Bebaskan Penyihir Itu

Keindahan Yang Tersembunyi Dalam Sebuah Mesin



Keindahan Yang Tersembunyi Dalam Sebuah Mesin

3Setelah menetapkan sebuah kesimpulan dari percobaan terhadap iblis itu, Roland merasa sedikit lega.     
0

Kemampuan tempur iblis ternyata tidak melebihi kemampuan tempur senjata api konvensional karena senapan mesin dan meriam sudah cukup untuk menghancurkan semua musuh dalam jarak 500 hingga 1.000 meter, sedangkan serangan dari para pelempar tombak jelas tidak cocok untuk pertempuran di darat. Iblis Gila bahkan tidak akan memiliki peluang untuk menghadapi kecepatan serangan peluru karena Batu Ajaib yang ada di tubuh iblis memakan waktu 3 hingga 5 detik agar bisa digunakan kembali.     

Itu artinya, setidaknya umat manusia mampu bersaing dengan iblis di garis depan medan pertempuran.     

"Akan lebih baik jika Anda terlahir di Kota Taquila pada waktu itu." kata Agatha sambil menghela napas, ia menatap senjata yang ada di tangan Roland. "Jumlah orang biasa di Dataran Subur 100 kali lebih banyak daripada penduduk yang ada di Kerajaan Graycastle, begitu pula dengan jumlah penyihirnya. Jika masing-masing dari mereka memiliki senapan laras panjang di tangan mereka, iblis mungkin akan lari terbirit-birit."     

Roland hanya tersenyum tetapi sebenarnya ia tidak setuju dengan pendapat Agatha.     

Lagi pula, Kota Taquila adalah sebuah kerajaan yang didominasi oleh para penyihir 400 tahun yang lalu. Roland berpikir, "Jika benar-benar ada senjata yang bisa memberi kekuatan bagi rakyat jelata melebihi kekuatan para penyihir, apa mungkin Tiga Pemimpin Penyihir bisa dengan mudah menerima perbedaan itu? Penyihir selalu menjadi kaum minoritas. Ada jutaan jumlah umat manusia di bumi ini, namun para penyihir hanya berjumlah ribuan. Kenyataan ini sudah seperti itu sejak Dataran Subur terbentuk. Apakah orang-orang biasa yang telah lama tertindas juga bersedia menginjakkan kaki di medan perang? Gagasan untuk memperjuangkan kelangsungan hidup umat manusia masih merupakan sebuah cita-cita yang samar, bahkan setelah kebangkitan era nasionalisme di zaman modern, sekelompok manusia masih hidup seperti budak untuk menyokong nilai-nilai idealisme dari kaum mayoritas."     

Tentu saja, Roland tidak akan berbicara seperti ini di depan umum dan Agatha hanyalah seorang peneliti dari Perkumpulan Taquila, jadi akan lebih baik jika ia tidak melibatkan Agatha ke dalam pembahasan politik.     

Setelah melakukan percobaan pada iblis itu, Anna mengamputasi tangan dan kaki iblis itu lagi lalu kembali mengurung iblis itu ke dalam sangkar baja.     

"Apa kita sudah selesai?" tanya Agatha.     

Roland menggelengkan kepalanya dan berkata, "Hari ini cukup sampai di sini. Percobaan ini akan dilanjutkan kembali esok pagi."     

"Apa yang akan kita uji besok?" tanya Agatha.     

"Kita akan menguji kemampuan tubuh iblis itu untuk menerima tembakan peluru, serta efek bahan kimia, Pil Berserk dan Air Tanah Impian," jawab Roland. "Oh ya, jangan lupa minta Lucia untuk memisahkan komposisi Kabut Merah dan lihat apa hasilnya."     

"Sayangnya, iblis itu tidak bisa tetap hidup untuk waktu yang lama. Jika tidak, kita bisa mendapatkan data yang lebih banyak dengan menggunakan kekuatan penyembuhan Nana." kata Roland.     

