Bebaskan Penyihir Itu

Bagian Barat di Wilayah Barat



Bagian Barat di Wilayah Barat

0Kilat mengeluarkan 'bekal petualangan' yang ia bawa dan memeriksa perbekalannya sekali lagi.      1

Batu api, bubuk rabuk[1], perban, belati, peta, dan sekantung makanan kering serta abon sapi.     

"Bagaimana dengan perbekalanmu?" tanya Kilat kepada Maggie. "Periksa kembali perbekalanmu."     

"Baiklah!"     

Maggie memasukkan tangannya ke dalam kantungnya. Kantung kain itu biasanya disembunyikan di balik bulu-bulunya yang halus. Sulit untuk menebak berapa banyak barang yang bisa masuk ke dalam bulunya, dan pakaian-pakaian dan kantung itu akan langsung menghilang setelah Maggie berubah menjadi seekor burung. Tampaknya beban bawaan itu tidak banyak mempengaruhi kemampuan terbang Maggie dibandingkan dengan kemampuan terbang Kilat yang dibatasi oleh beban berat. Dan, bukti lainnya adalah Maggie bisa mengeluarkan lebih banyak barang daripada Kilat.     

Ada tumpukan makanan yang dikeluarkan Maggie di hadapan Kilat, yaitu daging kering, abon sapi, paha ayam, irisan ikan, telur, dan lain-lain.     

"Ya ampun," kata Kilat, "kita akan pergi berpetualang, bukan hendak mengadakan pesta barbekyu. Setidaknya kamu harus membawa sebuah senjata."     

"Aku sudah membawa sebuah senjata!" jawab Maggie sambil menyentuh paruhnya.     

"Apakah kamu mengatakan bahwa paruh kamu itu adalah sebuah senjata?" kata Kilat sambil menghela nafas. "Aku heran bagaimana caramu mematuk baju zirah besi jika kamu berhadapan dengan Pasukan Penghakiman yang seluruh tubuhnya ditutupi dengan besi! Yah, sudahlah … lagi pula, kita hanya pergi satu hari, seharusnya kita akan baik-baik saja. Mari kita pergi."     

"Oh! Baiklah!" Maggie tiba-tiba berubah menjadi seekor burung merpati sambil berlari-lari kecil sebanyak dua langkah dan terbang rendah sejenak sebelum akhirnya ia bisa terbang lebih tinggi.     

Uh, mungkin bobot barang bawaannya juga berpengaruh pada Maggie.     

Kilat memakai kacamata anti anginnya dan melompat ke udara, dan ia sudah langsung terbang mendahului Maggie.     

Kilat ingat ketika pertama kali ia bertemu dengan Maggie saat ia sedang mengejarnya di hutan bagian barat. Meskipun merpati yang gemuk itu tidak bisa melarikan diri dari Kilat dengan mudah, tetapi setidaknya butuh banyak upaya sebelum akhirnya Kilat bisa menangkap Maggie. Melihat Maggie sekarang, ia mungkin akan tertangkap dalam sekejap oleh Kilat.     

Maggie tidak boleh terbang seperti itu terus. Kilat sangat jarang bisa menemukan rekan yang sama-sama bisa terbang, dan ia harus bergantung pada Maggie untuk membawa alat-alat petualangan nantinya. Kilat berpikir, [Sepertinya Maggie perlu berlatih sedikit.]     

"Aku ingin bertanya!"     

Kilat memperlambat kecepatan terbangnya, lalu ia terbang berdampingan dengan Maggie. "Bicaralah yang jelas!"     

"Aku ingin bertanya ke mana kita akan berpetualang?" tanya Maggie sambil membuka paruhnya.     

"Kita akan pergi ke sisi barat Hutan Berkabut, aku ingin melihat seberapa luas hutan itu." jawab Kilat sambil membuka peta dan menunjuk ke area berwarna putih di sisi barat. "Dan, aku akan mengisi kolom tabelnya sekaligus dan mungkin juga, kita akan dapat melihat dari mana pangkal Sungai Air Merah berasal."     

