Teror Rumah Hantu

Dia Bukan Pak Wong!



Dia Bukan Pak Wong!

0"Paman Wong?" Gu Feiyu menatap ponsel dan membalas pesan tanpa pikir panjang. "Aku di sini, ada apa?"     
0

"Seorang penyewa mengatakan dia melihat seseorang yang mencurigakan menyelinap ke gedung ketiga. Kau tahu kami sedang kekurangan staf, kan? Jadi, jika kau masih terjaga, apa kau keberatan membantu kami?"     

"Seseorang yang mencurigakan? Baiklah, sebentar lagi aku akan kesana!" karena menjadi alasan gaji pak Wong dipotong, Xiao Gu dipenuhi dengan rasa bersalah. Ia berharap akan mendapatkan kesempatan untuk menebusnya, jadi ia segera setuju.     

Gu Feiyu berlari menuju apartemen Fang Hwa dengan membawa ponsel. Lokasi gedung ketiga cukup dekat dengan pintu belakang. Ia melirik ke dalam pos jaga.      

Pak Wong pergi terburu-buru sehingga dia bahkan tidak menutup pintu.     

"Apa sesuatu sudah terjadi?" ia menelpon pak Wong, namun panggilannya tidak dijawab. Setelah ia memasuki gedung ketiga, pesan lain muncul di WeChat-nya. "Orang yang menyelinap masuk tampaknya adalah pencuri. Kami telah menyudutkannya di lantai 23. Ketika kau datang, ingatlah untuk berhati-hati."     

"Baik." Karena mengkhawatirkan keselamatan pak Wong, Xiao Gu segera bergegas memasuki lift dan menekan tombol untuk lantai 23. Pintu lift perlahan tertutup ketika ia menatap ponselnya sambil mengerutkan kening.      

Karena mengetik dengan sangat lambat, Paman Wong biasanya mengirim pesan suara. Terlebih lagi, kenapa panggilanku sebelumnya tidak diangkat?      

Walaupun sedikit kebingungan, Xiao Gu tidak menganggap ini sebagai jebakan.      

Aku baru saja datang ke kota untuk mencari pekerjaan. Aku tidak terlihat tampan dan kaya; tidak ada alasan bagi orang untuk menipuku. Mungkin, kelompok Paman Wong sedang bersiap-siap, jadi dia merasa tidak nyaman untuk menjawab panggilanku.     

Angka dalam lift terus berubah dan lift segera tiba di lantai 23. "Paman, aku sudah di sini. Dimana kau?"     

Xiao Gu perlahan berjalan keluar dari lift. Ia bersembunyi di sudut dan mengirim pesan kepada pak Wong untuk menanyakan lokasinya.     

"Pencuri itu sepertinya memasuki Kamar 3239. Kami bersembunyi di ruangan di seberangnya. Ketika kau tiba, pastikan untuk tidak membuat terlalu banyak suara."     

Mengangkat kepalanya untuk melihat koridor yang gelap, Xiao Gu menghapal nomor kamar yang dikatakan pak Wong sebelum bergerak maju. Satu-satunya sumber cahaya di koridor berasal dari ponselnya. Ia melihat pintu tertutup yang berjajar di kedua sisi koridor, dan memperlambat langkahnya.     

Ketika berada setengah jalan dari sana, Xiao Gu menoleh ke belakang dan melihat nomor pada lift telah berubah. Tampaknya, seseorang akan menggunakan lift, atau mungkin memasuki lift. Bagaimanapun juga, lift telah kembali ke lantai satu. Jika sesuatu yang berbahaya terjadi, mustahil untuk melarikan diri dengan menggunakan lift. Butuh setidaknya satu menit hingga lift dapat kembali ke lantai itu.     

Seseorang akan naik dari lantai satu? Apa dia penjaga lainnya? Xiao Gu menunggu sebentar dan menyadari bahwa lift tidak bergerak. Ia mulai curiga, namun sebelum ia bisa menemukan alasannya, pak Wong mulai mendesaknya melalui WeChat dengan cepat.     

Hal ini memicu kecurigaan pada diri Xiao Gu.     

Paman Wong tidak bisa mengetik secepat ini, orang yang mengirim pesan bukan dia!     

Xiao Gu sudah curiga sebelumnya, namun ia yakin ia tidak memiliki sesuatu yang berharga. Pak Wong memiliki banyak kontak di WeChat-nya, jadi kenapa ia yang dipilih?     

Xiao Gu bergerak semakin lambat. Ia kembali menelpon pak Wong, namun panggilannya kembali ditolak. "Tidak ingin mengangkat panggilanku, tapi terus mengirim pesan... apakah itu karena orang yang mengetik pesan ingin menyembunyikan suaranya?"     

