsentrasiku, setelah dia tak berani padamu karena melihatmu yang ternyata tidak seperti yang ia katakan saat ini ia mencoba untuk mengusikku dengan mengatakan semua hal-hal yang ingin aku lakukan. Sepertinya ada orang yang sudah memberitahu Gloria bahwa sebenarnya aku tidak suka melanjutkan kuliahku lagi."     

Kate terkekeh geli. "Baguslah kalau kau sudah tahu dan sadar, jadi kedepannya kau tak usah memikirkannya lagi. Cara membalas orang-orang seperti itu adalah dengan menunjukkan prestasi kita, menunjukkan keberhasilan kita. Karena dengan itu dia pasti akan semakin tertampar dan semakin terluka. Dan untuk orang yang sudah menjadi informan Gloria itu tak usah dipikirkan, karena percayalah suatu saat orang itu pasti akan langsung muncul sendiri tanpa kita cari tahu."     

Denise tersenyum dan langsung memeluk Kate dengan erat. "Aku senang sekali memiliki sahabat sepertimu, Kate. Seandainya aku punya saudara laki-laki yang single aku pasti akan menjodohkanmu padanya."     

"Bukankah kau anak tunggal, bagaimana bisa kau punya saudara laki-laki?"tanya Kate bingung.      

Denise melepaskan pelukannya dari tubuh Kate. "Iya aku memang anak tunggal, saudara laki-laki aku subuh tadi adalah anak dari pamanku. Aku punya dua orang kakak sepupu kembar, tapi ya seperti yang aku katakan tadi. Mereka sudah tidak singgah jadi aku tak bisa menjodohkan salah satunya denganmu."     

Kate tertawa geli beranjak bangun dari ranjang Denise. "Lagipula memangnya kau pikir aku mau dijodohkan dengan seorang laki-laki yang sudah memiliki anak dan istri aku tidak sejahat itu, Denise. Aku masih punya hati nurani untuk tak merusak kebahagiaan wanita lain."     

"Tidak Kate, kedua kakakku itu belum menikah. Mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan anak dari keluarga bangsawan yang berasal dari Eropa, tapi aku tidak tahu dari negara mana,"ucap Denise pelan sambil melepaskan bulu mata palsu yang ia gunakan.      

"Dijodohkan? Setelah bertahun-tahun masih ada perjodohan seperti itu?"     

Denise mengangkat bahunya ke atas. "Begitulah kehidupan orang kaya."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.