Setelah Maggie kembali dari Fjords, Kilat segera mempersiapkan petualangan mereka ke Hutan Berkabut. Kali ini, Yang Mulia tidak akan menentukan ke mana rute penerbangan mereka selama latihan bebas. Dan sesungguhnya Kilat menyimpan suatu rahasia dari Maggie, yaitu ia tidak berani menjelajahi Hutan Berkabut seorang diri lagi sejak kejadian tempo hari.     

Kejadian itu adalah hal yang memalukan bagi seorang penjelajah seperti Kilat.     

Namun, Kilat tidak bisa menyangkal dirinya sendiri bahwa petualangan ke menara batu di hutan itu telah membuat dirinya merasa takut akan hutan yang lebat. Kilat tidak bisa menahan rasa takutnya dan ia ingin segera melarikan diri saat ia membayangkan monster mengerikan yang mungkin masih bersembunyi di suatu tempat di hutan itu.     

Untungnya, Kilat adalah putri dari seorang penjelajah paling hebat.     

Guntur mengajarkan kepada Kilat bahwa cara untuk mengatasi rasa takut adalah dengan mendekati sumber rasa takut itu secara perlahan, mengamatinya, memahaminya, dan akhirnya Kilat akan menyadari bahwa 'rasa takut' itu sendiri tidak terlalu menakutkan seperti yang ia pikirkan.     

Rasa takut itu sebenarnya berasal dari hati.     

Petualangan ke Hutan Berkabut ini adalah salah satu percobaan uji nyali yang hendak dilakukan Kilat, dan setidaknya ia merasa lebih berani jika ada Maggie yang menemani dirinya. Rute yang Kilat pilih juga sangat aman, ia memilih terbang ke arah barat di sepanjang Sungai Air Merah dan tidak terbang ke dalam hutan, jadi tidak mungkin ia akan bertemu iblis. Setelah terbang melalui rute ini, Kilat akan mencoba terbang sendiri lagi lain kali. Kilat yakin bahwa suatu hari nanti, ia dapat menyelesaikan gambar pembuatan peta wilayah barat seluruhnya, dan sekali lagi ia akan masuk ke menara batu dan mengungkap rahasia mengenai Kota Suci Taquila.     

…     

Kilat mengendalikan kecepatan terbangnya sekitar enam puluh kilometer per jam selama perjalanan. Sekarang Kilat sudah bisa mengatur kecepatan terbangnya secara akurat dengan mengendalikan kekuatan sihir yang ia keluarkan, dan ia bisa terus terbang sepanjang hari jika ia mengontrol kekuatan sihir yang ia keluarkan.     

Metode terbang di sepanjang tepi sungai dan hutan lebih mudah dilakukan bagi Kilat. Seluruh pemandangan hutan yang ia lewati berwarna hijau gelap, dan ia tidak bisa menentukan arah dan tinggi pepohonan di hutan karena suasananya di dalam hutan itu gelap dan mencekam dibandingkan dengan petualangan mencari menara batu waktu itu. Ketakutan Kilat berangsur-angsur memudar berkat Maggie yang terus berbicara tanpa henti di sepanjang perjalanan.     

"Lihat, ada gunung di depan kita!"     

Kilat juga melihat gunung raksasa yang disebut Maggie. Meskipun letak gunung itu masih jauh, gunung berwarna abu-abu itu sudah kelihatan menjulang tinggi. Di waktu yang bersamaan, daerah perbukitan di tepi sungai berubah dengan drastis, dan gunung-gunung yang menghadap ke laut tampak seperti daratan yang tertutup. Semakin dekat ke Sungai Air Merah, Kilat dan Maggie semakin dekat dengan tujuan mereka.     

"Gunung ini terlalu besar." kata Kilat. Siluet gunung itu terlihat semakin lama semakin jelas. Puncak gunung itu berwarna putih dan tampak seolah-olah menyentuh awan, meskipun gunung itu tidak seperti Pegunungan Tak Terjangkau yang terbentang sepanjang ribuan kilometer. Bicara soal ketinggian gunung, gunung raksasa yang dilihat Klilat dan Maggie tingginya tiga atau empat kali lebih tinggi dari Pegunungan Tak Terjangkau. Bukit-bukit di sisi selatan gunung tampak kecil dan pangkal sumber air Sungai Air Merah berasal dari gunung raksasa yang luar biasa ini.     

