Teror Rumah Hantu

Kenapa Kau Lari?!



Kenapa Kau Lari?!

0Tata letak rumah-rumah tua di sana terlihat mirip dengan satu sama lain. Dua pohon belalang mati di halaman, tangki air besar di bawah pohon, beserta ruang dalam dan kamar tidur. Pintu kayunya terbuka karena tendangan Chen Ge yang nyaris menghancurkannya. "Ceritakan ketidakadilanmu padaku!"     
0

Ia melangkah maju, dan tanah di halaman mulai menjadi kendur. Pohon belalang yang mati terlihat miring, seperti ada sesuatu yang mencoba merangkak keluar. Chen Ge berjalan ke arah pohon belalang dan menemukan kuburan dangkal pada tanah yang terbelah. Sepasang tangan berusaha untuk meraihnya.     

"Kau ingin keluar? Baik! Aku akan membantumu!" Chen Ge menatap balik tatapan keji mayat itu kemudian mengangkat palunya. "Aku akan menghancurkan tengkorakmu supaya kau tidak terjebak di sini!"     

Palu diayunkan, dan serangkaian suara menyeramkan terdengar dari dalam rumah tua. Perlu dicatat bahwa pohon belalang lainnya berhenti bergerak, dan tanah mulai bergerak mundur. Setelah selesai, Chen Ge dan Xu Yin menarik hantu itu keluar dari bawah pohon. Setelah olahraga singkat tersebut, Chen Ge mengalihkan perhatiannya ke tempat lain. "Mereka sebelumnya bersembunyi di bawah pohon, jadi bukan mereka yang meminta bantuan."     

Suara sebelumnya terdengar dari dalam rumah tua, namun begitu Chen Ge memasukinya, suara itu berhenti. Ia melihat sekeliling dan melihat bola karet bundar mengambang di dalam tangki air. Anehnya, bola tersebut perlahan-lahan bergerak ke bawah seperti sedang berusaha menenggelamkan dirinya sendiri. "Bola itu tenggelam sendiri?"     

Chen Ge berjalan ke arah tangki air sambil membawa palu. Ia melihat ke dalamnya dan menemukan arwah yang bersembunyi di dalam tangki. Tubuhnya bengkak karena direndam di dalam air, dan kepalanya yang bengkak melayang ke permukaan seperti bola karet. "Apa kau yang meminta tolong kepadaku? Jika memiliki ketidakadilan di hatimu, kau harus mengatakannya dengan lantang!"     

Palu menghancurkan tangki, dan air di dalamnya membasahi semua tempat. Chen Ge meninggalkan Xu Yin untuk membantu hantu itu dengan "ketidakadilan"-nya, dan ia berjalan ke dalam. Ruangan itu dipenuhi dengan uang kertas, seolah-olah upacara pemakaman baru saja diadakan. Peti mati berwarna hitam diletakkan di tengah ruangan, dan beberapa gambar aneh tergantung di dinding.     

"Dimana kau? Kenapa kau tidak berbicara?" Chen Ge menatap gambar-gambar itu untuk beberapa saat. Penduduk desa tidak memuja Dewa, tapi pada roh gunung. Semua gambar di dinding memperlihatkan monster yang tampak menyeramkan. "Mereka terlihat sangat nyata."     

Gambar yang tergantung di dinding membuat Chen Ge merasa ada sesuatu yang aneh. Ia tidak yakin entah karena ia sudah menatap gambar itu terlalu lama atau karena alasan lain, namun ia melihat salah satu mata di salah satu lukisan bergerak.     

Tunggu, matanya bergerak! Apa arwah itu bersembunyi di dalam gambar?     

Sementara Chen Ge sedang berpikir, Xu Yin berjalan masuk dengan setengah bajunya yang berwarna merah. Pada saat yang sama, beberapa bayangan keluar dari lukisan dan bergegas ke kamar tidur. Xu Yin segera mengejar bayangan itu. Ketika ia memasuki kamar tidur, peti mati di tengah ruangan bergetar, dan tutupnya sedikit terbuka.     

Arwah dengan sedikit noda darah di tubuhnya memandang Xu Yin dengan waspada sebelum membuka tutup peti mati dan berlari untuk menyelamatkan hidupnya!     

"Ada noda darah di tubuhnya. Arwah ini juga berpotensi menjadi Arwah Merah?" Chen Ge memanggil Xu Yin dan mulai mengejar. Bayangan hitam itu mempercepat larinya setelah menyadari ia sedang dikejar Chen Ge dan Xu Yin. Rumah tua dipenuhi suara tanah yang bergerak, pecahan kaca, percikan air, dan peti mati yang dibuka. Tuan Bai dan pak Wei berhenti di luar pintu depan dan tidak berani masuk.     

