Bebaskan Penyihir Itu

Sebuah Mimpi



Sebuah Mimpi

3"Aku mengerti," kata Roland, ia menggendong Anna dan dengan lembut membaringkan gadis itu di tempat tidur. Namun, tindakan sederhana seperti itu saja sudah membuat Roland sulit untuk bernafas. Roland mengangkat selimutnya dan masuk ke tempat tidur sementara Anna mendekat dari samping dan menyandarkan kepalanya di lengan Roland.      0

Langkah selanjutnya adalah melakukan … pemanasan?     

Roland juga menyadari bahwa dirinya sendiri juga jadi gugup. "Aku tidak bisa terus seperti ini. Sebagai seseorang yang lebih 'berpengalaman', aku tidak boleh bertingkah bodoh di depan seorang gadis. Mungkin aku perlu mencairkan ketegangan suasana dengan obrolan sederhana sebelum bertindak lebih jauh, misalnya … melontarkan sebuah lelucon mesum?"     

Ketika Roland sedang berpikir dengan keras, Anna berkata dengan lembut, "Pernahkah kamu berpikir bahwa kamu yang akan mati ketika mendorongku di atas balon udara?"     

Roland terkejut karena ia tidak menyangka Anna akan mengajukan pertanyaan ini. "Aku tidak memikirkan itu, aku hanya melakukannya dengan spontan."     

"Kamu adalah seorang penguasa di Kerajaan Graycastle dan satu-satunya harapan para penyihir," bisik Anna dengan lirih, "Aku tidak layak menerima kebaikanmu."     

"Ini bukan soal layak atau tidak layak," kata Roland sambil terkekeh, "Aku tidak bisa hanya berdiam diri di sana dan melihat kamu diserang begitu saja. Bahkan, aku masih memikirkan kejadian itu setelah aku bangun. Jika aku punya waktu untuk memikirkan tindakan apa yang akan aku lakukan, aku akan tetap melakukan hal yang sama."     

"Aku tidak akan bisa menghentikanmu, bukan?"     

"Yah, tentu tidak." jawab Roland sambil mencubit hidung Anna.     

Mata Anna terpejam dan ia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia berkata. "Maukah kamu menceritakan kepadaku tentang masa kecilmu … aku ingin tahu lebih banyak tentangmu."     

"Hmm, masa kecilku?" Roland menghela napas. Roland berusaha mengingat ingatan pangeran roland yang asli tetapi akhirnya ia berhenti memikirkannya saat ia hendak menceritakan beberapa kisah lucu yang terjadi di istana. Masa kecil Roland tidak berada di zaman ini, tetapi di dunia lain yang benar-benar berbeda. "Aku dulu tinggal di sebuah kota besar dan kota itu benar-benar sebuah kota yang besar."     

"Yah, Kerajaan Graycastle memang jauh lebih besar dari Kota Perbatasan."     

"Aku tidak berbeda dari orang lain pada umumnya, selera humorku bagus tetapi aku tidak terlalu pintar. Aku selalu dipuji oleh guru karena aku belajar dengan giat, namun, guru tidak tahu bahwa coret-coretan yang ada di dinding juga hasil perbuatanku."     

"Tentu saja, Gurumu tidak akan berani menyalahkanmu," kata Anna dengan lembut.     

"Haha, tidak juga, Guru tidak perlu melakukan apa pun kepadaku selama ia bisa mengadu kepada orang tuaku." jawab Roland sambil menggelengkan kepalanya. "Orang tuaku tidak menunjukkan belas kasihan ketika mereka menghukum aku pada saat itu."     

"Setelah itu, guruku terus berganti-ganti seiring bertambahnya usia dari guru sekolah dasar sampai seorang pengajar profesional, dan akhirnya aku berhasil menyelesaikan semua mata pelajaranku dengan nilai pas-pasan. Tentu saja, aku tetap sedikit lebih nakal dibandingkan dengan anak-anak lain …."     

Roland mulai menceritakan pengalaman masa kecilnya setelah sedikit merubah ceritanya dengan mata setengah terpejam karena sudah lama sekali sejak terakhir kali ia komunikasi secara terbuka dan tidak dibuat-buat. Roland memang telah memainkan peran sebagai Pangeran Roland sejak ia tiba di zaman ini, dan kini ia merasa bahwa dirinya telah kembali ke masa lalu seolah-olah ia sedang berbaring di sebuah hotel klasik bersama gadis yang ia sukai, berbagi cerita tentang kehidupan sehari-hari dan perlahan-lahan Roland mulai merasa rileks.     

Mungkin sekarang sudah waktunya untuk melangkah ke tahap selanjutnya?     

Roland memalingkan kepalanya, dan ia melihat Anna telah menutup mata sementara tubuhnya berbaring di samping tubuh Roland seperti seekor kucing yang sedang tidur.     

Roland terkejut kemudian ia terkekeh dengan pelan.     

"Aku mengerti … Anna kelelahan."     

Memikirkan Anna yang kelelahan, para penyihir ini meringkuk sambil bersembunyi di sebuah gua kecil di pegunungan dan mereka harus selalu waspada terhadap serangan binatang buas dan serangan iblis sehingga mereka hampir tidak bisa tidur sepanjang malam. Selain itu, para penyihir juga harus kembali naik Pemantau Awan pada waktu subuh untuk kembali ke Kota Perbatasan. Anna pasti menghabiskan sepanjang malam untuk merawat Roland di kamarnya setelah mereka kembali ke istana. Tentu saja, Anna pasti lelah sekarang karena semua kejadian ini dan juga karena ia belum beristirahat selama dua hari dua malam.     

