Bebaskan Penyihir Itu

Alunan Musik Fantasi



Alunan Musik Fantasi

2"Kamu tidak perlu ikut denganku." kata Gema sambil berjalan di sepanjang Sungai Air Merah, salju di bawah sepatunya terdengar bergemerisik.     0

"Kota ini tidak aman. Ini bukan di Kota Perbatasan." balas Si Kapak Besi sambil berjalan di belakang Gema, ia berjarak dua langkah di belakang gadis itu. "Yang Mulia menyuruhku untuk melindungimu jika kamu meninggalkan istana Longsong tanpa ada penyihir lain yang menemanimu."     

"Seharusnya aku tidak memberitahu Yang Mulia." gumam Gema, napasnya berwarna putih di udara yang dingin. "Dan juga, kamu tidak perlu memanggilku dengan sebutan Nona lagi."     

"Anda akan selalu menjadi kepala klan Osha di hatiku, Nona Bulan Perak."     

Ketika Si Kapak Besi menyebut nama klan Osha, Gema terdiam. Meskipun Si Kapak Besi tidak bisa melihat ekspresi gadis itu, Si Kapak Besi bisa merasakan Gema sedih mendengar nama klannya yang sudah hancur itu disebut di hadapannya. Si Kapak Besi ingin menghibur Gema, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya atau apa yang harus ia katakan. Jadi, Si Kapak Besi hanya bisa diam dan mengikuti Gema diam-diam dari belakang.     

Cabang Sungai Air Merah yang melintasi ladang di luar kota berbeda dari cabang yang mengalir ke pusat kota, yang hampir merupakan satu aliran lurus. Tanggul di kedua sisi sungai ditutupi oleh batu yang ditumpuk rata dan rapi. Setiap sepuluh langkah, ada celah dengan anak tangga yang mengarah ke sungai, yang memungkinkan orang untuk mendapatkan air dari Sungai Air Merah.     

Salju hari ini tidak turun terlalu lebat dan ada beberapa pejalan kaki yang berjalan di jalanan. Orang-orang akan memandang Gema dengan ekspresi terkejut di wajah mereka. Gema bertubuh tinggi dan berwajah rupawan serta memiliki bentuk tubuh yang indah. Kulitnya yang berwarna kecoklatan dan rambut panjang berwarna biru keabu-abuannya terlihat cukup istimewa dan menarik. Di pedalaman Kerajaan Graycastle seperti ini, jarang ditemui ada orang dari Negara Pasir yang masih berdarah asli.     

"Mari kita pindah ke sisi lain sungai ini." Gema jelas tidak menikmati menjadi pusat perhatian orang-orang.     

"Baik!" jawab Si Kapak besi.     

Si Kapak Besi dan Gema dengan hati-hati menginjak jembatan lengkung yang membeku di seberang sungai kemudian mereka tiba di wilayah timur Benteng Longsong. Hampir tidak ada rumah dan tanah pertanian di sana, semuanya masih tertutup salju. Yang bisa mereka lihat hanyalah hamparan tanah datar tanpa batas dan sosok tembok kota yang berwarna hitam yang terlihat suram. Daerah ini sangat berbanding terbalik dengan wilayah barat kota itu.     

"Tempat ini tidak seperti di Kota Pasir Besi." Kata Gema. "Ketika aku masih tinggal di Wilayah Selatan, aku pikir semua daerah juga sama seperti di Kota Pasir Besi. Pasir menutupi hampir semuanya. Sumber air dan Oasis adalah sumber daya yang paling berharga dan orang-orang akan berjuang sampai mati untuk mendapatkan air. Namun di sini, tidak ada pertumpahan darah di Sungai Air Merah hanya demi mengambil air. Jika mereka ingin minum air, mereka hanya perlu berjongkok dan meminum airnya."     

"Namun, di sini mereka berjuang untuk mendapatkan hal-hal lain," kata Si Kapak Besi dengan serius, "Seperti mendapatkan uang emas, permata, kehormatan, status … semua hal itu membuat mereka berkelahi."     

"Benarkah? Tetapi, Nightingale memberitahuku bahwa Yang Mulia akan mengakhiri semua perselisihan." Gema menatap langit yang berawan. "Tidak peduli siapa kita, orang-orang dari Negara Pasir atau orang-orang dari Empat Kerajaan, orang-orang biasa atau penyihir, nantinya kita bisa menikmati hak yang sama dan menjalani kehidupan yang bebas."     

"Aku … aku tidak tahu mengenai itu." kata Si Kapak Besi dengan ragu. Si Kapak Besi tidak bisa membayangkan bahwa semua orang bersedia membuang semua perselisihan dan hidup bersama dengan damai. Si Kapak Besi berpikir bahwa meskipun Yang Mulia memiliki kekuatan seperti dewa dan mampu menaklukkan semua musuhnya, tidak mungkin Yang Mulia bisa membuat semua musuhnya menerima dominasi kekuatannya dengan sukarela. Selama proses penaklukan wilayah, akan selalu ada musuh dan hal itu adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari.     

"Apakah kamu ingin kembali ke Kota Pasir Besi?" Gema tiba-tiba bertanya kepada Si Kapak Besi.     

"Tidak, Nona Bulan Perak," Si Kapak Besi menjawab dengan tegas. "Aku sudah bersumpah kepada Tiga Dewa bahwa aku akan melayani Yang Mulia Roland Wimbledon selamanya dan membantunya memperluas wilayah kekuasaannya. Jangan khawatir Nona. Yang Mulia telah berjanji untuk membalas dendam untuk klan Anda. Percayalah kepada Yang Mulia. Ketika Anda kembali ke Kota Pasir Besi nanti, tidak ada orang yang berani meremehkan Anda."     

