Bebaskan Penyihir Itu

Serangan Gereja



Serangan Gereja

2Lehmann dan pasukannya mengendarai kuda sambil melewati jalan-jalan di Benteng Longsong.     3

Penduduk di benteng bersembunyi di rumah masing-masing dan menutup pintu rumah mereka rapat-rapat. Tidak ada seorang pun yang berkeliaran di jalan dan jalanan menjadi sunyi setelah serangan semalam.     

"Tuan Lehmann, apakah lengan Anda baik-baik saja?" Levin Si Kesatria "Perisai" bertanya.     

"Tidak masalah." jawab Lehmann sambil mengangkat bahunya. "Setidaknya aku masih bisa bergerak." Namun, gerakan mengangkat bahu itu membuat Lehmann mengernyit kesakitan.     

Serangan yang dilancarkan tadi malam sukses besar. Hanya ada dua puluh orang prajurit yang berjaga di pintu gerbang timur benteng dan mereka tidak menyangka musuh akan menyerang dari dalam kota.     

Meskipun terompet tanda bahaya telah dibunyikan, dibutuhkan waktu setidaknya lima belas menit bagi pasukan bantuan untuk tiba di sana. Para tentara bayaran yang telah meminum pil melompat ke tembok kota dan membunuh para prajurit yang berjaga satu per satu, dan Lehmann membuka pintu kota itu.. Lehmann tidak menyadari bahwa ada pintu samping di sebelah tembok kota dalam gelap, dan dua orang prajurit keluar dari pintu itu, salah satu dari mereka melompat ke arah Lehmann sambil melayangkan palu besi ke arahnya.     

Untuk memudahkan Lehmann mengeluarkan senjatanya, ia menyimpan senjata di pinggangnya dan ia terpaksa hanya bisa menangkis serangan itu dengan tangannya sementara Levin, menghunuskan pedangnya dan menusuk pinggang si prajurit di waktu yang bersamaan. Kekuatan palu besi yang menghantam lengan Lehmann sedikit berkurang, tetapi masih meninggalkan bekas penyok pada lengan baju zirahnya.     

Lehmann tidak merasakan sakit pada saat itu, hanya setelah memenangkan gerbang kota ia menyadari bahwa ia hampir tidak bisa menggerakan lengan kanannya. Lehmann menyadari bahwa lengannya bengkak seperti pin bola boling setelah ia melepaskan baju zirahnya.     

"Kuharap ada ramuan penghilang rasa sakit di gereja," kata Levin, "Gereja selalu punya beberapa barang aneh dan ajaib."     

"Seperti pil yang kita minum," kesatria lain yang bernama Duane, datang dan berkata sambil tersenyum.     

[Dua orang tewas dalam serangan tadi malam dari tiga belas orang kesatria dan satu orang terluka parah dan saat ini kesatria itu sedang berbaring di perkemahan sambil mengerang. Kesatria itu mungkin tidak akan bertahan sampai malam ini. Kekurangan satu orang masih dapat diterima,"] Lehmann berpikir, [sekarang setelah pasukanku memasuki kota, benteng ini sudah berada dalam kekuasaanku sepenuhnya.]     

Setelah beberapa saat, mereka masuk ke pintu gereja dan sudah ada pasukan yang terdiri dari seratus orang pasukan yang sedang menunggu perintah. Mereka semua tampak bersemangat ketika melihat Lehmann.     

"Bagikan pil itu kepada mereka." Lehmann turun dari kudanya dan berjalan ke tangga menuju aula utama bersama pasukannya setelah semua prajurit menerima pil masing-masing.     

"Berhenti!" dua orang jemaat yang sedang berjaga-jaga di gereja berteriak, "senjata tidak diizinkan masuk ke tempat suci!"     

Levin mengeluarkan senjatanya dan memberikan pedangnya dengan kedua tangan. "Baiklah. Aku akan memberikan senjata ini kepadamu sekarang, oke?" Tiba-tiba Levin langsung menghunuskan pedangnya ketika jemaat itu hendak mengambil pedangnya, dan kedua lengan jemaat itu putus dan jatuh ke lantai.     