Belum lama ini, Xiao Gu bertemu dengan wanita gila di gedung ketiga. Ia hampir dibunuh secara brutal. Pengalaman tersebut meninggalkan trauma yang dalam di hatinya, namun juga memberinya pelajaran berharga. Seseorang tidak akan pernah bisa terlalu berhati-hati. Ia tidak berani bergerak maju, namun perlahan-lahan kembali bergerak ke arah lift.     

Aku harus meninggalkan gedung ini dan mencari bantuan dari penjaga lain. Xiao Gu menyesal ia bergegas menggunakan lift. Pak Wong baru memperingatkannya untuk tidak terburu-buru beberapa jam lalu. Ia pun bergerak menyusuri koridor yang menakutkan dengan perasaan yang semakin resah.     

Lift masih berada di lantai satu. Ini aneh. Jika tidak ada orang di lantai satu yang ingin menggunakan lift, kenapa benda itu bergerak turun? Apa seseorang menggunakan lift dari lantai ini ketika aku tidak melihatnya?     

Di koridor sunyi, ponsel Xiao Gu tiba-tiba bergetar. Getaran tersebut membuatnya ketakutan. Ia menunduk dan menemukan pesan lain dari pak Wong. "Apa kau sudah tiba?"     

Ketika melihat pesan ini, ia menjadi semakin panik. Ia meningkatkan kecepatan langkahnya untuk mundur. Ia baru bergerak beberapa meter, ketika pesan lain muncul. "Apa kau di sana?"     

Xiao Gu berhenti menjawab. Ia melangkah ke arah lift dan menekan tombol untuk turun ke bawah. Lift yang berada di lantai satu pun mulai bergerak. Ia menatap nomor yang menyala pada lift dengan jantung yang berdebar kencang. Orang yang mengiriminya pesan sepertinya merasakan sesuatu karena frekuensi pesan meningkat secara drastis. Ponsel Xiao Gu terus bergetar dan pesan yang sama terus bermunculan.     

"Apa kau di sana?"     

"Apa kau di sana?"     

"Apa kau di sana?"     

Sekarang, Xiao Gu yakin orang yang mengirimkan pesan padanya bukan pak Wong!     

Ia semakin takut ketika memikirkan ini dalam-dalam. Melihat pesan yang mengisi kotak masuknya, hawa dingin merasuki tubuhnya. Apa yang terjadi?!     

Ketika lift mencapai lantai 11, pak Wong tiba-tiba berhenti mengiriminya pesan. Xiao Gu menghela napas lega. Ia mengusap dahi dan menyadari dahinya basah oleh keringat dingin.     

 Seseorang seharusnya mengambil ponsel pak Wong. Aku harus pergi sebelum ketahuan.     

Xiao Gu menekan tombol dengan cepat. Ketika lift mencapai lantai 14, ia menoleh dan melihat salah satu pintu kamar di ujung koridor berderit terbuka. Sosok pucat yang memegang ponsel pak Wong mengintip dari balik pintu.     

...     

"Orang tuaku mengajariku untuk menjadi warga negara yang taat hukum sejak kecil. Nasihat itu membuatku penuh dengan rasa keadilan dan menumbuhkan kebiasaan membantu orang lain kapanpun aku bisa. Karena itu, ketika melihat orang mengabaikan hukum dan melukai orang yang tidak bersalah, aku merasa harus menangkap mereka. Kuakui, aku mungkin telah bertindak sedikit emosional, tetapi situasinya tidak memberiku pilihan lain. Jika aku tidak bertindak, lebih banyak orang akan terluka."     

Chen Ge mengayunkan tangan yang "dihiasi" borgol dan mengumumkan secara terbuka di depan tiga petugas dan kapten Yan yang duduk di seberangnya di ruang interogasi.     

"Itukah alasanmu menggunakan kekerasan untuk menjatuhkan mereka?" petugas yang duduk di sebelah kapten Yan mengerutkan kening.     

"Tapi, aku adalah korban di sini. Lagipula, jumlah mereka lebih banyak dibandingkan aku."     

"Pernahkah kau melihat seorang korban datang untuk membuat laporan kepolisian dengan dua pelaku yang tidak sadarkan diri?"     

"Mereka menyerangku duluan. Aku hanya membela diri."     

Chen Ge menatap keempat polisi yang menatapnya sejak tadi. Akhirnya, kapten Yan terbatuk dan berkata, "Berhentilah berdebat. Petugas yang dikirim untuk memverifikasi berita akan kembali sebentar lagi."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.