Bebaskan Penyihir Itu

Serangan Pertama Yang Tidak Terduga



Serangan Pertama Yang Tidak Terduga

1Tiga hari telah berlalu dengan cepat, dan garis pertahanan sudah selesai dibangun.      1

Roland berdiri di sebuah menara tinggi di belakang medan perang untuk menyemangati semua prajurit Tentara Pertama seolah-olah Roland turut pergi ke medan perang, sama seperti ketika mereka berperang melawan binatang iblis.     

Karena tugas khusus yang diberikan padanya, Nightingale menyelinap ke medan perang bersama dengan Gema, dan Anna mengambil posisi Nightingale untuk melindungi Roland.     

Roland juga mengenakan baju zirah, dengan dua buah revolver yang terikat di pinggangnya. Jika garis pertahanan tidak bisa ditembus oleh pasukan musuh, musuh tidak bisa menyerang dirinya semudah itu.     

"Musuh berjarak sekitar sepuluh kilometer dari sini." Maggie berubah menjadi seekor merpati gemuk dan mendarat di bahu Roland.     

"Bagus. Teruslah memantau situasi." Roland mengeluarkan sepotong daging dari sakunya dan menyerahkannya kepada Maggie, Maggie mematuk daging itu, lalu ia terbang ke arah timur.     

Dengan pengintaian yang dilakukan Kilat dan Maggie, Roland bisa mengetahui pergerakan musuh dengan jelas, sehingga ia bisa dengan mudah mengatur medan pertempuran.     

Untuk menghadapi para prajurit yang sudah meminum pil itu, garis pertahanan yang dibuat Roland tampak tidak cukup aman menurut pengamatan Kilat. Ratusan orang yang membawa tombak yang paling membuat Roland gelisah. Jika tidak salah, kemungkinan musuh akan menyerang terlebih dahulu untuk memancing pasukan Roland.     

Biasanya, jangkauan lemparan tombak tidak lebih dari lima puluh meter, tetapi itu jika lemparannya dilakukan oleh orang biasa. Dan Roland tidak mengetahui secara pasti seberapa jauh pasukan musuh bisa melempar tombak setelah meminum pil. Jika jaraknya lebih dari seratus meter, maka itu merupakan sebuah ancaman bagi Pasukan Senjata Api. Jadi Roland memilih untuk meletakkan sejumlah bunker dan menerapkan taktik dengan membangun garis pertahanan yang tidak dapat dilewati, dengan tembok yang menutupi parit dan juga senjata api untuk memblokir jalan.     

Jika semennya cukup banyak, lebih mudah untuk membangun bunker daripada membangun temboknya. Meskipun bunker itu agak rapuh secara struktur, jika pasukan musuh tidak menggunakan senjata berat, bunker itu adalah sebuah benteng yang tidak bisa dihancurkan dengan mudah.     

Sepuluh buah bunker diatur dalam formasi berlian di kedua sisi jalan untuk membentuk busur. Setiap bunker diisi dengan dua puluh empat tentara, setengahnya adalah veteran[1], dan setengahnya lagi adalah anggota baru. Para veteran yang terampil bertanggung jawab atas penembakan, sementara anggota baru bertanggung jawab untuk mengisi amunisi. Soraya juga melukis "ilusi optik" untuk bunkernya. Jika dilihat dari kejauhan, bunker dan lingkungan di sekitarnya terlihat hampir sama, sulit untuk membedakan mana bunker yang asli.     

Di bagian belakang ada pasukan artileri, dan dua puluh meriam sudah ditempatkan berjajar. Perintah untuk menembak meriam masih sama seperti sebelumnya, dengan sudut meriam yang harus disesuaikan dan amunisi yang dimuat ke laras sesuai dengan instruksi dari Kilat.     

Ada juga pasukan cadangan yang berjaga di sekeliling posisi pertahanan, yang berjumlah sekitar seratus orang, mereka sudah dilengkapi dengan senjata api, yang digunakan untuk melindungi pasukan artileri dan juga Yang Mulia dari belakang.     

Melihat para prajurit bersemangat, Roland merasa sedikit terharu. Orang-orang yang awalnya bergabung menjadi pasukan karena mengharapkan jatah telur goreng telah memikul tanggung jawab untuk mempertahankan rumah mereka setelah mengalami pertempuran bersama melawan binatang iblis.     

"Yang Mulia, musuh berjarak dua kilometer dari sini." Kilat terbang kembali untuk melaporkan.     

"Baiklah, sudah waktunya bagi Maggie untuk memantau situasi. Kamu dapat mengirim sinyal untuk pasukan artileri dari atas hutan." Roland menoleh kepada Carter dan berkata, "Aku perintahkan semua anggota Tentara Pertama untuk bersiap menghadapi pertempuran. Bersiaplah untuk menghadapi serangan musuh!"     

"Baik, Yang Mulia!" kata Carter sambil memberi hormat.     

*******************     

Lehmann merasa tangan kanannya semakin berat.     

Dua hari yang lalu, masih ada rasa sakit seperti terbakar di tangannya, tetapi sekarang lengannya sudah mati rasa. Baju zirahnya tidak bisa lagi menahan lengannya yang semakin membengkak, dan di kulitnya terdapat warna merah dan hitam di bagian yang terkena hantaman palu waktu itu. Kulitnya tampak seperti terkena lapisan minyak mengkilap, dan terlihat sedikit transparan.     

