Bebaskan Penyihir Itu

Sang Iblis



Sang Iblis

0Situasinya langsung berbalik setelah Maggie membawa Nightingale di punggungnya untuk kembali bertempur melawan iblis.     2

Iblis itu meraung dengan marah dan terpaksa berhenti mengejar Kilat. Binatang hibrida iblis itu berbalik dan menukik lurus ke arah Maggie. Lengan iblis yang belum normal sepenuhnya sekali lagi terangkat sambil memegang tombak dan dengan cepat membesar, kulitnya retak dan darahnya menyembur keluar dari lengannya.     

Lemparan tombaknya itu masih kuat, namun, tombak yang dilemparkan ini tidak sekuat lemparan yang sebelumnya, setidaknya Nightingale masih bisa menangkap tombak yang sedang melesat itu.     

"Maggie!" Nightingale menepuk punggung Maggie, ia membuka Kabut, dan melangkah masuk ke dalamnya.     

"Owh … Aku mengerti!" Tubuh Maggie dengan cepat berubah menjadi seekor burung merpati lagi.     

Karena Maggie tiba-tiba berubah menjadi burung merpati, lemparan tombak itu meleset dan melewati Maggie dan Nightingale, membuat suara berdesing dan akhirnya jatuh ke laut.     

Lalu, Nightingale muncul dari dalam Kabut dan kembali ke punggung Maggie yang sudah berubah menjadi binatang raksasa lagi. Seluruh gerakan untuk menghindari serangan itu berjalan dengan lancar.     

Iblis itu melolong kesakitan, dan lengannya menyusut ke dalam tubuhnya, dan bahkan mulai rontok sedikit demi sedikit, seperti kulit kayu yang kering. Namun, tangan kirinya masih memegang tali kekang dan iblis itu masih bisa mengendalikan tunggangannya untuk menabrakkan diri ke arah Nightingale dan Maggie seolah-olah iblis itu ingin membunuh mereka berdua bersama dengan dirinya sendiri.     

Tentu saja Maggie tidak akan melakukan apa yang diinginkan iblis itu. Maggie tiba-tiba menukik turun dan terbang melewati musuh ketika mereka hendak bertabrakan. Ketika Maggie mengembalikan keseimbangannya, Nightingale yang berada di punggungnya telah menghilang.     

Lalu Nightingale tiba-tiba muncul di belakang iblis itu seperti sesosok hantu.     

Iblis itu berusaha melepaskan diri dari tali kekang yang melilit tubuhnya, dan Nightingale juga tidak memberi iblis itu kesempatan untuk membebaskan diri.     

Nightingale menarik pelatuk revolvernya dan menembak iblis itu berkali-kali dengan murka.     

Tembakan Nightingale kali ini tidak hanya memecahkan tabung yang ada di punggung iblis itu tetapi peluru Nightingale juga menembus dadanya. Iblis itu dengan keras meraung-raung, dan jatuh ke dalam Kabut berwarna merah.     

Akhirnya, binatang iblis yang kehilangan tuannya itu juga berhasil dikalahkan oleh Kilat. Binatang iblis itu jatuh ke dalam laut dan segera ditelan ombak.     

Akhirnya Pemantau Awan mendarat perlahan-lahan di tepi pantai.     

"Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" Nightingale menatap Anna dengan panik, Anna mungkin adalah satu-satunya orang yang tetap tenang sampai saat ini.     

"Kita sudah lama tertahan di sini. Balon udara ini baru akan sampai di Kota Perbatasan pada waktu tengah malam bahkan meski kita terus terbang sepanjang malam," Anna perlahan berkata, "Yang Mulia harus dibawa oleh Kilat dan Maggie dan berangkat terlebih dahulu sebelum kita."     

"Tidak masalah, owh!" jawab Maggie sambil membuka paruhnya yang besar.     

"Aku … juga tidak masalah. Serahkan saja tugas ini kepada kami." Kilat tampak agak murung. Kilat mungkin merasa tidak enak bahwa sebagai seorang penjelajah, ternyata ia takut bertarung dengan musuh yang membuat semua orang mendapat kesulitan.     

Nightingale menepuk-nepuk kepala Kilat sambil berkata, "Tidak ada orang yang terlahir hebat. Itu bukan salahmu."     

Para penyihir mengikat Roland yang tidak sadarkan diri di punggung Maggie, dan lengan Yang Mulia yang terputus itu akan dibawa oleh Kilat. Maggie dan Kilat dengan cepat terbang ke langit menuju Kota Perbatasan di sepanjang Sungai Air Merah.     

"Bagaimana dengan kita?" tanya Wendy, "Kekuatan sihirku sudah hampir habis."     

"Kita harus terus terbang, dan kita harus terbang sejauh yang kita bisa. Iblis itu dapat mengirim pasukan kedua untuk mencari kita, dan posisi kita terlalu dekat dari gunung salju di sini. Kita harus pergi dari sini secepat mungkin," kata Anna, "Kita akan menemukan tempat untuk berkemah setelah kita menemukan tempat yang aman."     

Keputusan Anna disambut dengan suara bulat oleh para penyihir lainnya.     

Pemantau Awan naik ke langit lagi, dan kini hanya ada lima orang yang tersisa di dalam keranjang.     

