Bebaskan Penyihir Itu

Ruangan Rahasia Utama



Ruangan Rahasia Utama

0"Hahaha …" Heather tertawa, "Tidak mungkin seorang bidak melakukan persis seperti yang sudah diperintahkan. Selama Timothy memiliki tujuan yang sama dengan kita, kita biarkan Timothy bertindak sesuka hatinya sendiri, yang artinya selama Timothy terus kehilangan pasukannya dalam peperangan, kita tidak perlu peduli kemana ia akan menyerang. Oh ya, berhubung Graycastle adalah kerajaan terakhir yang akan kita serang dalam rencana kita, masih ada waktu bagi Timothy dan Roland untuk saling bertarung. Bukankah Roland Wimbledon menolak pil dari kita? Kali ini kita bisa membiarkan Timothy yang bergerak untuk menghancurkan Wilayah Barat, mungkin nanti Roland akhirnya akan menerima pil dari kita."      2

Tetap saja, Mayne merasa tidak senang karena Garcia kini telah berbalik melawannya secara terang-terangan. Lagi pula, Mayne sendiri yang telah memilih untuk membantu Garcia. Jika Timothy memilih untuk tidak melawan dan menunggu Garcia yang datang kepadanya daripada menyerang pasukan Garcia setelah menaklukkan Graycastle, maka dekret Keputusan Kerajaan mengenai seleksi calon Putra Mahkota tidak akan menghasilkan dampak yang Mayne inginkan. Sepertinya Mayne harus menjalankan rencana yang lain.     

"Kita tidak perlu terburu-buru membuat keputusan tentang Wilayah Barat sampai kita menerima informasi dari mata-mata kita," kata Mayne, "Cukup untuk hari ini. Pastikan semuanya berjalan sesuai dengan rencana. Aku masih punya urusan lain di Istana bawah tanah Hermes."     

"Oh, baiklah," kata Heather, seolah-olah ia juga teringat sesuatu, "Apakah hari ini adalah Hari Inkarnasi? Berapa banyak orang yang sudah mendaftarkan diri untuk berpartisipasi dalam Upacara Inkarnasi?"     

"Itu rahasia." Mayne bangkit berdiri dan keluar dari ruang rahasia itu tanpa menoleh ke belakang.     

…     

Setelah berjalan di tangga yang panjang dan tergantung di bagian bawah gua, Uskup Agung Mayne, melewati bebatuan berwarna putih, dan menuju ke istana bawah tanah.     

Tidak seperti suasana hening yang biasanya, ruang kantor istana tampak sibuk hari ini. Sekelompok pria dari Pasukan Penghakiman yang telah lulus ujian sedang menunggu di luar kantor. Karena sebagian besar dari mereka baru pertama kali kesini, mereka melihat-lihat sekeliling dengan rasa penasaran. Begitu mereka melihat Mayne datang, semua orang membusungkan dada mereka dan memberi penghormatan. "Yang Mulia Uskup Agung!"     

Mayne tersenyum dan menganggukan kepala. Pasukan Penghakiman berasal dari para pejuang elit gereja, yang sangat loyal kepada Tuhan dan bersedia berkorban. Terlepas dari kenyataan bahwa proses inkarnasi untuk menjadi Pasukan Penghukuman Tuhan tidak selalu berhasil sudah diketahui oleh mereka sebelum mereka mengajukan lamaran, mereka tetap bersedia mengabdikan hidup mereka untuk kehormatan yang besar seperti ini.     

Selagi para prajurit menatap Mayne dengan penuh hormat, Mayne melewati pintu ketiga dan tiba di Ruangan Rahasia Utama, di mana para penjaga paus sudah menunggu kedatangannya. Para penjaga membungkuk memberi hormat kepada Mayne sebelum membukakan pintu besi besar di belakang untuk mempersilahkan Mayne masuk.     

Mayne mengikuti para penjaga itu ke dalam ruangan. Di sini adalah bagian terpenting dari Istana bawah tanah Hermes, dan setiap penelitian dan penemuan yang dilakukan gereja dikerjakan di sini.     

Tanpa obor yang menyala di Area Rahasia Utama, Mayne tidak bisa melihat apa pun kecuali kegelapan. Setelah sedikit beradaptasi dengan kegelapan itu, ia bisa melihat koridor yang sempit di depannya. Dinding dan atap koridor ditempa dengan besi, dan kedua sisi dinding dihiasi dengan batu-batu yang bisa menyala dalam gelap — batu unik ini termasuk dalam bahan pembuatan Liontin Penghukuman Tuhan dan dapat bercahaya dengan warna hijau setelah dicuci dengan darah binatang iblis.     