Mungkin keputusan Anna untuk datang ke kamar Roland malam ini juga terjadi karena Anna merasa cemas terhadap dirinya.     

Meskipun Roland merasa sedikit tidak beruntung, Roland tidak terlalu memikirkan hal itu karena ia tahu masih ada banyak kesempatan lain yang akan datang.     

Roland mencondongkan tubuhnya untuk mencium bulu mata Anna yang panjang dan dengan lembut berkata, "Selamat malam …."     

***************     

Ketika cahaya matahari di pagi hari masuk dan menyinari celah gorden di dalam ruangan, Sylvie bangun dari tempat tidur dan menguap beberapa kali.     

Pengalaman beberapa hari terakhir ini seperti sebuah mimpi yang aneh, mulai dari keberadaan mereka yang telah diketahui oleh iblis, pertempuran melawan iblis di udara, hingga akhirnya melarikan diri dari kejaran iblis dan kembali ke Kota Perbatasan. Sylvie merasa bahwa semua kejadian itu tidak begitu melelahkan dan menakutkan dibandingkan saat mereka dikejar oleh Pasukan Penghakiman Gereja."     

"Selamat pagi." Wendy sudah berganti pakaian dan ia hendak membasuh wajahnya dengan semangkuk air yang ia bawa.     

"Selamat pagi." Sylvie membalas sambil mengangguk. "Kamu bangun pagi-pagi sekali."     

"Aku sudah tua," kata Wendy sambil tersenyum. "Waktu tidurku jadi semakin pendek."     

"Ah … sudah pagi?" kata Nightingale sambil menggosok-gosok matanya. "Sepertinya aku masih perlu tidur siang."     

"Kamu tidak tidur dengan nyenyak semalam?"     

"Yah, aku banyak bermimpi."     

Sylvie terlihat tidak setuju dengan perkataan Nightingale karena semalam ia dengan jelas melihat Nightingale berubah menjadi tembus pandang dan ia menuju ke lantai tiga istana, Nightingale termenung di depan kamar Roland untuk waktu yang lama. Meskipun Sylvie tidak tahu apa yang Nightingale lakukan di sana, Nightingale baru kembali ke kamarnya saat larut malam. "Bukankah tadi malam kamu …."     

Nightingale tiba-tiba berbalik dan menatap Sylvie yang hendak berbicara. Tatapan Nightingale sangat tajam dan Sylvie dengan cepat menghentikan kalimat yang hendak ia ucapkan. Kekuatan penyihir tempur nomor satu di Asosiasi Persatuan Penyihir sudah jelas, dan adegan pada saat Nightingale membunuh iblis itu yang bergerak seperti sesosok hantu masih terbayang dengan jelas dalam ingatan Sylvie. Ashes bahkan tidak akan bisa mengalahkan Nightingale jika Nightingale ditempatkan di Pulau Tidur. Sylvie merasa lebih baik ia tidak terlalu mencari tahu mengenai Nightingale, terlebih lagi kini Sylvie sudah memahami arti peringatan Nightingale yang ditujukan kepada dirinya.     

"Apa yang terjadi semalam?" Wendy bertanya dengan penasaran.     

"Ehem," kata Sylvie, "Aku dengar Nightingale mendengkur dengan keras tadi malam, mungkin karena terlalu kelelahan beberapa hari terakhir ini."     

"Aku rasa juga begitu." sahut Nightingale sambil mengangkat bahu dan melepas gaun tidurnya, memperlihatkan tubuhnya yang indah dan ia mulai memakai bra yang diberikan oleh Yang Mulia.     

Bicara soal bra, kini Wendy telah sepenuhnya menerima pemberian bra itu dan ia bahkan cenderung merekomendasikan pemakaian bra itu kepada Sylvie.     

Yang Mulia Roland memang benar-benar seorang yang mengerikan.     

Namun, kali ini Sylvie merasa hatinya damai ketika ia memikirkan Yang Mulia.     

Yang Mulia benar-benar seorang bangsawan yang rela terluka demi menyelamatkan seorang penyihir.     

Sylvie sangat tersentuh ketika ia melihat Roland mendorong Anna dan mengabaikan keselamatannya sendiri. Para penyihir di Asosiasi Persatuan Penyihir ini tidak disihir atau dipengaruhi oleh Yang Mulia, tetapi para penyihir itu tidak hanya menjadi pengikutnya, tetapi bahkan … menjadi sahabat-sahabat Yang Mulia. Tindakan Roland Wimbledon itu tidak bisa disangkal bahwa ia memang benar berdiri di sisi para penyihir, sama seperti Lady Tilly Wimbledon.     

Roland dan Tilly mungkin bisa mendirikan sebuah kerajaan baru di mana para penyihir dan orang biasa bisa hidup bersama jika mereka berdua bisa bekerja sama dan menyatukan kekuatan.     

Sylvie memutuskan untuk menulis surat kepada Lady Tilly.     

Sungguh luar biasa karena Yang Mulia Roland adalah kakak Anda yang sesungguhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.