"Tetapi aku tidak ingin menjadi kepala klan Osha," bisik Gema dengan lirih. "Aku ingin tinggal di suatu tempat di mana pohon-pohonnya berwarna hijau segar. Aku ingin tinggal bersama Wendy dan Nightingale. Aku ingin Yang Mulia mengajariku lagu-lagu baru. Aku berharap suatu hari nanti aku bisa kembali untuk melihat-lihat Kota Pasir Besi, tetapi aku tidak ingin hidup di padang pasir dan terus berjuang hanya untuk mendapatkan air."     

"Bagaimanapun, Anda adalah satu-satunya penerus klan Osha di hatiku." kata Si Kapak Besi dalam hatinya. Si Kapak Besi hanya menundukkan kepalanya dan berkata, "Tidak ada yang bisa memaksa Anda jika Anda tidak menginginkan posisi itu."     

Mereka berdua berjalan melintasi hamparan tanah bersalju putih ke sebuah area terbuka di mana Gema menghentikan langkahnya. "Aku akan berlatih di sini. Kurasa aku tidak akan mengganggu siapa pun di sini."     

Si Kapak Besi mengetahui bahwa kemampuan yang dimiliki Gema adalah membuat berbagai macam suara dan gadis ini biasanya berlatih di halaman belakang istana Yang Mulia. Tetapi kali ini, agar tidak mengganggu pertemuan penting antara Yang Mulia dengan para bangsawan itu, Gema sengaja memilih tempat di sini untuk berlatih.     

Si Kapak Besi mengangguk dan ia mundur dua langkah. "Aku akan berjaga-jaga di sini."     

"Oh ya, aku membuat sebuah lagu untuk kota kelahiran kita." kata Gema sambil berbalik, "Apakah kamu ingin mendengarnya?"     

"Sebuah lagu?" Si Kapak Besi sedikit terkejut.     

"Benar, aku belajar menggunakan metode pengaturan nada yang diajarkan Yang Mulia kepadaku. Sekarang aku bisa mencampur suara berbagai macam instrumen musik untuk menambah efek lapisan suara dan membangun kompleksitas nada," Gema menjelaskan. "Aku sudah mencobanya dan ternyata berhasil. Aku tidak tahu sebuah lagu bisa terdengar begitu menyenangkan. Setiap nada yang ditambahkan akan menambah perasaan yang berbeda. Aku tidak tahu di mana Yang Mulia mempelajari metode ini. Dahulu ketika aku dijual sebagai budak ke Kota Raja, aku tidak pernah mendengar lagu seperti ini dari bangsawan mana pun."     

"Pangeran Roland memang selalu bisa memberikan hal istimewa," kata Si Kapak Besi, ia yakin para dewa memang menyukai Pangeran Roland.     

"Benar … tidak ada orang yang memperlakukan penyihir setulus Yang Mulia." Gema sepenuhnya setuju dengan pendapat Si Kapak Besi. "Namun, Yang Mulia memberikan nama-nama instrumen musik yang sangat aneh dan tidak relevan, seperti 'Suara Gitar Listrik' dan 'Musik Rock'." Gema menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Kurasa hanya Yang Mulia yang bisa memikirkan nama-nama aneh seperti itu."     

Sebelum Si Kapak Besi menyahut, Gema sudah mulai menyanyi.     

Ketika berbagai melodi itu terdengar di telinga Si Kapak Besi, ia terkejut dan segera bangkit berdiri, dan ia terpaku di tempat. Itu adalah lagu yang luar biasa! Kedengarannya seperti pasir yang menyentuh oasis dengan lembut. Lagu itu terdengar seperti api yang meledak dengan terang dari dalam jurang.     

Saat ini, Si Kapak Besi merasa bahwa ia telah berpindah tempat ke sebuah padang pasir dan berdiri di bawah matahari yang terik. "Apakah ini … sebuah fatamorgana?" Si Kapak Besi melihat ke bawah dan menyadari bahwa salju telah menghilang dan ia sekarang berdiri di sebuah Oasis. Ketika Si Kapak Besi melihat ke kejauhan, yang bisa ia lihat hanyalah hamparan pasir yang luas. Gema yang berdiri di hadapan Si Kapak Besi sedang menutup mata sambil menyanyi. Nyanyian Gema bergema di udara saat ia berdiri di air Oasis yang dangkal, kakinya menciptakan riak-riak air di permukaan air yang halus. Sungguh keindahan yang menakjubkan!     

Pergi melalui pasir dan debu untuk mencari jejak keberadaan Oasis.     

Jejak kakimu tertinggal dan membekas di lautan pasir.     

Bayanganmu tercermin di musim semi.     

Suatu hari nanti, oasis ini akan menjadi gurun yang baru.     

Dan gurun yang baru juga akan menghasilkan oasis yang baru.     

Satu-satunya hal yang bertahan selamanya adalah legenda tentang dirimu.     

Suatu hari nanti, aku akan mengikuti jejak kakimu untuk menemukan bayanganmu sebelum fajar terbit.     

…     

Ketika lagu itu berakhir, Si Kapak Besi sudah kembali ke Benteng Longsong yang bersalju. Tampaknya tidak ada yang terjadi dan semua yang Si Kapak Besi alami tadi hanyalah sebuah ilusi. Si Kapak Besi menelan ludahnya dengan susah payah kemudian ia membuka telapak tangannya, dan di dalam tangannya ada butiran-butiran pasir kecil yang berkilauan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.