Teror Rumah Hantu

Mereka Hantu!



Mereka Hantu!

0Pintu merah terbuka, dan kedua bocah dengan wajah berlumuran darah memasuki halaman sambil terus menyanyikan lagu pengantar tidur yang aneh. Ketika mereka semakin dekat, kak Wong menyadari bahwa warna merah itu bukan berasal dari cat, melainkan dari topeng di wajah mereka.     
0

"Jangan mendekat!" kak Wong terjatuh ke tanah. Tangannya bergerak ke belakang, berharap mendapatkan sesuatu yang dapat digunakan sebagai perisai. Ujung jarinya menyentuh sesuatu yang dingin. Ia menengok dan menemukan manekin yang setengah terkubur di tanah sebelumnya telah merangkak keluar dan sedang berbaring di sampingnya!     

Kak Wong memanggil saudari Mao untuk meminta pertolongan, namun perempuan itu sendiri menghadapi masalah yang cukup besar. Hantu kepala gembung telah keluar dari tong air. Air pun menetes ke tanah. Wajahnya yang bengkak menatap dua pengunjung di halaman. Pekikan wanita mengerikan keluar dari tenggorokannya. Saudari Mao sangat ketakutan sampai ia kehilangan rasionalitasnya. Ia berlari keluar seperti orang gila meninggalkan kak Wong.     

Lentera di sisi jalan memancarkan cahaya merah. Desa yang awalnya menyeramkan berubah dalam beberapa menit; ia merasa seperti sedang berada di neraka!      

Dua anak laki-laki berlari keluar dari halaman. Lagu pengantar tidur yang menakutkan memenuhi telinganya, dan saudari Mao berlari dengan sekuat tenaga. "Tolong!"     

Seorang pengulas rumah hantu berteriak minta tolong di dalam rumah hantu. Ia tidak mengharapkan sesuatu seperti itu sebelum ia tiba. Kecepatannya berkurang, dan anak-anak tandu pengantin sudah menyusulnya. Keputusasaan hampir menelan seluruh tubuhnya. "Kenapa jalan ini tak berujung? Seseorang, kemarilah dan bantu aku!"     

Setelah berbelok di tikungan, saudari Mao melihat beberapa kain kafan merah melayang di tengah jalan. Kain kafan tersebut berdiri tegak. Ketika saudari Mao melihat, kain itu segera melesat ke arahnya tanpa peringatan. Tenggorokannya terasa sakit karena menjerit. Saudari Mao fokus untuk berlari.     

Untungnya, kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil.     

Ia melihat cahaya di ujung jalan!     

Di ujung jalan lain, terdapat beberapa lampu minyak redup. Meskipun cahayanya lemah, lampu tersebut berhasil mengusir kegelapan. "Itu pasti jalan keluarnya!"     

Saudari Mao mencoba sebisanya untuk berlari ke arah cahaya, namun ia kemudian menyadari ada sesuatu yang salah. Lampu-lampu di sana tampaknya tidak digantung pada apapun dan bergerak sendiri!     

"Lampu-lampu itu melayang di udara?"     

Dengan monster yang mengejar di belakang, ia tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal aneh tersebut. Ia berlari beberapa meter lagi sebelum melihat bentuk cahaya yang sebenarnya!     

Wajah pucat melayang di balik lampu dan setiap lampu minyak tergantung pada mulut kepala manusia yang melayang!     

Otak saudari Mao seperti berhenti berfungsi. Tubuhnya terus bergerak selama beberapa meter karena inersia. Tepat saat ia akan berlari ke arah sekelompok hantu lentera tengkorak, sebuah tangan terulur untuk meraihnya.     

"Ikuti aku!" kata seorang pria dengan sedikit kasar. Ia menarik saudari Mao ke salah satu rumah tua dan membimbingnya untuk melompati jendela.     

"Siapa kau?"     

"Sst, di sini sangat berbahaya." Suara tersebut terdengar cukup akrab, jadi saudari Mao mengizinkannya untuk menariknya ke salah satu jalan. Setelah melarikan diri dari kejaran si monster, mereka akhirnya berhenti. Mereka bersembunyi di balik pintu, dan saudari Mao menoleh untuk melihat pria yang menyelamatkannya dari kematian. Tatapannya bergerak ke atas, namun ketika melihat wajah di hadapannya, tubuhnya bergetar. "Bai Qiulin?!"     

"Bisakah kau tenang?!" Bai Qiulin mendesis padanya. "Kenapa? Apa begitu mengejutkan melihatku?"     

Otak saudari Mao sudah tidak dapat lagi berpikir dengan jernih, dan ia terhuyung mundur. "Tapi, Xiao Lan berkata di telpon..."     

"Aku yang menyakitinya, kan?" kata Bai Qiulin dengan dingin. "Kalian semua telah tertipu oleh hal-hal kotor di dalam rumah hantu ini."     

