Bebaskan Penyihir Itu

Alam Pertempuran Jiwa



Alam Pertempuran Jiwa

2Aku belum pernah merasakan sinar matahari yang begitu hangat untuk waktu yang lama.      1

Garcia sedang berdiri di kebun dan ia menarik nafas panjang. Garcia mencium aroma bunga rosemary dalam tiupan angin sepoi-sepoi.     

Bahkan dengan mata tertutup, Garcia tahu bahwa ia tidak sedang berada di Kerajaan Everwinter. Kerajaan Everwinter tidak memiliki apa-apa selain angin dingin, tanah yang membeku dan bunga dandelion yang tidak berbau harum, dan halaman belakang istana itu sering dipenuhi bau menyengat dari sosis dan daging yang digantung sampai kering. Tempat ini juga bukan Pelabuhan Air Jernih. Angin di sini tidak lembab atau tidak berbau asin, dan Garcia juga tidak mendengar ada suara ombak laut yang berdesir di pantai.     

"Tempat ini pasti di halaman belakang istana Graycastle," pikir Garcia.     

Namun, ketika Garcia membuka matanya, ia menyadari bahwa tempat ini berbeda dari halaman belakang Graycastle yang ia kenal.     

Sambil duduk di tengah kebun bunga, Garcia menyentuh sebuah batu bata yang kasar. Ketika Garcia masih kecil, ia pernah bermain petak umpet di sini, kakinya tersandung sebuah batu bata dan ia pun terjatuh dan keningnya terluka, darah membasahi seluruh wajahnya. Garcia ingat ayahnya sudah mengganti batu bata itu dengan batu-batuan halus untuk mencegah kejadian serupa terjadi lagi, tetapi setelah itu Garcia tidak dapat bermain petak umpet lagi di sini.     

Garcia juga ingat saat ia jatuh, Gerald dan Timothy juga ada di sana. Mereka ketakutan melihat apa yang terjadi kepada Garcia. Untuk menghibur Garcia, mereka bergantian meniru cara Garcia jatuh dan dengan sengaja membenturkan kepala mereka sendiri ke batu bata di samping kebun bunga. Karena tindakan bodoh Gerald dan Timothy, mereka dipukul oleh ayah.     

Garcia mengira ia sudah lama melupakan pengalaman ini, seperti sebuah rahasia yang terkubur jauh di dalam pohon. Namun, kembali ke tempat ini ternyata bisa menghidupkan kembali semua ingatan masa kecil Garcia. Ketika semua pengalaman ini diperlihatkan kembali di hadapannya, Garcia menyadari bahwa ia masih bisa mengingat dengan jelas setiap kejadian dengan detail.     

Garcia merasa seolah-olah dirinya kembali ke masa kecilnya.     

Tiba-tiba, Garcia mendengar suara asing yang terdengar dari belakang. "Jadi, inilah duniamu. Ini adalah tempat yang bagus untuk tidur selamanya."     

Mengikuti suara lembut yang terdengar seperti mimpi itu, Garcia menoleh dan melihat seorang wanita berpakaian putih keluar dari belakang kebun bunga. Wanita itu memiliki rambut putih yang panjang, wajah yang sempurna dan sepasang mata berwarna merah terang, wanita ini tampak seperti seorang malaikat.     

Garcia terperangah dan berkata, "Kamu penyihir gereja itu!"     

"Namaku Zero. Rasanya tidak pantas jika kamu memanggil aku dengan sebutan penyihir. Aku adalah seorang Penyihir Suci, berbeda dari penyihir terkutuk lain," kata Zero sambil tersenyum.     

Garcia berkata dengan nada dingin, "Penyihir Suci? Kamu hanya alat yang digunakan oleh gereja. Tipu muslihat macam apa yang kamu gunakan ini?! Apakah ini adalah fatamorgana yang kamu buat? Apakah ini kemampuan yang kamu miliki?" Garcia berhenti bicara dan mengambil sebuah batu dan meremasnya di tangannya. "Semua ini tidak nyata! Kamu tidak bisa menipuku!"     

Teriakan Garcia berkumandang di kejauhan, tetapi tidak ada yang berubah setelah itu. Batu yang ia remas juga tidak hancur. Sebaliknya, permukaan batu yang kasar melukai tangan Garcia. Ketika Garcia melepaskan batu itu dari genggamannya, ia masih bisa merasakan rasa sakit di tangannya.     