"Siapa yang sedang berbicara dengan Chen Ge? Kenapa dia belum keluar?" pak Wei mulai khawatir. Ia mengumpulkan keberanian dan berjalan ke arah pintu. Sebelum ia mendekat, bayangan hitam dengan kilatan merah bergerak melewatinya.     

"Apa itu?!" seru pak Wei. Sebelum pulih, ia melihat Chen Ge dengan wajah masam, melambaikan palu yang terlihat menakutkan di udara.     

"Berhenti!" bendera kematian di jalanan tersentak, dan suara Chen Ge menggema di jalan.     

"Apa yang terjadi..." Pak Wei dan tuan Bai berdiri di pintu sambil menggendong si bayi. Mereka melihat pengejaran itu dan anehnya merasa tampak sangat normal.     

"Xiao Chen mengejar orang di depannya?"     

"Sepertinya begitu."     

"Tapi, bukankah kita seharusnya menjadi kelompok yang dikejar? Kenapa dia mengejar beberapa orang?"     

"Aku tidak yakin, mungkin karena dia terlihat menakutkan?" suara dentuman palu yang membentur dinding kembali terdengar. Tuan Bai dan pak Wei segera mengejar Chen Ge.     

Bayangan hitam bergerak sangat cepat. Chen Ge hampir tidak bisa mengimbangi, namun Xu Yin berhasil mendekatinya perlahan. Arwah itu bergerak sangat cepat, sehingga kekuatannya pasti cukup tinggi. Setelah mengonsumsinya, Xu Yin mungkin menjadi Arwah Merah!     

Di dalam desa menyeramkan ini, ia hanya akan merasa aman setelah didampingi Arwah Merah. Jika Xu Yin bisa menjadi Arwah Merah, misinya tidak akan sia-sia!     

Bayangan hitam tidak berani memperlambat kecepatan, namun rute pelariannya tampaknya sudah direncanakan. Ia bergerak menuju ke salah satu bangunan di dalam desa. Suasana menjadi mencekam. Uang kertas tidak lagi terlihat memenuhi jalan, dan digantikan dengan kertas putih dengan karakter 'sukacita' dari potongan kertas putih.     

Setelah mengejar sepuluh meter lagi, Chen Ge melihat tandu pengantin di ujung jalan. Tandu pengantin berwarna merah dan karakter 'kegembiraan' putih muncul di sana, dan tandu itu memancarkan rasa dendam yang berat. Angin mengibarkan tirai, dan suara wanita kembali terdengar. Bayangan berhenti di pintu tempat tandu diletakkan sebelum berlari ke dalam rumah tua.      

"Dia tahu cara meminta bantuan? Hantu ini pintar." Chen Ge mengangkat tirai pada tandu, namun tidak ada apa-apa di dalamnya. Ia mengikuti bayangan hitam dan berlari ke dalam rumah tua. Rumah tua tersebut tampak lebih mewah daripada rumah-rumah lain, namun bekas noda darah dan tanda-tanda perkelahian yang tersisa di sana lebih banyak.     

"Mungkinkah ini rumah tetua desa?" Chen Ge membuka pintu dan karakter 'sukacita' putih tersebar di mana-mana. Sepertinya, pernikahan ini berakhir dengan cepat karena kecelakaan.     

"Ketika bayangan itu berhenti di pintu, aku melihat dengan jelas dia mengenakan pakaian pengantin pria. Dia kembali untuk mencari istrinya?" Chen Ge melambaikan palu dan mengejek. "Pria macam apa itu?"     

Ia memasuki ruangan bagian dalam, dan suara wanita di telinganya semakin jelas dan mulai sedikit memengaruhi Chen Ge.     

"Yang memanggil tadi adalah istri si bayangan?"      

Suara seorang wanita tampak menusuk telinga Chen Ge, seperti melilit jantungnya dengan tali. Dengan setiap detak jantungnya, nada akrab memasuki seluruh tubuhnya mengikuti aliran darah. Suara tersebut terasa sangat dekat, membuatnya lengah tanpa sadar.     

Sepertinya, istri bayangan ini memiliki amarah yang lebih besar.     

Chen Ge sedang mempertimbangkan apakah istri si bayangan mungkin adalah Arwah Merah. Namun, pintu tiba-tiba tertutup dan lilin di atas meja upacara menyala dengan sendirinya, memancarkan cahaya merah redup yang menakutkan.     

Seorang wanita yang terpapar cahaya dalam gaun pengantin merah cerah menjulurkan kepala dari dalam kamar. Ia mengenakan sepasang sepatu sulaman dan tampak sedikit menakutkan.     

Arwah Merah?      

Chen Ge mencengkeram palu di tangannya hingga nadi di punggung tangannya terlihat.     

Berjalan ke depan, wanita itu memerlihatkan bagian bawah tubuhnya. Gaun pengantinnya tidak sepenuhnya basah oleh darah. Gaun yang setengah robek itu memperlihatkan pakaian dalam yang kotor.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.