Agatha menguap sambil berkata, "Terserah Anda saja. Tetapi, aku membutuhkan 2 asisten penyihir untuk membantuku membuat pelat simbol dan bahan-bahannya harus disiapkan terlebih dahulu karena darah iblis itu tidak bertahan lama begitu iblis itu mati. Lebih baik kita mulai melebur Batu Pembalasan Tuhan selagi iblis itu masih hidup." Agatha berhenti sejenak dan bertanya, "Oh ya, pelat simbol macam apa yang ingin Anda buat?"     

"Apa kita bisa membuat pelat simbol itu selama kita memiliki cukup persediaan Batu Ajaib?" tanya Roland.     

"Tentu saja," jawab Agatha sambil mengangguk, "Kegagalan dalam membuat pelat simbol tidak akan menghancurkan Batu Ajaibnya, tetapi aku … oh tidak … bukan apa-apa."     

Roland mengangkat alisnya dan bertanya, "Apa yang hendak kamu bicarakan?"     

"Tidak apa-apa. Aku hanya salah bicara," kata Agatha sambil menyeringai, "Seburuk-buruknya, Anda hanya akan kehilangan beberapa bahan mentah saja."     

Roland tidak terus mendesak Agatha karena wanita itu kelihatannya tidak mau melanjutkan pembicaraan ini lagi. "Aku akan melaporkan kepada Anda jawabannya esok pagi setelah aku mempelajari Batu-batu Ajaib yang kita dapatkan dari para iblis itu."     

*******************     

Malam ini Edith tidak bisa tidur sama sekali.     

Edith Kant berdiri di dekat jendela, sambil memandang ke arah kota di bawah langit malam. "Para pengusaha itu selalu menyebut cahaya lilin sebagai sebuah sumber kekayaan, semakin terang sebuah tempat di malam hari, maka akan semakin makmur tempat itu." Edith pikir di pusat kota di Kota Raja, pemandangan malam yang terang-benderang hanya bisa ditemui di bar-bar dan di teater.     

Namun, Edith tidak pernah benar-benar memahami arti yang sebenarnya di balik malam yang terang di sini, di Pantai Selatan Sungai Air Merah.     

Dilihat dari kejauhan, pantai itu tampak seterang siang hari. Namun, cahayanya bukan cahaya berwarna oranye yang berasal dari api unggun tetapi cahayanya berwarna kuning lembut, cahaya itu tampak cerah namun stabil seolah-olah itu adalah sinar matahari yang terhalang lapisan kain.     

Seluruh area pabrik terus memproduksi berbagai macam produk di malam hari, barang-barang yang dihasilkan pabrik itu disebut dengan nama produk-produk industri.     

Mesin uap itu adalah salah satu produk industri yang dihasilkan dari pabrik.     

Kunjungan ke istana pada siang itu telah membuat Edith merasa sangat syok. Rasa terkejut ini bahkan lebih besar dari berita kemenangan Yang Mulia Roland atas Timothy … Edith bahkan semakin terkejut dengan pencabutan hak atas tanah yang disebutkan oleh Yang Mulia Roland.     

Ketika Edith memasuki pabrik, ia melihat beberapa batangan-batangan besi kasar yang sedang berputar dan dibor satu per satu, perhatiannya langsung tertuju pada mesin itu, terutama ketika lempengan besi kotor yang penuh dengan minyak dan goresan berubah menjadi komponen mengkilap, seolah-olah besi itu telah tercipta kembali dengan tambahan sentuhan keindahan.     

Bahan-bahan keras diolah menjadi berbagai bentuk oleh mesin yang menderu yang bisa bekerja sendiri setelah disatukan dengan cara yang unik - itu adalah sebuah pemandangan yang sangat indah yang pernah dilihat Edith.     

Pabrik itu bukan sebuah tempat yang menyenangkan, sisa-sisa limbah dan sisa-sisa logam berserakkan di seluruh lantai, ditambah lagi dengan suara bising yang berasal dari mesin yang terus bekerja dan udara yang pengap dan panas di pabrik, namun, Edith tetap tinggal di sana sepanjang siang itu.     