"Bagaimana iblis itu bisa mengetahui keberadaan kita?" Soraya berkata dengan bingung, "Balon udara dan keranjang ini sudah di cat dengan kamuflase seperti warna langit, dan sulit untuk membedakan mana yang asli dari ketinggian lebih dari dua ribu meter bahkan meski musuh menggunakan teleskop."     

"Ada satu Iblis Raksasa." Jawab Sylvie sambil mengerutkan kening. "Iblis itu berjongkok di puncak menara hitam dengan ukuran kepala yang lebih besar dari tubuhnya dan tubuhnya juga ditutupi dengan ribuan mata yang tidak terhitung jumlahnya. Aku hanya melihat sekilas … dan semua mata itu langsung menatapku, kemudian ratusan iblis keluar dari dalam tanah seolah-olah seluruh area di tanah itu sedang mendidih."     

"Apa ada monster seperti itu?" tanya Soraya.     

"Tidak hanya itu, kedua binatang tunggangan iblis itu juga sangat aneh," kata Anna sambil berpikir, "Darah yang menyembur keluar dari tubuh mereka setelah ditembak bukan berwarna hitam tetapi berwarna biru gelap, dan itu benar-benar berbeda dari darah hibrida iblis yang kami temui di Bulan Iblis."     

"Tetap saja mereka mirip dengan iblis," kata Soraya menambahkan, "Aku melihat iblis pertama yang ditembak Nightingale memiliki darah berwarna biru."     

"Apakah mereka itu bukan binatang iblis?" tanya Sylvie.     

"Aku tidak tahu … Namun, untungnya Maggie bisa berubah menjadi seperti binatang hibrida raksasa," kata Wendy dengan menggebu-gebu. "Jika bukan karena Maggie yang menyelamatkan Nightingale, kita mungkin sudah celaka."     

"Kekuatan sihir Maggie sudah berkembang," Nightingale yang sejak tadi diam tiba-tiba berkata, "Aku bisa melihat kekuatan sihir di tubuh Maggie bukan lagi berupa pusaran yang berputar tetapi kini aliran kekuatan sihir Maggie telah berubah menjadi bentuk tetap. Bentuk kekuatan sihir Maggie terlihat seperti sepasang sayap putih jika aku lihat dari dalam Kabut."     

***************     

Kilat memeluk lengan Yang Mulia, ia merasa sangat bersalah.     

Binatang hibrida iblis itu memang tampak beringas tetapi mereka bukannya tidak bisa dikalahkan di udara. Yang Mulia tidak akan terluka parah seperti ini jika Kilat keluar dari keranjang untuk menghentikan serangan musuh sejak awal.     

Maju dan melindungi teman-teman adalah tanggung jawab wajib seorang penjelajah. Ayahnya pasti akan menjadi orang pertama yang memimpin para prajurit untuk menerobos semua bahaya ketika masih bertualang di Kepulauan Fjords. Ayahnya tidak akan pernah mundur meski ia harus melawan para bajak laut atau monster di laut yang dalam.     

Untuk pertama kalinya, Kilat menyadari bahwa untuk menjadi seorang penjelajah yang luar biasa ia masih sangat ketinggalan.     

Namun, Kilat ingat ayahnya juga menyebutkan bahwa rasa takut dapat diselesaikan jika sudah memahami sumbernya dan sudah terbiasa menghadapi rasa takut itu, sementara suatu keterampilan dapat dikuasai melalui pelatihan secara berulang-ulang.     

Kilat bertekad untuk memohon kepada Yang Mulia agar memberikannya sebuah revolver ketika Yang Mulia sudah pulih, dan Kilat akan meminta Nightingale untuk mengajarinya keterampilan menembak dan bertarung.     

"Bagaimana kondisi Yang Mulia?" Gumam Maggie. Suara Maggie terdengar serak dan dalam dibandingkan dengan suara saat ia menjadi burung merpati. Suara Maggie terdengar seperti angin yang berhembus dari dalam gua batu. "Aku bisa merasakan tubuh Yang Mulia semakin dingin."     

Kilat mengepalkan tangannya, ia berbalik, dan mendarat di punggung Maggie.     

Yang Mulia tampak benar-benar seperti sudah meninggal dengan mata terpejam, bibirnya pucat, dan rambut abu-abunya berantakan. Darah di pakaian Yang Mulia sudah mengering, dan luka hitam yang terbakar di lengannya tampak sangat mengerikan. Kilat dengan lembut meletakkan tangannya di leher Yang Mulia, masih ada denyut yang terasa, itu membuktikan bahwa sang pangeran masih hidup tetapi ujung jari Yang Mulia sudah dingin.     

"Berapa banyak kekuatan sihir yang tersisa padamu?" Kilat memperkirakan waktu perjalanan dan ia berkata, "Kita harus terbang dengan kecepatan penuh."     

"Tentu saja, owh!"     

Ketika Maggie dan Kilat tiba di Kota Perbatasan, Kilat sudah merasa kepalanya berputar karena pusing. Kecepatan terbang yang sangat tinggi tidak hanya menghabiskan kekuatan sihir Kilat dengan cepat, tetapi juga merupakan tekanan besar bagi tubuh kecilnya. Kilat menggertakkan giginya dan menggunakan tenaga terakhirnya untuk mendarat di halaman istana, dan ia berteriak kepada para penjaga yang bergegas datang ketika mendengar kedatangan Maggie dan Kilat. "Cepat panggil Nona Nana ke sini! Yang Mulia sedang terluka!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.