Bebaskan Penyihir Itu

Es yang Mencair



Es yang Mencair

0Hari-hari Agatha sangat sibuk. Pada saat Agatha kembali ke istana, hari sudah malam.      2

Sambil membuka pintu, Agatha terkejut ketika ia melihat Wendy sedang menunggu dirinya di ruang tamu.     

"Mengapa kamu terus bekerja sampai selarut ini?" tanya Wendy sambil mengerutkan kening, tetapi dalam nada suaranya, ia tidak menyalahkan Agatha. Wendy hanya menunjukkan perhatian dan kekhawatirannya terhadap Agatha. "Aku harap kamu bisa pulang lebih awal lain kali sehingga kita bisa makan malam bersama-sama."     

"Maafkan aku, aku terlalu asyik bekerja," kata Agatha selagi ia melepas mantelnya dan menggantungnya di pintu. "Aku terus memikirkan produksi pembuatan nitrogen terakhir, jadi aku tidak melihat bahwa hari sudah malam ketika aku meninggalkan pekerjaanku. Seharusnya kamu menyalahkan Yang Mulia, karena ia telah memasang lampu di pabrik kimia dan membuat pabrik itu terang benderang seperti siang hari."     

"Aku membawakan makan malam untukmu," kata Wendy sambil menghela napas. "Makan malammu ada di atas meja. Dan makanannya juga masih panas. Jadi, cepatlah makan selagi masih panas."     

"Terima kasih," kata Agatha, ia merasa tersentuh dengan perhatian Wendy. "Wendy adalah penyihir yang paling dihormati di Asosiasi Persatuan Penyihir dan ia juga sangat dipercaya oleh Yang Mulia Roland. Jika Wendy berada di Taquila, setidaknya Wendy bisa menjadi pejabat eksekutif di bawah naungan Tiga Pemimpin Penyihir. Tidak mungkin ada orang seperti Wendy yang mau membawakan aku makan malam jika kami berada di Pusat Persatuan Penyihir."     

"Sama-sama." jawab Wendy sambil menepuk bahu Agatha. "Jika kamu merasa lelah, jangan ragu untuk meminta Gema menyanyikan sebuah lagu untukmu … jangan lupa bahwa kamu juga merupakan anggota di Persatuan Penyihir."     

Persatuan Penyihir ….     

Setelah pintu kamarnya ditutup, Agatha terdiam beberapa saat, lalu ia berjalan ke meja dan membuka kotak penutup makan malamnya.     

Kotak itu berisi 3 hidangan dan 1 mangkuk sup: daging panggang yang harum, jamur goreng, beberapa helai roti, dan sup telur. Yang membuat Agatha terkejut, di sudut kotak penutup itu terdapat sepiring kecil berisi madu.     

Agatha menelan ludahnya.     

Bahkan Wendy juga mengetahui kesukaan Agatha ….     

Selama beberapa dekade perjuangan mereka melawan iblis di Taquila, semua jenis bahan-bahan mentah menjadi semakin langka, termasuk makanan. Meskipun Agatha adalah seorang penyihir yang memiliki kedudukan yang relatif tinggi, makanan hariannya terdiri dari gandum dan buah-buahan yang ditanam oleh para asisten penyihir. Tentu saja, Agatha bisa saja makan daging jika ia mau, tetapi persediaan daging tidak terlalu banyak. Bumbu-bumbu seperti rempah-rempah, gula, dan madu tidak perlu ditanyakan lagi keberadaannya. Rempah-rempah dan gula adalah barang mewah eksklusif yang diperuntukkan bagi para pejabat Asosisi tingkat tinggi. Sedangkan untuk madu, para penyihir yang bisa memelihara lebah semuanya dikirim ke medan perang. Hal ini dilakukan karena asosiasi Taquila tidak akan 'menyia-nyiakan' kemampuan mereka untuk menghasilkan hal-hal manis yang tidak terlalu penting, seperti menghasilkan madu untuk dimakan.     