Edith bisa mengingat dengan jelas ketika petugas Balai Kota yang membawa ia dan rombongan delegasi Wilayah Utara untuk berkunjung ke pabrik terlihat tidak sabar dan ingin segera meninggalkan tempat yang bising itu secepatnya. Petugas Balai Kota itu merasa lega ketika sekelompok orang akhirnya berniat untuk pergi dan ada pernyataan yang masih segar dalam ingatan Edith, "Memangnya apa menariknya mesin ini? Hanya Yang Mulia Roland yang menganggap bahwa ada keindahan yang tersembunyi di dalam mesin-mesin bernoda hitam ini."     

"Keindahan yang tersembunyi?" pikir Edith.     

Edith tiba-tiba merasa tersentak.     

Itu benar … mesin itu menyimpan semacam 'keindahan' yang memiliki kekuatan yang dapat meremas dan mengubah logam dengan begitu mudahnya. Terutama setelah Edith memahami prinsip kerja mesin uap itu, ada semacam keindahan tambahan yang terselip dalam mesin itu.     

Keindahan mesin itu bahkan jauh melampaui keindahan batu-batu permata berwarna-warni dan pakaian mewah yang sangat indah.     

Edith bisa merasakan sesuatu yang samar-samar menyentuh hatinya.     

"Bagaimana Yang Mulia Roland bisa memahami ilmu pengetahuan tentang mesin ini? Apa saja yang diketahui oleh Yang Mulia?" pikir Edith.     

Tiba-tiba, suara ketukan di luar kamarnya mengganggu lamunan Edith.     

"Kakak, aku sudah selesai mandi," Cole menjulurkan kepalanya ke dalam kamar dan berkata, "Airnya masih hangat. Apa kamu mau mandi juga?"     

"Suruh pelayan untuk merebus air mandi yang baru," jawab Edith. "Apakah kamu bisa memahami bagaimana cara mereka menyediakan air di tempat ini?"     

"Aku sudah mengutus seseorang untuk mencari tahu akan hal itu. Air yang ada di dalam pipa sepertinya mengalir keluar dari sebuah menara besi yang ada di luar." Cole menyentuh kepalanya sambil berjalan ke dalam ruangan. "Sedangkan bagaimana cara agar airnya bisa mengalir ke atas dari dalam sumur, mereka tidak mengatakan apa-apa tentang itu. Oh ya, ada sesuatu di kamar mandi yang harus kamu coba. Kelihatannya seperti semacam batangan 'lemak' khusus tetapi aromanya sangat enak setelah dicampur ke dalam air. Rasanya sangat menyenangkan sekali kita bisa membersihkan tubuh dengan benda itu. Aku yakin mandi susu dan mandi air mawar tidak senyaman mandi dengan batangan 'lemak' itu!"     

"Apakah semua fasilitas ini sengaja diatur oleh Yang Mulia Roland untuk kami?" pikir Edith. Penginapan untuk para utusan delegasi itu terletak di dekat Distrik Istana. Bangunannya adalah sebuah bangunan berlantai empat dan tingginya bahkan lebih tinggi dari istana Yang Mulia. Edith dan rombongannya tidak hanya dapat menikmati pemandangan malam Kota Tanpa Musim Dingin dari sana, tetapi bahkan tata letak dan fasilitas kamarnya pun sangat lengkap dan strategis. Meskipun kamar itu tidak besar, namun kamarnya terasa sangat nyaman untuk ditinggali. Seorang petugas penerima tamu dari Balai Kota menyebutkan bahwa tempat ini adalah penginapan milik Yang Mulia yang secara khusus dipersiapkan untuk utusan-utusan asing, yang dinamakan sebagai Gedung Urusan Luar Negeri.     

Dalam pandangan Edith, Yang Mulia Roland Wimbledon sepertinya berniat memamerkan sistem pemasok air bersih yang mengalir keluar dari keran begitu kerannya dibuka, ditambah lagi dengan batangan pencuci tubuh yang sangat disukai oleh Cole itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.