"Kita sudah berada di ujung Hutan Berkabut!" kata Maggie dengan penuh semangat.     

Area berwarna hijau gelap di bawah mereka sudah berakhir. Setelah itu tampak hamparan padang rumput yang berwarna hijau muda. Namun, jika dilihat kembali dengan saksama, ada suasana gelap yang melingkupi area kaki gunung.     

"Mari kita turun dan melihat-lihat." kata Kilat sambil terbang menukik. Kilat langsung menyadari bahwa area gelap di sekitar kaki gunung itu adalah tanah berbatu dan batu-batunya berwarna hitam.     

"Apa ini?" tanya Maggie sambil mematuk bebatuan itu dua kali. "Sepertinya ini tidak bisa dimakan!"     

"Tentu saja batu ini tidak bisa dimakan." sahut Kilat sambil mengambil sebongkah batu hitam dan dengan hati-hati ia mengamati batu itu, yang tampak keras dan kaku, dan meskipun batu itu berwarna hitam, batu itu memancarkan kilau seperti logam jika dilihat di bawah sinar matahari. Batu hitam itu tersebar di mana-mana, bercampur dengan tanah. Tanah itu tampak tenggelam dalam lautan tinta pekat jika dilihat sekilas "Batu ini mungkin semacam bijih besi. Mari kita bawa dua buah supaya Yang Mulia bisa memeriksanya."     

Tugas berikutnya adalah menggambar. Kilat kembali terbang ke atas dan mulai mengamati medan di sekelilingnya dengan cermat.     

Kilat dan Maggie menghabiskan waktu sepanjang pagi terbang dari Kota Perbatasan ke kaki gunung raksasa ini yang berarti jaraknya sekitar dua ratus empat puluh kilometer dari Kota Perbatasan, dan jarak itu juga lebih jauh dari perjalanan menuju ke Benteng Longsong. Dan gunung ini … Kilat tiba-tiba mendapatkan sebuah ide. [Apa yang ada di balik gunung raksasa ini? Apakah di belakang gunung ini terdapat hutan yang lebat, atau ada hamparan bukit dan pegunungan lagi?]     

Setelah rasa takut yang dirasakan Kilat mulai berangsur menghilang, sulit untuk menahan diri untuk tidak segera melaksanakan ide yang terlintas di pikirannya.     

Tentu saja ada berbagai macam kesulitan jika Kilat ingin melihat ada apa di balik gunung raksasa ini dan nyalinya juga langsung menciut hanya dengan melihat puncak gunung yang berwarna putih itu. Namun, ada cara lain yang bisa ditempuh, yaitu dengan terbang di sekitar laut, dan tidak perlu mengitari gunung itu, tetapi mereka hanya perlu terbang miring ke tengah laut, yang akan memungkinkan Kilat dan Maggie untuk melihat sedikit ke belakang gunung raksasa itu.     

Kilat memanggil Maggie dan memperingatkannya agar ia tidak terbang berkeliaran ke mana-mana selagi Kilat memasang kacamata anti angin miliknya, dan tiba-tiba Kilat langsung melaju terbang dengan kecepatan tinggi. Angin yang berhembus kencang meniup rambut pendeknya ke belakang, dan daratan yang semula dilihat Kilat ini lenyap dan berganti dengan lautan yang berwarna biru.     

Kilat samar-samar bisa melihat ke belakang gunung setelah terbang selama setengah jam. Tampaknya gunung raksasa ini masih memiliki hamparan gunung lain yang mengisolasi lautan dan daratan di belakangnya, tetapi pemandangan selanjutnya yang dilihat Kilat langsung membuat dirinya merinding.     

Di kejauhan ada lapisan kabut berwarna cokelat kemerahan yang menutupi pegunungan, kabut itu tampak begitu tebal. Dan kabut itu menyebar sampai ke arah barat dan tampak tidak ada habisnya.     

[1] Untuk bahan menyalakan api     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.