Teror Rumah Hantu

Lihat di Belakangmu



Lihat di Belakangmu

0Ketika Chen Ge mengakhiri panggilannya dengan He San, ponselnya kembali berdering dan menampilkan nama Gao Ru Xue. He San mungkin sudah menghubunginya. "Apakah ini mendesak?"     
0

Chen Ge menjawab panggilan, namun sebelum ia bisa mengatakan apa-apa, suara Gao Ru Xue yang sengaja dipelankan terdengar. "Aku tidak memakai earphone, dan teman sekamarku ada di luar koridor. Jadi, jangan keraskan suaramu."     

Gao Ru Xue tidak terdengar seperti berada dalam kondisi yang baik. Chen Ge bisa mendengar keraguan dan kecemasan dalam suaranya. "Aku baru saja mendengar dari He San bahwa teman sekamarmu dirasuki?"     

"Ini lebih menakutkan lagi. Kurasa dia telah berubah menjadi orang yang benar-benar berbeda."     

"Apakah kebiasaannya berubah?"     

"Dia bertingkah seperti biasa, tapi aku bisa merasakan bahwa orang ini bukan temanku!" Gao Ru Xue terdengar sangat yakin. "Dengarkan aku. Ini ada hubungannya dengan legenda di sekolah kami. Ada sebuah patung batu di bawah gedung pendidikan lama yang matanya bisa meneteskan darah. Menurut legenda, selama seseorang bisa menemukannya sebelum tengah malam, dia bisa mengajukan pertanyaan."     

"Aku punya dua teman sekamar. Salah satunya adalah Ma Xin, dan yang lain adalah Liu Xianxian. Malam itu, mereka pergi bersama."     

"Kenapa mereka ingin pergi mencari patung itu? Karena penasaran?" sela Chen Ge dengan sebuah pertanyaan.     

"Liu Xianxian mencintai seorang pria yang tidak seharusnya dicintainya. Dia bertanya-tanya apakah mereka bisa bersama-sama atau tidak. Dia berasal dari keluarga orang tua tunggal, jadi dia tidak yakin dengan hubungannya. Dia akan jatuh cinta pada siapa pun yang memperlakukannya sedikit lebih baik. Kami sudah mencoba menasehatinya, tapi dia menolak untuk mendengarkan."     

"Dia dengan keras kepala berpikir pria itu juga sangat mencintainya, tapi tidak bisa bersama dengannya karena beberapa alasan. Dia menginginkan jawaban yang jelas, namun dia takut untuk bertanya kepada pria itu. Jadi, dia berpikir untuk bertanya pada patung untuk mengetahui ketulusan pria itu."     

Chen Ge tidak berpengalaman dalam bidang percintaan seperti ini, jadi ia tidak berkomentar. "Lalu, bagaimana dengan gadis lainnya?"     

"Ma Xin memiliki kakak perempuan yang berhasil masuk ke Universitas Kedokteran Jiujiang lima tahun lalu. Tapi, selama tahun kedua, kakaknya menghilang saat berada dalam perjalanan pulang dan tetap tidak diketahui keberadaannya sampai hari ini. Dia dan seluruh keluarganya ingin mengetahui lokasi kakak perempuannya. Ketika mendengar tentang desas-desus ini, dia ingin sekali mencobanya. "     

Gao Ru Xue sedang berbicara ketika suara wanita lain muncul dari koridor. Suara tersebut terdengar seperti sedang terburu-buru. Setelah menjawab, ia berbicara lebih cepat pada Chen Ge yang berada di seberang telepon. "Keduanya ingin menemukan patung itu, tapi mereka penakut, jadi mereka menyeretku untuk pergi bersama mereka."     

"Kami berangkat minggu lalu dan memasuki ruangan bawah tanah gedung pendidikan lama pada pukul 11 ​​malam. Tempat itu dipenuhi dengan banyak benda yang tidak lagi digunakan sehingga sulit untuk menemukan sebuah patung. Kami mencari di sebagian besar tempat pada malam pertama, tapi tidak menemukan apapun."     

"Pada malam kedua, kupikir mereka akan menyerah, tapi mereka kembali menyeretku untuk pergi bersama. Karena kami sudah sekamar sejak lama, aku tidak enak menolak permintaan mereka, jadi aku mengikuti mereka ke bawah tanah untuk kedua kalinya Akan tetapi, kali ini, semuanya berbeda. Kami belum berjalan terlalu jauh ke tempat itu sebelum aku mendengar suara tawa seseorang."     

"Aku bertanya pada mereka tentang suara itu, tapi mereka berdua mengatakan bahwa mereka tidak mendengar apa-apa. Aku merasa ada sesuatu yang aneh, jadi aku menyeret mereka secara paksa untuk keluar dari sana. Kupikir semua akan berakhir begitu saja, tapi pada malam ketiga, mereka mengatakan kepadaku bahwa mereka masih ingin pergi."     