"Ah …" Sebelum jemaat itu bisa berteriak, Levin langsung menusukkan ujung pedangnya ke tenggorokan jemaat itu.     

Nama julukan Levin adalah Si "Perisai", namun, julukan itu tidak cocok dengan keterampilan pedangnya yang terbilang cepat.     

Tenggorokan jemaat yang satu lagi juga telah ditebas oleh Duane. Lehmann menendang pintu gereja hingga terbuka dan berjalan ke aula gereja tanpa ekspresi.     

"Siapa kamu?" Seorang pria paruh baya yang mengenakan jubah pendeta dengan warna putih bergaris biru, berjalan ke arah mereka. Melihat pedang yang berlumuran darah, pendeta itu tidak menunjukkan rasa takut. "Berani-beraninya kamu masuk ke gereja! Jemaatku, tangkap mereka!"     

Lehmann mencibir. Sebagian besar jemaat bersembunyi di rumah dan hanya ada dua puluh atau tiga puluh orang jemaat yang tinggal di gereja. Hanya ada jalan buntu bagi mereka dalam menghadapi para kesatria yang telah bertarung dalam ratusan peperangan.     

Duane tidak menunggu perintah Lehmann. Duane menghunus pedangnya dan bergegas menuju para jemaat. Prajurit lainnya dengan cepat mengikuti Duane dan gereja tiba-tiba berada dalam kekacauan. Melihat situasi ini, sang pendeta berteriak, "Jemaatku, ambil pil-pil itu dan biarkan Tuhan memberi kita kekuatan untuk mengalahkan gerombolan ini!"     

Tebakan Raja Timothy memang benar dan Lehmann merasa senang. Pil itu benar-benar ada di sini! Mata para jemaat berubah merah dan urat nadi berwarna biru nampak di wajah mereka. Manusia biasa dapat mengatasi keterbatasan tubuh manusia baik dalam kekuatan maupun kecepatan, dan gerakan mereka lebih sulit dihadapi dalam ruangan kecil seperti ini ketika pilnya mulai bereaksi. [Sayangnya, kalian bukan satu-satunya orang yang memiliki pil itu,] pikir Lehmann, [kalian akan merasakan hasil kekuatan pil itu sendiri.]     

"Keluar dari gereja!" teriak Lehmann. "Pasukan, gempur musuh kita!"     

Pasukan di belakang Lehmann dengan cepat menelan pil dua warna setelah mendengar teriakannya dan melawan para jemaat itu. Pendeta itu terbelalak dan berkata, "Mengapa kamu juga mempunyai …. !"     

"Obat Suci ini?" Lehmann berjalan mengelilingi sekelompok jemaat dan mendekati pendeta itu sambil memegang pedang di tangannya. "Pil ini adalah pemberian dari gereja. Jika kamu tidak menentang kami, Yang Mulia Timothy mungkin akan memerintah seluruh Kerajaan Graycastle."     

"Yang Mulia Timothy?" pendeta itu menatap Lehmann dan berkata, "kamu adalah orang Timothy …."     

Suara pendeta itu tiba-tiba berhenti, dan pedang di tangan Lehmann sudah menembus dadanya.     

Peperangan itu cepat berakhir dan ada lebih dari dua puluh orang jemaat yang terbunuh, mayat-mayat mereka bergelimpangan di lantai. Setelah khasiat pil itu memudar, pasukan Lehmann terengah-engah dan duduk di samping mayat-mayat tanpa menghiraukan darah mereka yang bercucuran.     

Lehmann menyadari bahwa lengannya terasa semakin berat, dan ia bisa merasakan rasa sakit yang membakar di lengannya. Kadang-kadang Lehmann juga ingin menelan pil berwarna hitam untuk menghapus rasa lelah dan rasa sakit, tetapi ia mengurungkan niatnya setiap kali ia melihat hasil akhir yang terjadi bagi para peminum pil hitam.     

Lehmann memiliki pemahaman tentang dua pil yang dijual oleh gereja. Untuk orang yang sehat, pil hanya boleh diminum tiga kali. Pertama kali minum khasiatnya akan berlangsung sekitar lima belas menit, kemudian durasinya akan menjadi lebih pendek dan membuat ketergantungan bagi si peminum pil itu. Jika pil tidak diminum lagi untuk waktu yang lama, stamina tubuh secara bertahap akan berkurang sampai orang itu mati.     