"Yah, tampaknya, kamu cukup memahami kemampuan penyihir. Akan lebih mudah bagiku untuk menjelaskan semua ini." Zero mengangkat gaunnya sedikit dan membungkuk memberi hormat. "Selamat datang di alam kesadaran. Aku menyebutnya sebagai alam pertempuran jiwa. Kita akan saling bertarung di sini. Pemenangnya akan mendapatkan segalanya, dan yang kalah akan kehilangan segalanya … seperti yang ada tertulis dalam Kitab Suci."     

Alam pertempuran … jiwa?     

Garcia tertegun dan tiba-tiba ia merasakan rasa sakit yang menghujam dadanya. Sebelum Garcia bisa menyadari apa yang sedang terjadi, Zero telah menyulap sebuah tombak entah dari mana datangnya dan menusukkan tombak itu ke dada Garcia, membuat Garcia sulit bernapas. Garcia membuka mulutnya, ia mencoba berteriak, tetapi ia tidak bisa mengeluarkan suara apa-apa. Saat ini, Zero memutar ujung tombaknya dan menarik tombaknya keluar dari dada Garcia, dan membuat darah Garcia tercurah keluar dan mengalir di tubuhnya. Garcia jatuh berlutut, ia berusaha menahan lukanya dengan tangan gemetar, tetapi ia kehilangan banyak darah dan akhirnya jatuh pingsan.     

Sesaat berikutnya, Garcia mendapati dirinya utuh kembali dan ia berdiri di tempat yang sama, dan Zero sedang bersandar pada tombak panjang dan menatap Garcia dari jauh, seolah-olah Zero belum beranjak dari tempat itu.     

Garcia terengah-engah sambil berpikir, "Apa yang baru saja terjadi? Apakah yang tadi itu hanya ilusi?" Namun, ketika Garcia melihat ke bawah, ia melihat ada genangan darah di bawah kakinya.     

"Ini adalah aturannya, tetapi kesadaran bukan sesuatu yang abadi." kata Zero sambil merentangkan tangannya. "Rasa sakit setiap kali kamu mati akan terasa nyata bagimu. Rasa sakit itu akan menghabiskan semangat dan kekuatanmu untuk bertahan hidup. Ketika kamu tidak tahan lagi, kamu akan tertidur dalam waktu yang sangat lama."     

Zero kembali menjelaskan dengan lembut, "Setiap kali kamu mati, tubuhmu akan pulih kembali. Kebanyakan orang hanya mampu bertahan paling banyak tiga hingga empat kali, tetapi orang yang berkemauan keras bisa bertahan tujuh sampai delapan kali bahkan bisa lebih dari itu. Aku ingin melihat berapa kali kamu bisa bertahan, tetapi aku mengerti jika kamu memutuskan untuk menyerah. Lagi pula, mati berkali-kali adalah siksaan yang tidak tertahankan bahkan untuk diriku sekali pun. Menyerah bukan tindakan pengecut, terutama jika kamu memang sudah ditakdirkan untuk mati."     

Setelah berkata demikian, Zero membuang tombaknya dan mengeluarkan sebuah pedang panjang dari punggungnya. Zero melompat dan terbang ke arah Garcia sambil memegang pedang itu.     

Mata Garcia terbelalak kaget. "Tidak mungkin penyihir itu bisa menyembunyikan senjata sebesar itu di belakang punggungnya, jadi pedang itu pasti … muncul tiba-tiba?" Tiba-tiba, beberapa kata yang sebelumnya diucapkan oleh Zero terlintas di benak Garcia.     

"Jadi, inilah duniamu …."     

"Aku menyebutnya sebagai alam pertempuran jiwa."     

"Kesadaran bukan sesuatu yang abadi … rasa sakit itu nyata bagimu."     

Pedang itu berhasil menyerang Garcia, tetapi pedang Zero hanya mengenai sebuah perisai besi besar, dan tidak berhasil membelah tubuh Garcia menjadi dua. Kekuatan perisai itu sangat kuat sehingga Zero hampir tidak bisa memegang gagang pedangnya. Setelah menghujam perisai dengan keras, pedang itu terpental dari tangan Zero, dan ia tanpa sadar melangkah mundur cukup jauh. Sementara itu, Garcia juga terkejut dengan kejadian yang baru saja terjadi.     