"Itu adalah pertama kalinya aku menyadari ada sesuatu yang aneh pada mereka. Aku memperingatkan mereka jika mereka masih bersikeras melakukannya, aku akan melaporkan mereka pada pihak sekolah dan keamanan asrama. Menyadari keseriusanku, mereka dengan enggan kembali ke tempat tidur."     

"Peristiwa yang sebenarnya membuatku merinding terjadi pada pagi hari keempat. Ketika aku membuka mataku, kedua teman sekamarku sudah bangun. Mereka berbaring di tempat tidur mereka sambil tersenyum menatapku."     

"Pada malam keempat, mereka tidak menunjukkan tanda-tanda akan keluar, tapi aku merasa ada sesuatu yang salah. Aku berbaring di tempat tidur dan berpura-pura tertidur. Pada jam 2 pagi, mereka duduk bersamaan dan menyelinap keluar dari kamar seperti telah merencanakan sesuatu."     

"Aku tidak berani mengikuti mereka. Mereka kembali jam 3:30 pagi. Mereka kembali ke tempat tidur seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa."     

"Hal yang sama terjadi pada malam kelima dan keenam. Tapi, tadi malam, semuanya berubah. Mereka kembali keluar pada jam 2 pagi dan kembali pada jam 3:30 pagi. Saat mereka kembali, mereka kembali bertiga - bukan berdua!     

"Cahaya di kamar mati, jadi aku tidak bisa melihat dengan jelas, tapi sepertinya mereka bertiga berpakaian sama. Mereka berjalan ke tiga tempat tidur dan berbaring, dan hal yang paling aneh terjadi!"     

"Hanya ada tiga tempat tidur di kamar, jadi artinya salah satu dari mereka merangkak ke tempat tidurku. Aku tidak berani bergerak sepanjang malam. Aku menggunakan tanganku yang tersembunyi untuk menelpon dan mengirim pesan. Kau mungkin tidak percaya padaku, tapi aku mengatakan yang sebenarnya."     

"Semua balasan yang kudapat, tidak peduli siapapun itu, berisi — Lihat di belakangmu. Hanya ketika aku mengirim pesan padamu, sistemnya membalas dengan normal. Orang tambahan itu pasti berada di belakangku, dan pada saat itu, aku hanya bisa mengirim pesan dan menelponmu, tapi ponselmu tidak dapat terjangkau."     

"Aku tidak bergerak sampai pagi. Ketika aku menoleh ke belakang, tidak ada apa-apa di tempat tidurku. Satu jam lalu, teman sekamarku bangun, dan mereka bertindak seperti biasa, memanggilku untuk sarapan dan menghadiri kelas, tapi..."     

"Apa kau belum siap?" suara perempuan lain terdengar dari seberang ponsel. Sepertinya pintu kamar telah dibuka.     

"Aku datang, hanya berbicara dengan seorang teman di telepon." Suara Gao Ru Xue berubah, ia terdengar tenang.     

"Kau jarang berbicara terlalu banyak bahkan saat bersama kami. Kau sangat aneh. Apa kau yakin orang itu hanya seorang teman?" komentar gadis lain sambil tertawa. "Bagaimanapun juga, jangan terus berbicara di telepon. Kelas otopsi hari ini cukup penting."     

"Okay." Kemudian Gao Ru Xue kembali berbicara di telepon. "Jika kau punya waktu, kenapa kau tidak datang untuk makan malam nanti? Ini adalah pertama kalinya aku mengundang seseorang, jadi kau sebaiknya memikirkannya."     

"Cepatlah ke kelasmu. Aku akan menemuimu nanti malam." Chen Ge terdengar sangat menarik di telepon seperti seorang pria dewasa yang percaya diri.     

Setelah memutuskan panggilan, ekspresi Chen Ge berubah.     

 Gao Ru Xue memintaku untuk menemuinya secara pribadi nanti malam, sepertinya hal ini benar-benar membuatnya takut. Terlebih lagi, mengapa hanya kontakku yang bisa dihubungi dengan normal?     

Ia meletakkan kedua ponselnya di telapak tangan, namun tetap tidak bisa menemukan alasannya.     

Patung, orang tambahan, pesan telepon ...     

Sebenarnya, ia ingin bertanya kepada Gao Ru Xue apakah kamar bawah tanah tersebut ada hubungannya dengan kamar mayat atau tidak.     

Nomor 10 membawa mayat di punggungnya. Mungkinkah tubuh tadi ada hubungannya dengan kamar mayat bawah tanah di Universitas Kedokteran Jiujiang?     

Chen Ge memeriksa semua petunjuk di benaknya, dan titik-titik mulai terhubung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.