Memikirkan khasiat pil ini, Lehmann telah mengumpulkan pasukannya untuk meminum pil sebelum berangkat ke Benteng Longsong agar mereka menuruti perintahnya. Pil ini akan mengubah seorang petani lemah menjadi seperti binatang yang haus darah. Ini adalah kedua kalinya seratus orang prajuritnya meminum pil itu dan mereka hanya memiliki kesempatan satu kali lagi.     

Namun … setelah tiga kali berturut-turut mengkonsumsi pil itu, khasiatnya hanya akan membantu mengurangi rasa sakit tetapi tidak dapat membalikkan proses penyembuhan. Dengan kata lain, kondisi si peminum pil sebenarnya sudah sekarat. Tentu saja, Lehmann tidak akan membagikan informasi ini kepada pasukannya.     

Tidak diragukan lagi bahwa pil dua warna adalah suatu bentuk konspirasi gereja. Yang Mulia Timothy mengetahui hal ini dengan jelas dan melarang para kesatrianya untuk meminum pil itu. Namun, pil ini juga merupakan senjata yang akan menyatukan seluruh kerajaan, atau mungkin … menyatukan kepentingan tertentu. Yang Mulia Timothy tidak akan bisa mengalahkan pasukan Garcia Wimbledon, yang memiliki pil yang sama, tanpa menggunakan pil itu.     

Ketika Yang Mulia Timothy pertama kali menyebutkan masalah ini, Lehmann merasa tidak percaya, karena ia tidak dapat memahami mengapa gereja ingin mendukung kedua pewaris kerajaan untuk saling memperebutkan takhta. Namun, serangkaian kejadian buruk telah membuat Lehmann setuju dengan keputusan Yang Mulia Timothy. Lehmann yakin setelah melihat pil di gereja hari ini - gereja tidak berencana untuk membantu kedua pewaris kerajaan untuk naik takhta, tetapi gereja ingin menguasai seluruh Kerajaan Graycastle.     

"Pil-pil itu ditemukan di ruang bawah tanah, ada empat kotak besar, dan totalnya ada ribuan pil." Setelah gereja digeledah dengan saksama, Levin melaporkan, "Ada emas, perhiasan, dan kain sutra yang disumbangkan oleh para jemaat."     

"Ambil apa yang bisa kita ambil dan bakar sisanya," perintah Lehmann. "Lagi pula, semua serangan ini terjadi karena ulah Roland Wimbledon, kita hanya membantu gereja untuk meredakan pemberontakan."     

Karena pil-pil itu hanya dapat diproduksi oleh gereja, belum waktunya untuk memutuskan hubungan dengan gereja, dan melimpahkan kesalahan kepada Roland Wimbledon, karena ia tidak memiliki saksi dari pembantaian di benteng ini. Yang Mulia Timothy sedang berada di utara untuk meredam kecurigaan gereja untuk menciptakan kesan bahwa Timothy memihak kepada gereja, dengan hanya mengirim beberapa orang kesatria untuk merekrut sejumlah besar pasukan untuk menaklukan Wilayah Barat.     

Sekarang gereja sedang memfokuskan seluruh kekuatan mereka untuk menaklukan Kerajaan Hati Serigala, dan mengabaikan situasi yang terjadi di Benteng Longsong. Oleh karena itu, diperlukan penyatuan Kerajaan Graycastle secepat mungkin untuk menarik kekuatan untuk melawan serangan gereja - Yang Mulia Timothy yakin bahwa gereja akan segera menyerang Kerajaan Graycastle dan ia perlu menyimpan dan mengumpulkan pil sebanyak mungkin sebelum gereja menyerang. Pada saat yang sama, Yang Mulia Timothy juga memerintahkan Bengkel Kimia di Kota Raja untuk mempelajari komposisi pil itu agar bisa membuat tiruannya secepat mungkin.     

Sekarang setelah pasukan Lehmann berhasil menguasai semua pil-pil ini, ia masih punya satu tugas terakhir — ia harus membinasakan Roland Wimbledon.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.