Sebuah kandang ditempatkan di ujung koridor. Ketika mereka memasuki kandang, para penjaga menarik jerujinya. Rantai di jeruji mengeluarkan suara berderak, yang terdengar sangat keras di koridor yang sunyi. Diiringi suara berderak, kandang itu perlahan-lahan turun ke sebuah lubang di tanah. Tiba-tiba, Mayne melihat ada cahaya.     

Sebuah ruangan bawah tanah yang sangat luas nampak di hadapan Mayne.     

Tidak peduli berapa kali Mayne sudah melihat pemandangan yang menakjubkan ini, Mayne selalu merasa kecil dalam ruangan sebesar ini.     

Logikanya, sebuah gua yang terkubur jauh di bawah tanah seharusnya pasti gelap gulita. Tetapi bukan kegelapan yang ada, karena seluruh gua diterangi dengan Liontin Penghukuman Tuhan raksasa yang tampak seperti kristal yang muncul dari tanah, membentuk bunga-bunga kristal. Bahkan prisma kristal terkecil sebesar tubuh manusia dewasa dan prisman yang besar sangat tebal sehingga perlu lebih dari sepuluh orang untuk mengelilingi prisma kristalnya. Ketinggian prisma-prisma kristal itu tidak sama rata. Yang tertinggi bisa menyentuh atap istana dan bahkan lebih tinggi dari menara surga yang terletak di Katedral Hermes.     

Warna-warnanya prisma kristal ini bermacam-macam. Kristal yang paling tebal mengeluarkan warna ungu. Kristal lain yang ada di dekatnya memiliki warna bervariasi dari warna biru tua ke warna hijau muda. Kristal yang lebih kecil berwarna putih, dan prisma muda yang baru saja tumbuh dari tanah berwarna hampir transparan. Liontin Penghukuman Tuhan yang berwarna ungu bersinar paling terang, terutama di Menara Surga. Dengan keterangan seterang bulan purnama, batu unik ini mengeluarkan sebagian besar cahaya, sehingga meski tidak ada obor di dalam gua, orang masih bisa melihat pijakan secara samar.     

Dengan pengaruh Batu Pembalasan Tuhan yang sebesar itu, kekuatan sihir mana pun tidak akan berfungsi. Dan liontin-liontin yang dijual oleh gereja, batunya juga berasal dari gua ini.     

Ruangan gua itu cukup besar untuk menampung lima hingga enam Katedral Hermes, dan mereka memang membangun struktur bangunan yang sama persis dengan Katedral, yang dinamai Kuil Rahasia Utama. Namun kuil itu tampak jauh lebih tua daripada gereja yang berdiri di atas bukit Hermes. Mayne, yang sekarang berada di dalam sangkar yang sedang bergerak turun ke bawah, bisa melihat gerbang besi hitam di dinding gua di belakang kuil, yang mengarah ke kaki Gunung Hermes, dan terhubung ke Kota Suci Lama. Artinya, bangunan tua itu adalah bangunan asli dari istana bawah tanah Hermes, dan jauh sebelum didirikan Kota Suci yang Baru, bangunan itu telah lama berada di bawah sini.     

Dibutuhkan waktu hampir delapan menit bagi kandang itu untuk sampai ke bawah. Mayne melangkah keluar dari kandang dan merapikan jubahnya sebelum mengikuti para penjaga ke kuil.     

Upacara Inkarnasi akan diadakan di aula yang terletak di lantai satu.     

Setelah memasuki aula, Mayne melihat cahaya sudah kembali — cahayanya tidak lagi berwarna biru-ungu, tetapi berwarna oranye, yang berasal dari ribuan lilin yang dinyalakan. Cahaya di atas Mayne berasal dari kandil[1] berbentuk tiga menara. Sementara itu, ada banyak kandil yang ditempatkan di sekitar aula, menampilkan bintang-bintang yang tidak terhitung jumlahnya yang bergoyang-goyang. Berkat api itu, hawa dingin di dalam gua kini telah menjadi hangat.     