Sebenarnya, Agatha sangat suka makan makanan manis, terutama madu.     

Selama pesta barbekyu yang diadakan di istana Yang Mulia Roland, ketika kebanyakan orang memilih lada dan garam sebagai bumbu untuk memanggang daging mereka, Agatha diam-diam mengoleskan madu dalam jumlah yang banyak ke daging panggangnya. Agatha tidak menyangka bahwa diam-diam Wendy ternyata mengetahui hal itu.     

Tiba-tiba Agatha merasa ada sesuatu yang aneh di dalam hatinya. Karena Agatha tidak bisa merasakan kedinginan, ia juga tidak terlalu peka terhadap kehangatan. Ditambah lagi, Agatha jarang menggunakan air panas saat mandi karena ia tidak ingin merepotkan Anna. Dengan mempertimbangkan identitas dan dari mana ia berasal, Agatha meminta Yang Mulia Roland untuk menyediakan kamar secara terpisah untuk dirinya sendiri, sama seperti kediamannya yang berada di lantai atas menara Taquila dulu.     

Namun sekarang, Agatha merasa sedikit kedinginan di kamar itu.     

Mungkin tinggal bersama orang lain dalam satu kamar bukanlah sebuah ide yang buruk ….     

Agatha mengeluarkan madu itu, ia mengoleskan madunya di atas roti, dan perlahan-lahan ia memakan rotinya. Pada saat itu, Agatha benar-benar merasakan sensasi kehangatan yang ditimbulkan dari aroma yang lezat dan manisnya rasa makanan itu.     

…     

Setelah menyantap makan malamnya, Agatha hendak membaca Buku 'Bahan Kimia Dasar' sejenak sebelum ia tidur. Pengetahuan di dalam buku itu mungkin tidak dapat membantu Agatha untuk mendapatkan promosi kenaikan jabatan, tetapi setidaknya isi buku itu bisa menyelamatkan Agatha dari rasa malu di depan orang-orang biasa.     

Belakangan ini, sekelompok orang asing datang ke pabrik kimia. Paper memberitahu Agatha bahwa orang-orang itu semuanya berasal dari Bengkel Alkemis di Kota Raja. Setiap hari, Agatha bisa melihat mereka berjalan bolak-balik antara laboratorium dan pabrik kimia. Kadang-kadang rombongan itu dipimpin oleh Kyle Sichi, dan kadang-kadang mereka dipimpin oleh murid Kyle yang bernama Chavez. Tetapi, setiap kali Agatha melihat rombongan itu, wajah mereka menunjukkan tatapan tidak percaya, seolah-olah itulah satu-satunya ekspresi yang bisa mereka tunjukkan. Selain itu, beberapa orang dari mereka tampak sangat penasaran dengan alkimia dan sepertinya mereka menganggap Agatha sebagai seorang alkemis terkenal. Setiap kali mereka mendapat kesempatan, mereka akan mengajukan pertanyaan kepada Agatha. Pada awalnya, pertanyaan-pertanyaan itu sangat sederhana untuk dijawab, tetapi lama-kelamaan pertanyaan-pertanyaan mereka menjadi semakin sulit untuk dijawab.     

Untuk menjaga martabat Penyihir Senior dan kehormatan Perkumpulan Taquila, Agatha memutuskan untuk menjaga citranya di hadapan mereka.     

Setelah menghabiskan hari-harinya bersama dengan orang-orang biasa, Agatha semakin menyadari bahwa apa yang Pusat Persatuan Penyihir lakukan selama ini telah salah.     