"Aku ditakdirkan untuk mati, katamu?" Garcia menggertakkan giginya dan mencibir Zero. "Kamu mengatakan bahwa ini adalah 'duniaku', bukan?" Garcia bangkit berdiri dan menyulap sebuah busur panah di tangannya. Ketika Garcia menembakkan panahnya ke arah Zero dengan busur itu, sebuah salib muncul di belakang si penyihir dan membelit tubuh Zero.     

Anak panah Garcia mengenai perut Zero, dan Zero memancarkan ekspresi kesakitan di wajahnya. Zero terengah-engah sejenak kemudian berkata dengan pelan, "Aku, aku benar-benar terkejut … ehem, biasanya sulit bagi orang biasa memahami aturan dunia ini, apalagi memotivasi alam kesadaran mereka untuk berjuang kembali. Ratu Pelabuhan Air Jernih, kamu pasti akan menjadi lawan yang tangguh bahkan untuk Tuan Mayne sekalipun."     

"Terima kasih atas pujianmu." sahut Garcia sambil mengambil tombak yang tergeletak di tanah. "Jika kamu tidak banyak bicara, aku tidak akan menyadari cara kerja di alam ini secepat itu. Nah, sekarang, berapa banyak lubang yang harus aku tusuk di tubuhmu?"     

Zero tersenyum dengan masam dan berkata, "Terserah kamu saja."     

…     

Ketika Garcia menusukkan tombaknya ke tubuh Zero untuk yang kesepuluh kalinya, penyihir itu akhirnya mati. Garcia sengaja menghindari bagian vital dan mulai menusuk Zero dari anggota badan lain dan perutnya. Pada awalnya, Zero berteriak kesakitan tetapi kemudian ia tidak bisa mengeluarkan suara lagi.     

"Sekarang, penyihir ini akan segera hidup kembali, tetapi aku tidak akan kalah. Ini adalah istana Kerajaan Graycastle, ini duniaku. Aku dapat menyulap apa pun di sini sesuai keinginanku," pikir Garcia.     

Segera, ketika seberkas cahaya putih menyinari tubuh Zero, semua luka-lukanya hilang. Zero membuka mata merahnya kembali.     

Garcia mengangkat tombaknya, ia siap untuk membunuh penyihir ini sekali lagi. Namun, di luar dugaan Garcia, Zero dengan mudah menyingkirkan tali yang mengikat tubuhnya ke salib. Zero menendang tombak itu dan mendekati Garcia. Sebelum Garcia bisa menyadari apa yang terjadi, Zero mengangkat tangannya dan memenggal kepala Garcia. Garcia kehilangan semua kesadarannya dalam sekejap.     

Di depan Zero yang tidak memegang apa-apa di tangannya, tubuh tanpa kepala itu jatuh terkulai ke tanah.     

Bagaimana … mungkin?     

Setelah dua belas detik kemudian, Garcia hidup kembali. Garcia memegangi lehernya dan terhuyung mundur dengan ketakutan sambil berpikir, "Apakah penyihir ini baru saja memenggal kepalaku hanya dengan tangan kosong?!" Garcia melihat ke arah tali yang terputus di salib kemudian darah di tangannya sendiri, yang semakin meyakinkan dirinya bahwa apa yang baru saja terjadi memang nyata.     

Zero tersenyum dan berkata, "Jika kamu tidak sepenuhnya memahami aturan di alam kesadaran, bagaimana aku bisa bertempur dengan nyata? Kamu kelihatan bingung. Apakah kamu bertanya-tanya bagaimana caraku bisa menyingkirkan tali yang mengikat tubuhku? Jawabannya sederhana. Seperti yang aku katakan sebelumnya, di alam ini, pemenang akan mendapatkan semuanya … di antara semua orang yang pernah aku serap, ada beberapa penyihir yang sangat kuat. Mereka kuat, cepat dan tidak mempan terhadap Liontin Penghukuman Tuhan. Mungkin kamu belum pernah mendengar tentang penyihir ini sebelumnya. Gereja menyebut para penyihir itu dengan sebutan Penyihir Luar Biasa."     

Zero membuka tangannya sambil berkata, "Kamu tidak bisa mengalahkan aku dengan cara kuno seperti itu. Jika kamu ingin tetap hidup, kamu harus berusaha lebih keras … sekarang, giliranku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.