Pria yang berdiri di antara dua altar inkarnasi adalah Pemimpin Tertinggi Gereja, yang bernama Paus O'Brian, ia mengenakan jubah berwarna merah terang yang berhiaskan emas, dan mengenakan mahkota bertatahkan batu permata dan emas di kepalanya. Pada saat itu, Paus O'Brian sedang berkonsentrasi untuk memeriksa peralatan untuk membuat persiapan akhir bagi Upacara Inkarnasi.     

"Paus Tertinggi." Mayne berjalan mendekat kepada O'Brian dan berlutut di depannya, sambil mencium tangannya.     

"Bangun, Anakku." Suara O'Brian terdengar serak dan pelan. "Tidak ada orang lain selain para penjaga di sini. Jadi kamu tidak usah bersopan santun di sini."     

"Seperti yang Anda inginkan." jawab Mayne sambil bangkit berdiri, dan ketika Mayne melihat O'Brian, ia terkejut dengan penampilannya. Paus O'Brian tampak jauh lebih tua dibandingkan saat terakhir kali mereka bertemu. Wajahnya penuh keriput dan kerutan, dan kulitnya tampak putih pucat, kendur dan kusam. Bintik-bintik hitam di wajah O'Brian tampak jelas. Ketika Mayne melihat kondisinya, matanya mulai berkaca-kaca. "Anda … telah bekerja terlalu keras."     

"Waktu telah meninggalkan tanda-tanda penuaan di tubuhku," kata O'Brian dengan tenang, "Dan tidak ada yang bisa menolak berlalunya waktu. Aku tidak memiliki banyak waktu sekarang. Aku khawatir aku tidak bisa melihat hari ketika manusia mengalahkan iblis, aku juga tidak harus menanggung rasa sakit di masa yang akan datang. Tetapi kamu harus terus berjuang sampai hari di mana kamu akhirnya mengalahkan musuh atau musuh yang akan mengalahkan kamu. Dan satu kekalahan lagi kita akan hancur untuk selama-lamanya."     

Mayne mengangguk dan berkata, "Aku akan berjuang sampai tetes darahku yang terakhir."     

"Bagus sekali." O'Brian tersenyum. "Kamu telah melakukannya dengan sangat baik belakangan ini. Kamu telah menambahkan lebih dari seribu orang Pasukan Penghakiman untuk gereja, dan ada enam puluh dua orang pelamar yang akan berpartisipasi dalam upacara inkarnasi kali ini. Jumlah Pasukan Penghakiman telah mencapai rekor tertinggi dalam sejarah."     

"Yang Mulia, bisakah Anda memberi tahu kepadaku berapa orang dari Pasukan Penghukuman Tuhan yang kami butuhkan untuk mengalahkan iblis?" Mayne merasa ragu sejenak sebelum akhirnya ia mengajukan pertanyaan itu. "Yang kami ketahui tentang iblis berasal dari Kitab Suci, namun catatan Kitab Suci itu terpisah-pisah. Kitab Suci itu berisi pengetahuan tentang dari mana iblis berasal, jumlah mereka, dan bagaimana gereja mengalahkan iblis. Aku mengerti bahwa aku tidak akan mengetahui rahasia-rahasia ini sampai aku menjadi Paus, tetapi …. "     

O'Brien mengulurkan tangannya untuk menghentikan perkataan Mayne. "Kamu tidak bersabar, Anakku. Bersabarlah. Tidak lama lagi kamu akan mengambil alih mahkota dan menjadi paus yang berikutnya. Pada saat itu, semua pertanyaan yang ingin kamu ketahui dapat kamu baca di dalam berkas yang tersimpan di bagian atas Kuil Rahasia Utama. Satu-satunya jawaban yang bisa kuberikan kepadamu sekarang adalah semakin banyak sukarelawan, semakin baik," O'Brian terengah-engah dan kembali berkata, "Selain itu, meskipun kamu tidak dipanggil ke sini untuk melakukan upacara inkarnasi, karena kamu sudah di sini, aku harap kamu mau mencoba menjadi tuan rumah dalam Upacara Inkarnasi dan menganggap upacara ini sebagai … ehem … pengalaman untuk masa yang akan datang. Aku akan menyaksikan upacara ini."     

Mayne menepuk punggung O'Brian untuk meredakan batuknya. Setelah O'Brian mulai bernapas lega, Mayne menundukkan kepalanya dan berkata, "Baiklah, Yang Mulia."     

[1] Tempat lilin     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.