Yang Mulia Roland telah membuktikan kebijaksanaan yang ia miliki sebagai seorang bangsawan, dan kebijaksanaan orang-orang biasa ini tidak kalah dengan para penyihir. Hanya butuh beberapa hari bagi orang-orang biasa ini untuk menguasai operasi menggunakan peralatan nitrogen, sementara pada saat yang sama mereka juga bisa memahami proses ekstraksi nitrogen. Pada awalnya, mereka berdebat tentang jumlah elemen yang ada di udara, tetapi sekarang mereka sudah membahas komposisi amonia sintetis. Bahkan beberapa pria tua berambut putih sambil tersenyum malu-malu mau berkonsultasi dengan Paper.     

Sudah jelas, orang-orang biasa ini dengan cepat mempelajari segala sesuatu yang ada di sekitar mereka.     

ketika ia memikirkan hal ini, Agatha merasa emosinya bergejolak. "Para penyihir bukanlah orang-orang yang beruntung yang dipilih oleh para dewa, bukan juga orang-orang terkutuk yang ditinggalkan oleh para dewa. Pada dasarnya, para penyihir tidak berbeda dari orang-orang biasa, yang sama-sama ditentukan oleh nasib." Dalam Pertempuran Besar Ketiga nanti, semua orang akan menanggung nasib mereka masing-masing, dan para penyihir hanyalah sebagian kecil dari kumpulan orang-orang itu juga."     

Mungkin inilah keinginan para dewa yang sesungguhnya. Manusia tidak bisa menang dalam pertempuran melawan takdir ini.     

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan di pintu kamar Agatha.     

"Masuklah," kata Agatha sambil berbalik. "Pintunya tidak dikunci."     

Kemudian, seorang wanita yang tinggi semampai, berambut pirang, dan tidak mengenakan kerudung masuk ke kamarnya, tetapi Agatha selalu merasa bahwa wanita ini selalu diselimuti bayang-bayang.     

Itu Nightingale yang masuk ke kamar Agatha.     

"Apa ada sesuatu yang kamu inginkan dariku?" tanya Agatha kepada Nightingale.     

"Yang Mulia Roland ingin bertemu denganmu." jawab Nightingale.     

"Jika Yang Mulia ingin bicara mengenai teori keseimbangan antara pekerjaan dan beristirahat dan ia ingin agar aku pulang lebih awal dari pabrik, aku sudah mengetahui hal itu dan aku tidak akan melakukannya lagi di masa yang akan datang," kata Agatha sambil mengerutkan bibirnya. "Yang Mulia tidak perlu repot-repot membuang-buang waktunya untukku."     

"Benarkah itu …," kata Nightingale, ia berkedip dan merasa bahwa Agatha tidak berperilaku buruk jika Nightingale tidak bersikap bermusuhan dengannya. "Itu hanya salah satunya. Tetapi Yang Mulia juga mengatakan bahwa ia ingin melawan iblis."     

Agatha merasa terkejut. "Apa?!" Agatha melemparkan buku yang sedang dibacanya ke atas meja, dan ia berkata, "Cepat, bawa aku menemui Yang Mulia!"     

…     

Agatha bergegas ke kantor Yang Mulia Roland. Sebelum Roland dapat mengatakan sesuatu, Agatha bertanya dengan panik, "Untuk saat ini, kita bahkan belum bisa memproduksi 10 buah Meriam Benteng 152 mm dan Anda sudah ingin menyerang pemukiman iblis sekarang? Apakah Anda pikir para iblis itu sama rapuhnya dengan manusia yang hanya bisa melarikan diri setelah semua orang terbunuh? Anda akan menghancurkan kota dan situasi yang damai di sini!"     

"Hah?" Roland tampak terheran-heran. "Apa yang sedang kamu bicarakan?"     

"Bukankah Anda berencana untuk melawan iblis-iblis itu?" Agatha balik bertanya kepada Roland.     

Roland memandang ke arah Nightingale dan terkekeh. "Tidak, bukan itu rencanaku. Aku tidak ingin menyerang dan menghancurkan pemukiman iblis itu. Aku hanya ingin menangkap beberapa iblis dalam keadaan hidup."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.