"Hal-hal kotor?" saudari Mao memandang Bai Qiulin dengan curiga. Ketika mereka berlima mencari Zhang Lan sebelumnya, pengusung jenazah menjatuhkan peti mati di tengah jalan sehingga kelompok mereka terpencar. Saat itu, perhatian saudari Mao hanya terfokus pada pengusung jenazah dan anak-anak tandu pengantin, jadi ia tidak tahu apa yang terjadi di seberang jalan.     

"Kau mungkin tidak percaya pada apa yang akan kukatakan padamu selanjutnya, tapi semua yang kukatakan adalah fakta." Suara serak Bai Qiulin membuatnya tidak nyaman. "Pasangan yang bersama kalian tadi adalah hantu!"     

"Maksudmu, pak Zhou dan Duan Yue adalah hantu?" mata saudari Mao terbelalak, sulit memercayai apa yang didengarnya.     

"Rumah hantu ini telah beroperasi selama bertahun-tahun, dan selalu ada desas-desus tentang arwah gentayangan." Kedua pupil mata Bai Qiulin gemetar. "Beberapa bulan lalu, sepasang kekasih berjanji untuk bunuh diri bersama karena cinta mereka tidak direstui oleh keluarga. Lokasinya adalah rumah hantu ini."     

"Berjanji untuk bunuh diri?!" saudari Mao bersandar pada dinding karena kedua kakinya tidak bisa lagi menopang tubuhnya.     

"Awalnya, semuanya baik-baik saja. Tapi, perlahan-lahan, semakin banyak pengunjung melihat pasangan tersebut. Sepertinya, jiwa mereka telah terjebak di sekitar rumah hantu setelah mereka mati!" suara Bai Qiulin terdengar semakin menakutkan. "Huang Xing telah ditipu oleh pasangan itu. Aku ingin menyelamatkannya, tapi aku terlambat."     

"Tapi, di telepon, Zhang Lan mengatakan kaulah yang melukainya dan dia meminta bantuan pak Zhou sebelum panggilan terputus ..."     

Sebelum saudari Mao selesai berbicara, Bai Qiulin sudah memotongnya. "Kalian sangat bodoh! Apa kau tidak tahu bagaimana menggunakan otakmu ketika menerima panggilannya? Kenapa panggilannya berakhir setelah Zhang Lan meminta bantuan pak Zhou? Kenapa panggilannya tidak diputuskan lebih cepat? Mereka harus menunggu hingga Zhang Lan menunjukku sebagai pembunuh terlebih dahulu. Mengapa begitu?" semakin Bai Qiulin berbicara, suaranya menjadi semakin keras. Saudari Mao yang dibuat kebingungan oleh Bai Qiulin, mulai memercayai cerita pria tersebut.     

"Saat itu, aku hanya ingin mengatakan yang sebenarnya pada Zhang Lan. Aku sengaja menghindari mereka, tapi Zhang Lan salah paham. Dia berpikir aku ingin menyakitinya." Ekspresi Bai Qiulin serius. "Aku hanya ingin memberikan bantuan, tapi niat baikku dimanfaatkan oleh sepasang hantu itu!"     

Setiap kali Bai Qiulin berbicara, teror di hati saudari Mao semakin meningkat dan keyakinannya mulai goyah. "Jadi, mereka berdua adalah hantu yang sebenarnya."     

"Tempat ini tidak aman; aku akan membawamu keluar."     

Sebelum saudari Mao bisa berpikir dengan jelas, Bai Qiulin membuka pintu depan. Keduanya berlari menyusuri jalan, dan ketika mereka mencapai ujung jalan, dua sosok muncul di sudut dan berdiri di bawah cahaya lentera merah.     

Pak Zhou dan Duan Yue!     

"Saudari Mao?" pak Zhou tertegun, dan ekspresinya berubah dalam beberapa detik. Dengan jari menunjuk Bai Qiulin, ia memohon. "Pergi darinya! Kau berdiri di sebelah hantu!"     

Keputusasaan dalam suara pak Zhou membuat saudari Mao resah. Kedua belah pihak saling menuduh bahwa yang lain adalah hantu — siapa yang akan dipercayainya?     

Langkah kakinya bergerak maju tanpa sadar. Saudari Mao masih lebih mempercayai pak Zhou.     

"Jangan pergi! Pasangan hantu itu berbohong padamu." Bai Qiulin tidak bergerak dari tempat. Nada suaranya tajam, namun mengandung getaran yang memperlihatkan bahwa pria tersebut juga ketakutan. Saat mendengarnya, saudari Mao mulai ragu.     

"Saudari Mao, kemarilah!" teriak pak Zhou dengan keras. Lalu, tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Orang gila itu lari dari rumah sakit jiwa! Dia memotong tangan kirinya! Katakan padanya untuk menunjukkan kepadamu lengan kirinya!"     

Di satu sisi, ada pasangan yang bunuh diri di dalam rumah hantu, dan di sisi lain, ada pasien kriminal yang memotong tangannya. Saudari Mao yang berdiri di tengah benar-benar bingung siapa yang harus dipercayainya. Siapa di antara mereka yang berbohong? Siapa yang harus kupercayai?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.