Lehmann pikir tulangnya mungkin patah, dan lengannya terpaksa dipotong jika tidak segera mendapat perawatan. Obat penahan sakit yang ditemukan di gereja bisa menghilangkan rasa sakitnya, tetapi tidak bisa membuat tulangnya kembali menyambung. Lehmann memutuskan ia akan kembali ke Kota Raja segera setelah menyelesaikan pertempuran ini. Ahli pengobatan dan ahli kimia terbaik ada di sana, dan mereka mungkin dapat menyembuhkan cederanya yang parah.     

"Tuan Lehmann, apakah lengan Anda baik-baik saja?" Levin bertanya dengan cemas.     

"Lenganku hanya sedikit terlihat mengkhawatirkan." sahut Lehmann sambil pura-pura tidak peduli. "Kita tidak perlu ikut menyerang Kota Perbatasan. Kita hanya perlu berjaga-jaga dari sini."     

"Kuharap rasa sakit di lenganmu tidak membuat kepalamu pusing." kata Duane sambil tertawa. "Apakah kamu tahu strategi untuk menyerang Kota Perbatasan?"     

Nada bicara Duane membuat Lehmann sedikit tersinggung, tetapi sekarang bukan saatnya untuk mengurusi hal-hal kecil seperti ini. "Menurut informasi dari Keluarga Rusa Besar dan Keluarga Hati Serigala, Kota Perbatasan mengandalkan senjata jarak jauh untuk melawan para kesatria. Senjata itu bisa menyerang sebelum para kesatria bergerak maju, disertai api dan suara berdesing yang kencang, senjata itu mirip busur panah raksasa, dan peluncuran pelurunya jauh lebih cepat daripada serangan anak panah."     

"Dengan kata lain, meskipun senjata itu kuat, tetap saja tidak bisa menembak secara terus menerus, bukan?" Levin langsung menangkap intinya.     

"Benar, semakin cepat kita mendekati garis pertahanan musuh, semakin sedikit kita akan diserang." Lehmann mengangguk. "Sejauh yang aku tahu, jumlah pasukan juga penting. Pasukan aliansi Adipati Ryan dan para kesatria itu berjumlah tidak lebih dari dua ratus orang. Hanya satu langkah lagi untuk menembus garis pertahanan musuh, dan pasukan kita memiliki seribu lima ratus orang. Kecepatan serangan para prajurit setelah meminum pil ini akan lebih cepat daripada kuda, sehingga hasilnya pasti akan sangat berbeda dari serangan yang dilakukan pasukan Adipati Ryan."     

"Atau serangan ini sebenarnya juga tidak perlu dilakukan." Duane menyanggah perkataan Lehmann. "Roland Wimbledon mungkin saja masih menunggu di istana untuk menunggu utusan tiba di sana, kita hanya perlu pergi ke istana itu dan memotong kepalanya."     

"Tidak, Roland pasti sudah menyadari kedatangan kita," kata Lehmann, "Tidakkah kamu melihat bahwa kita belum bertemu rombongan kereta pedagang selama tiga hari ini? Jika seorang pedagang melihat pasukan dalam jumlah besar, ia bisa memilih untuk tetap tinggal atau kembali ke Benteng Longsong, jadi itu tidak aneh. Tetapi yang aneh adalah kita tidak bertemu rombongan pedagang dari Kota Perbatasan, itu berarti pangeran telah memblokir jalur perbatasan."     

"Sekarang kamu mengerti mengapa Yang Mulia Timothy memilih Tuan Lehmann sebagai kapten kita, daripada kamu?" kata Levin sambil menertawakan Duane.     

"Baiklah, sepertinya otakmu masih bekerja dengan baik." sahut Duane sambil mengangkat bahu. "Dengan begini, daripada hanya sekedar membunuh sang pangeran, membunuh orang-orang yang berani menentang Yang Mulia Timothy akan terasa lebih menantang."     

"Tuan Lehmann, ada pasukan dan kuda-kuda dari Kota Perbatasan di bagian depan," kesatria yang bertanggung jawab untuk mengawasi keadaan melaporkan.     

"Ayo, mari kita periksa." Lehmann memacu kudanya ke depan. Pada saat itu, istana Roland masih terlihat samar. Di ujung jalan, ada bayangan yang bergerak. Lehmann mengambil teleskop untuk mengamati garis pertahanan musuh dengan hati-hati. "Benda-benda beroda itu pasti senjata yang disebutkan oleh mata-mata sebagai senjata serangan jarak jauh, tetapi jumlah pasukan mereka terlihat jauh lebih banyak."     

"Apakah kita semua harus menyerang mereka bersama-sama?" Levin bertanya.     

"Jalan ini sangat sempit sehingga tidak bisa memuat semua prajurit." Lehmann melihat ke sisi kanan hutan. "Tidak apa-apa jika kita berpencar dan membagi beberapa pasukan ke dalam hutan. Tidak masalah jika kamu membutuhkan waktu lama untuk mencapai istana. Jika kamu bisa menyerang dari samping, garis pertahanan mereka tidak bisa bertahan untuk waktu yang lama."     

Ketika Lehmann siap memberikan perintah untuk menyerang, matanya tiba-tiba menangkap suatu bayangan putih.     

Lehmann terkejut. [Apakah itu … ilusi yang disebabkan oleh rasa sakit karena lengannya yang patah?] Ketika Lehman berbalik, ia melihat seorang wanita. Wanita itu mengenakan kerudung, dan mengenakan jubah putih. Sebelum wanita itu membuka mulutnya, api tiba-tiba muncul dari tangannya.     

Lehmann merasa seolah-olah kepalanya dipukul dengan palu, dan sekelilingnya menjadi gelap.     

[1] Bekas prajurit     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.